Responsive Banner design
Home » » JIWA YANG BERHARGA 1

JIWA YANG BERHARGA 1


Markus 5 : 1-20   Ayat Pokok 5 : 9
Kemudian Iabertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?". Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak."

Hari ini kita akan belajar firman Tuhan tentang harga satu jiwa di depan Allah. Sebelum kita masuk ke dunia yang menantikan kita, yaitu jiwa-jiwa yang terhilang yang menantikan kita, kita harus belajar bagaimana hati Allah terhadap mereka. Bagaimanakah hati Allah ketika melihat dunia yang sedang menuju kebinasaan ini, ketika melihat jiwa-jiwa yang dibelenggu oleh tipu daya setan atau iblis. Dengan belajar dan memahami, serta
memiliki hati Allah inilah, kita akan menjadi rekan sekerja yang indah bagi Allah dalam karya-Nya yang terakhir, yaitu penyelamatan manusia di zaman akhir. Kita juga akan belajar, memahami, dan mendapatkan kuasa ilahi yang Allah kehendaki untuk kita miliki, untuk bertanggung jawab atas misi-Nya.
Saya rindu kita semua memiliki hati yang terbuka untuk menerima firman ini. Saya sungguh-sungguh berdoa agar firman ini boleh jatuh ke hati kita, sebagai benih yang jatuh ke tanah yang subur, sehingga kelak akan menghasilkan buah yang berlipat ganda. Amin.

    ISI                               Harga Satu Jiwa (Markus 5:1-20)

Siapakah manusia itu? Pertanyaan ini adalah pertanyaan universal di muka bumi ini. Siapakah manusia itu dan berapa nilainya ? Dengan apakah manusia itu dinilai “harganya” dibandingkan dengan makhluk yang lain, dan bahkan dengan “benda” yang lain? Firman hari ini adalah kisah pertemuan Yesus Kristus, Anak Allah yang turun ke bumi dalam rupa manusia, dengan seorang manusia yang sangat “dipertanyakan” nilai dan harga dirinya sebagai manusia.
     Yesus baru saja mengajar orang banyak yang selalu mengikutinya dengan perumpamaan-perumpamaan. Dia kemudian memutuskan untuk naik perahu dan menyeberangi Danau Galilea. Tujuan Yesus adalah daerah Gerasa. Daerah ini termasuk Wilayah Sepuluh Kota, yang dihuni oleh orang-orang bukan Yahudi. Akan tetapi, mengapa Yesus mau pergi ke sana? Bukankah umatNya menantikan untuk mendengarkan pengajaran Firman dari-Nya? Tidakkah Yesus melihat orang banyak yang berbondong-bondong datang dari segala penjuru Israel untuk mendengarkan Dia? Malahan Dia meninggalkan mereka dan pergi ke daerah orang kafir.
     Yesus punya tujuan yang sangat jelas dalam perjalanan itu. Meskipun Ia harus diganggu angin ribut yang membuat murid-murid-Nya panik, Yesus datang ke tempat itu dengan tujuan yang sangat jelas. Yesus memilih daerah Gerasa karena ada satu jiwa yang secara khusus ingin ditemui-Nya. Mari kita baca, Markus 5:2. “Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.”
     Seorang yang kerasukan roh jahat, yang diam di pekuburan, datang menemui Dia. Ini sungguh suatu penyambutan yang luar biasa. Biasanya, jika ada seorang petinggi atau pembesar yang datang ke suatu daerah, akan disiapkan sebuah panitia penyambutan yang menyambutnya secara khusus. Kedatangan sang Juruselamat ke daerah Gerasa ini disambut dengan khusus, oleh seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan.
Orang seperti apakah dia yang menyambut Yesus ini? Dia adalah seorang yang menjadi gila oleh karena kerasukan roh-roh jahat yang begitu banyak. Selain menjadi gila, dia juga menjadi begitu berbahaya dan tidak bisa dikendalikan.
Keluarganya berusaha mengendalikan dia dengan membelenggu dia dengan rantai yang besar-besar, tetapi kuasa roh-roh jahat di dalam dirinya begitu kuatnya sehingga semua rantai itu diputuskannya. Oleh karena itu, mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dia di pekuburan. Di sana siang malam ia berkeliaran sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
Saya mencoba membayangkan rupa orang yang “menyambut” Yesus itu. Ia tidak tinggal di rumah seperti layaknya manusia, tetapi kediamannya adalah di pekuburan, tempat mayat-mayat yang membusuk. Rupanya pun sangat menyeramkan. Tubuhnya kotor dan bau, dan rambutnya panjang tidak terurus. Selain itu badannya juga penuh dengan luka sayatan dan goresan batu.
Tidak ada keelokan sama sekali pada diri orang ini. Ia juga tidak berpakaian sebagaimana layaknya manusia. Hanya ada bekas rantai dan belenggu di pergelangan tangan dan kakinya. Dari mulutnya tidak keluar suara merdu dan lembut seperti manusia beradab, tetapi lolongan dan erangan binatang liar yang sering menemani dia di pekuburan itu.
Yesus tidak bisa diam melihat orang yang malang itu. Dia langsung mengenali roh-roh jahat itu dengan melihat karya mereka atas orang itu, dan dengan tegas Yesus menghardik mereka. “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (Mr 5:8b). Di depan karya iblis yang kejam, Yesus tidak perlu berbasa-basi.
Satu kalimat yang langsung keluar dari mulut-Nya adalah perintah tegas untuk meninggalkan jiwa orang yang malang itu. Akan tetapi, apa jawab mereka? Dengan suara keras pula roh jahat memakai mulut orang itu dan menjawab, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” (Mr 5:7b). Roh-roh jahat itu tahu siapa Yesus, dan apa kuasa-Nya. Namun, mungkin mereka tidak menduga Yesus akan datang ke tempat itu dan mengusik “ketenteraman” mereka. Mereka berseru, “Apa urusan-Mu dengan kami?   Jangan siksa aku!”. Dengan memakai mulut orang Gerasa yang malangitu, mereka berseru seolah-olah kehadiran Yesus-lah yang mengganggu kedamaian mereka.
Seolah-olah Yesus-lah yang membawa siksaan bagi manusia itu. Akan tetapi, Yesus tidak bergeming sama sekali. Ia menatap mata orang itu dan menanyakan namanya. Nama adalah lambang pribadi seseorang. Setiap manusia yang berpribadi mempunyai nama. Berbeda dengan benda-benda mati yang dikenali berdasarkan fungsinya atau nomor serinya, setiap manusia mempunyai pribadi dan nama yang jelas.
Yesus datang untuk bertemu dengan seorang pribadi, karena itu ia bertanya kepada orang itu, “siapa namamu?”. Akan tetapi, apa jawaban yang keluar dari mulutnya? Sekali lagi roh jahatlah yang menjawab. “Legion, karena kami banyak.”
Yesus bukan sedang ingin berdialog dengan roh jahat di dalam orang itu, akan tetapi orang itu telah begitu dikuasai oleh roh-roh jahat itu, sehingga namanya sendiripun telah lenyap. Orang Gerasa itu telah kehilangan pribadinya dan jiwanya telah dikuasai oleh roh-roh jahat. Legion artinya pasukan yang berjumlah 5.000 orang dalam sistem ketentaraan Romawi pada waktu itu. Roh-roh jahat itu memperkenalkan diri kepada Yesus bahwa mereka adalah Legion, pasukan yang besar.
Sorot mata Yesus yang tajam kini dipenuhi amarah yang besar. Bagaimana bisa, mereka roh-roh jahat yang terusir dari sorga oleh karena pemberontakan mereka, berani menantang kekuasaan Allah yang Maha Tinggi? Dan yang terutama, bagaimana bisa, seorang manusia, terampas jiwanya dan dikuasai oleh mereka? Itu tidak bisa dan tidak boleh dibiarkan sama sekali.
Saudara-saudari yang dikasih Yesus! Ketika merenungkan firman ini saya merasa ditegur dengan keras. Seringkali kita masih  memandang manusia dari rupa luarnya. Betapa kita pun telah terjebak untuk menggolongkan nilai manusia pada tingkat yang berbeda-beda. Menggolongkan sekelompok manusia sebagai lebih bernilai daripada kelompok yang lain.
Ada banyak ukuran yang dikenakan kepada manusia untuk mengukur nilainya. Seringkali ukuran itu adalah kekayaannya, status sosial atau pendidikannya, kemampuan lahiriah, sampai pada kesehatan fisik dan mentalnya. Orang seperti orang gila di Gerasa tentulah akan menempati level yang terendah dalam ukuran itu. Orang yang dirasuki oleh ribuan roh jahat, tidak akan menempati level yang sama dengan orang yang lain.
Yesus pada hari ini menegaskan suatu kebenaran mutlak kepada kita.  Seberapa berhargakah nilai jiwa seorang manusia? Dengan ukuran apakah itu dapat diukur? Yesus dalam firman hari ini menjawab itu dengan tegas. Manusia diciptakan Allah dengan membawa rupa dan gambar Allah yang mulia. Itulah nilai manusia di depan Allah, dan nilai itu adalah mutlak.                
Dosa mengaburkan rupa dan gambar Allah itu sedemikian dahsyatnya dari manusia, sehingga manusia menjadi suatu makhluk yang kelihatannya tidak ada harganya lagi. Akan tetapi, di depan Allah, nilai manusia yang mutlak itu tetap sama. Setiap jiwa di depan Allah, seperti apapun rupanya, tetap sama.
Sekali lagi kebenaran ini adalah kebenaran yang harus kita ingat selalu. Akan tetapi, sesungguhnya kita harus hidup dengan kebenaran ini. Ini adalah kebenaran yang mendasari dunia  kita. Nilai satu jiwa adalah sama, siapapun dia, tanpa pembedaan sama sekali. Setiap jiwa seharga pengorbanan Yesus di kayu salib baginya. Karena jiwa orang gila di Gerasa ini demikian berharga, Yesus rela menyeberangi danau dan melintasi angin ribut dan badai untuk mendapatkan dia, dan untuk melepaskan dia.
Lalu apa yang Yesus lakukan untuk melepaskan dia? Di depan roh jahat yang menguasai jiwa manusia yang berharga itu, hati Yesus penuh dengan amarah yang meluap-luap seperti api yang menghanguskan. Amarah Yesus adalah amarah karena kasih-Nya, akan satu jiwa yang sedang tersungkur di hadapan-Nya itu. Bagi Yesus, tidak ada kompromi yang bisa dimungkinkan sama sekali di depan keadaan seperti itu. Orang Gerasa itu harus dibebaskan. Yesus tidak membuang-buang waktu dengan menyelidiki apa penyebab sehingga orang itu bisa dikuasai oleh roh jahat sebanyak itu. Tidak. Satu-satunya yang Yesus mau lakukan saat itu, adalah menyelamatkan dia sesegera mungkin.
Kemarahan Yesus segera menggentarkan roh-roh jahat itu. Kuasa sorgawi yang maha dahsyat menggetarkan tempat itu dan membuat mereka gemetar. Bagaimana tidak, Anak Allah yang Maha Tinggi dalam kegeraman murka-Nya atas karya iblis, tidak ada satu makhluk pun yang akan bisa tahan berdiri di depan-Nya. Dengan tersungkur roh-roh itu memohon agar tidak diusir keluar dari daerah itu. Memang daerah itu adalah daerah kafir, sehingga mereka berharap masih ada tempat lain bagi mereka setelah mereka keluar dari orang itu.
Akan tetapi, urusan keselamatan jiwa tidak memerlukan negosiasi atau perundingan seperti itu. Karena Yesus tetap diam dan amarah-Nya atas mereka, roh-roh itu memohon lagi agar diperkenankan masuk ke dalam babi-babi yang sedang digembalakan di dekat situ. Ketika Yesus mengabulkan permintaan mereka, mereka pun segera keluar dan membuat dua ribu ekor babi itu kesurupan dan terjun menemui ajal di dalam danau.
Betapa ributnya suasana waktu itu. Saya membayangkan jeritan babi-babi yang dirasuki roh-roh jahat itu begitu memekakkan telinga dan tidak terkendali, sehingga para penjaganya lari terbirit-birit.“Apa-apaan ini?Apa yang sedangterjadi?”,mungkin itulah yang berkecamuk di pikiran penjaga-penjaga babi itu .Mereka tidak mengetahui bahwa suatu karya keselamatan yang terindah sedang terjadi, karena itu mereka lari terbirit-birit ketakutan.
Satu jiwa yang selama ini dibelenggu oleh kuasa roh jahat yang kejam, dilepaskan dengan sempurna. Itulah tujuan Yesus datang ke tempat itu, bahkan itulah tujuan Yesus datang ke dunia ini. Yesus datang ke dunia ini dengan mengenakan rupa manusia, adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia yang tertawan oleh kuasa si jahat, kuasa dosa, dan maut.
Oleh karena itu, dua ribu ekor babi tidak ada artinya sama sekali, bila dibandingkan dengan keselamatan orang gila di Gerasa itu. Jangankan dua ribu ekor babi, seluruh isi dunia ini pun tidak bisa dibandingkan nilainya dengan nilai satu jiwa di depan Tuhan kita. Itulah hati Yesus, Tuhan kita, dan hati Allah Bapa, yang tidak bisa tahan melihat manusia yang diciptakan-Nya kehilangan harga dirinya yang mulia.
Berita kematian dua ribu ekor babi itu pun segera menyebar di kota. Para pemilik babi-babi itu pun seperti orang yang kebakaran jenggot. Dengan bergegas mereka pergi ke pekuburan untuk melihat siapa biang keladi semua itu. “Apakah si gila itu beraksi lagi?”, mungkin ada yang bertanya seperti itu. Akan tetapi, apa yang mereka lihat ketika mereka tiba di sana?
Sebuah pemandangan yang sebenarya sangat mengharukan. Tidak ada lagi si gila dari Gerasa. Mari kita lihat ayat 15. “Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.” Ya, tidak ada lagi si gila dari Gerasa.
Orang itu telah dilepaskan dari roh-roh jahat yang menawan jiwanya selama ini. Ia telah membersihkan dirinya, murid-murid Yesus telah memakaikan pakaian yang indah kepadanya, dan rambutnya yang awut-awutan itu pun telah dirapikan. Sekarang ia duduk dengan tenang, mendengarkan firman Yesus, Anak Allah yang hidup. Saudara-saudari yang terkasih! Tidakkah ini mengharukan?
Dia yang mereka buang ke pekuburan, seperti membuang anjing kudisan yang tidak bisa diharapkan lagi, kini telah dipulihkan. Dia yang sudah dianggap mati, sehingga ditempatkan bersama mayat-mayat yang membusuk, kini telah hidup kembali. Di mana lagi ada pemandangan yang seharu ini? Akan tetapi, di ayat 15b kita melihat reaksi orang-orang itu jauh sekali dari rasa haru, “Maka takutlah mereka.”
Mereka ketakutan. Apalagi mereka mendengar bahwa demi si gila ini, babi-babi yang merupakan sumber penghidupan mereka menjadi binasa. Lagi-lagi mereka berseru, “Apa-apaan ini?”. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa tiba-tiba mereka harus menjadi lebih miskin. Mereka harus menjadi lebih miskin karena si gila yang mereka buang. Oleh karena itu, mereka mendesak Yesus untuk segera pergi dari daerah mereka. Mereka takut, mereka akan menjadi semakin miskin kalau Yesus lebih lama lagi ada di tengah mereka.
Saudara-saudari yang di kasih Yesus! Betapa menyesakkan sikap orang-orang itu. Memang karya iblis yang menawan jiwa orang Gerasa itu sungguh menyesakkan hati, tetapi rupa penduduk desa itu lebih menyesakkan hati Yesus. Mereka sama sekali tidak menyambut karya keselamatan yang dibawa oleh Yesus dengan rasa haru dan sukacita. Di antara mereka pastilah ada keluarga atau kerabat dari orang yang tadinya kerasukan itu, tetapi sikap mereka sama saja.
Bagi mereka, kepentingan ekonomi jauh lebih utama dari satu jiwa yang diselamatkan. Akhirnya, Yesus pun kembali naik ke perahu. Orang yang telah diselamatkan itu meminta untuk mengikuti Yesus. Saya sangat bisa memahami permintaan orang itu.
Betapa tidak, dia telah ditolak oleh orang-orang sedesanya, tidak ada lagi tempat baginya di sana. Akan tetapi, Yesus memberi dia sesuatu yang lebih indah lagi.dengan berkata;  “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (Mr 5:19b). Yesus mempercayakan  misi kepadanya. Haleluya!
Saudara-saudari yang terkasih! Firman ini membukakan kebenaran yang indah bagi kita dalam banyak segi. Yang pertama, orang gila di Gerasa, iamemiliki rupa yang sungguh menyeramkan. Akan tetapi, Yesus datang kepadanya dan melepaskan dia, dan bahkan memberikan  misi yang indah kepadanya. Sebelum Yesus datang dalam hidup kita, hidup kita pun sangat berantakan. Memang kita tidak tinggal di pekuburan, tetapi hati dan jiwa kita sungguh-sungguh mati.
Saudara-saudari yang terkasih! Hari ini pasang telinga baik-baik, dan dengarkanlah kisah ini. Seperti apapun rupa kita di masa lalu, Tuhan tidak pernah mempersoalkannya lagi. Dia memang marah kepada dosa dan setan yang menguasai kita dengan kejam, tetapi kasih-Nya kepada kita tidak pernah berubah sejak penciptaan manusia. Dia turun dari tahta-Nya di Sorga untuk kita yang dibuang di pekuburan, dan memberikan kita kelepasan sempurna. Kisah seorang gila yang sudah dianggap bukan manusia yang hidup lagi, yang dipanggil untuk karya penyelamatan Allah.

Tuhan mau kita menerima kisah indah itu sebagai kisah kita. Dan, juga kita, yang dahulu kerasukan dunia, mau agar kita menerima kisah indah itu di dalam hati. Sesungguhnya untuk apakah Allah menciptakan kita? Untuk apakah saudara/i dan saya ada di bumi ini? Tujuan Allah menciptakan kita tidak pernah berubah sejak dahulu, dan sesungguhnya itulah jati diri kita yang sejati. Saat ini mungkin kita sulit menemukan jati diri itu dalam diri kita, oleh karena dosa yang menutupinya.
Akan tetapi, sebuah biji mutiara, sekalipun itu tertanam di dalam lumpur, hakekatnya tetaplah biji mutiara yang berharga. Itulah hakekat saudara/i dan saya. Seperti apapun dosa di masa lalu, kecemaran yang telah kita lakukan, hakekatnya kita di depan Allah tetap sama. Allah memanggil kita untuk datang kepada Yesus, agar kita menerima pemulihan sempurna. Karena itu, jangan tunggu dan tunda satu detik pun untuk menjawab panggilan itu.
Kebenaran yang kedua. Setelah kita dipulihkan jati diri kita melalui pertemuan dengan Yesus, ada misi yang menanti kita. Di depan kita ada dunia yang penuh dengan orang-orang yang seperti orang Gerasa tadi. Ada banyak orang yang tidak lagi dianggap manusia, tetapi hanya dihitung dengan angka-angka. Mereka yang mengemis dan mengamen di perempatan jalan, yang mengais-ngais di antara timbunan sampah, yang kehilangan harapan hidup karena cacat di tubuh.
Mereka semua adalah jiwa-jiwa yang berharga, seperti biji-biji mutiara yang telah lama terbenam di dalam lumpur. Maukah kita, walau dicerca oleh dunia yang  lebih mengutamakan ekonomi dari pada jiwa manusia, menyeberangi danau, melintasi angin ribut dan badai demi mereka mendengar berita indah kehidupan? Ketahuilah, demi mereka Yesus datang ke dunia ini, bahkan Dia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib, mereka, saudara/i dan saya
Tidak ada kata yang lain bagi kita yang telah dipulihkan terlebih dulu, selain “Mari!”. Mari lepaskan pandangan dan hati yang sempit yang hanya berpusat hal-hal penghidupan kita, seperti penduduk desa yang lebih mementingkan babi-babinya. Mari kita memiliki hati yang sama dengan Yesus, Tuhan kita, bagi setiap jiwa yang terabaikan.
Di mana pun mereka, seperti apapun mereka, mereka adalah jiwa yang berharga semahal darah Yesus. Sekali lagi, inilah dunia kita. Dunia yang kita bawa untuk memenuhi bumi ini, adalah dunia kasih kepada sesama manusia, yang tidak membeda-bedakan dengan ukuran-ukuran duniawi yang relatif, tetapi dunia kasih yang mutlak dan tanpa batas. Tuhan telah melakukan itu di Gerasa, dan Dia juga telah melakukannya dalam hidup saudara/i dan saya. Saat ini mari kita melakukan bagian kita bagi sesama kita, bagi jiwa-jiwa yang terabaikan, sampai ke setiap sudut bumi ini.
Saudara-saudari yang terkasih! Saya rindu dan saya mau firman hari ini menjadi hidup dalam kita. Bila demikian, percayalah, kita akan menjadi Shine sejati, yang membawa sinar cahaya kehidupan ke dunia yang gelap di zaman yang terakhir ini. Amin.

                  

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog