Responsive Banner design
Home » » AYUB

AYUB


Ayub 4:17, Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya? (Terjemahan Baru)

 

Pendahuluan

Ketika tragedi atau hal yang menghancurkan hati datang, reaksi pertama manusia adalah berkata bahwa Allah itu tidak adil. “Engkau tidak adil!” manusia terlalu cepat mengatakan yang salah terhadap Tuhan (Yes. 32:6). Dengan melakukan hal ini, kita merendahkan Allah,  dan meninggikan hati kita.
Ayub bersalah dalam hal ini dikemudian hari dalam ujian yang dialaminya itu, meskipun tidak demikian awalnya. Ia mempersalahkan Tuhan, tetapi tidak menemukan kesalahan yang ada pada dirinya sendiri, dengan demikian, ia menganggap dirinya lebih benar daripada Allah. Allah ingin mengajarkan pelajaran ini kepada Ayub dan setiap kita yang hadir di sini. ‘Akankah seorang manusia lebih benar daripada Allah? Akankah seorang manusia lebih suci daripada Penciptanya?’ sebelum kita melanjutkan pelajaran ini, marilah kita berdoa. Berdoa.

Isi
            Kekristenan yang nyaman pada masa kini adalah suatu mentalitas yang banyak dikhotbahkan dari atas mimbar. Itu adalah suatu mentalitas yang memperalat Allah sebagai suatu jalan agar kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita terpenuhi, namun hanya sedikit peduli untuk melaksanakan kehendak Allah dan agar hidup kita diubah. Mentalitas itu menginginkan sesuatu tanpa mau berkorban.
            Kekristenan yang nyaman memberikan kepada kita pengampunan cuma-cuma (bebas dsari rasa bersalah), pengobatan cuma-cuma (kesembuhan Ilahi), kecukupan cuma-cuma) (bebas dari tekanan ekonomi), dan bebas dari depresi dan dukacita. Namun saudara-saudara, kita jangan salah paham terhadap hal ini. Allah suka memberkati untuk menguatkan dan menolong. Namun hal-hal ini bukanlah hal-hal utama dalam Tuhan walaupun hal-hal ini adalah keuntungan dari Injil.
            Allah tidak bermaksud supaya umat-umatNya ada dalam kondisi ‘berkemah dan bertempat tinggal’ di sekeliling berkat. Ia lebih peduli akan menjadi apakah kita kelak. Allah merindukan seorang mempelai yang sepadan dengan Dia, yang mengasihiNya bukan demi berkat, tetapi yang mau menerimaNya apa adaNya.
            Setan menuduh Ayub setia karena Allah memberkatinya dengan berkat-berkat yang melimpah. Berkat-berkat itu dapat kita lihat di dalam Ayub 1:1-3. Setan pada saat ini juga mencobai kita dengan pencobaan yang serupa. Hal itu dapat kita buktikan di dalam Yohanes 6:26.
            Ayub adalah kitab tertua (>4000 th), ditulis tak lama sesudah air bah (sebelum th. 2000 SM) sebelum Abraham. Dalam Ayub 8:8,9 – zaman dahulu umur manusia ratusan tahun. Ayat 9 – hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi jika dibanding dengan zaman air bah. Umur manusia turun drastis; kesannya zaman sebelum air bah tidak terlalu lama dari generasi Ayub ini.
            Kehidupan Ayub sebelum dicobai dapat kita baca dan renungkan Ayub pasal 1, 29, dan 31.

1.         Tanah Uz
Ayub tinggal di tanah Uz, tanah yang subur (Ayub 1:3,4), dekat dengan padang gurun (Ayub 1:19). Lokasinya kurang pasti. Dua tempat yang pa,ing mungkin ialah Hauran, sebelah selatan Damsyik, dan daerah antara Edom dan Arab utara. Uz sebagai sasaran perompakkan orang-orang Syeba (1:15) dan Kasdim (1:17). Ensiklopedia Alkitab hal 533. Di dalam Yeremia 25:20, Uz dirangkaikan dengan filistin, Ecom, Moab, dan Amon. Di dalam Ayub 1:3 dikatakan ‘dari Timur’. Timur di Alkitab selalu identik dengan negara-negara yang ada di kawasan padang gurun Arab, lebih rendah dari sungai Yordan dan Laut Mati, setelah Ammon, Moab, dan Edom. Kelihatannya dari keterangan-keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Uz terletak di daerah Edom.

2.                  Ayub adalah orang yang disalahpahami.
Banyak orang menyangka bahwa pikiran negatif Ayublah yang menyebabkan pencobaan itu datang kepadanya. Dengan membaca Ayub 3:25, banyak orang berkata bahwa pikiran negatif Ayub membuka kesempatan bagi setan untuk mendatangkan malapetaka atas dirinya. Namun pernyataan itu adalah salah saudara-saudara! Di dalam pasal 1 kita ketahui dengan jelas bahwa pencobaan yang jatuh atas Ayub adalah merupakan hasil kesepakatan Tuhan dengan setan. Bila kita baca pasal 1, kita dapat lihat di situ, bahwa Allah memuji Ayub dengan berkata bahwa tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang sesaleh dan sejujur dia. Ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Pujian Allah itulah yang menimbulkan kecemburuan setan sehingga setan mendatangkan malapetaka itu kepada Ayub. Jadi di dalam Ayub pasal 3:25 adalah meyatakan peringatan Allah terhadap Ayub pada zaman dulu yang diingatnya pada saat ia menerima pencobaan itu. Tidak heran jika Tuhan mempersiapkan Ayub dengan jalan berbicara kepadanya tentang ujian yang akan dialaminya. Ayub tidak tahu kapan, dimana, bagaimana, tetapi ia tahu bahwa ujian  yang hebat akan menimpa dirinya. Allah memberi pra-pengetahuan kepada hamba-hambaNya tatkala Ia tahu bahwa mereka membutuhkanNya (Yoh. 14:29).
  
3.                  Ayub mempunyai pertemuan-pertemuan khusus dengan Allah sebelum ia diuji.
Tak seorang manusiapun akan sanggup menanggung ujian seperti Ayub tanpa mendapat janji-janji dan pengalaman-pengalaman yang luar biasa lebih dahulu dari Tuhan (Ayub 29:1-4).

4.                  Ayub memperoleh visi.
Ia mendapat visi tentang kedatangan Yesus yang ke-2, kebangkitan yang pertama dan zaman 1000 tahun.
Ayub 19:25 – ia memperoleh janji-janji pribadi dari Allah bahwa ia akan ikut serta dalam kebangkitan ini dan akan benar-benar melihat Tuhan pada zaman milenium. Dengan janji-janji ini ia hidup kudus. Ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (1:1).
Ayub diuji dalam tujuh cara :
i.                    Secara ekonomi-ia kehilangan segala yang ia miliki (harta, mata pencaharian, pegawai-pegawai).
ii.                  Dalam rumah tangga-ia kehilangan anak, isterinya berbalik melawannya.
iii.                Secara jasmani-tubuhnya ditimpa kesakitan yang hebat dan bisul-bisul dari ujung rambut sampai ujung kaki.
iv.                Secara sosial-keluarga dan teman-teman dekatnya salah presepsi terhadapnya. Warga kota memandang rendah dan berbicara jahat tentangnya. Reputasinya hancur.
v.                  Secara mental-ia bingung.
vi.                Secara emosional-ia tertekan dan tidak mempunyai harapan.
vii.              Secara rohani-Allah akan berdiam diri selama beberapa bulan.
Mengapa beberapa orang Kristen kuat dan teguh, sementara yang lainnya jatuh bangun terus-menerus? Apa yang menentukan kekuatan seorang percaya? Saya percaya jawabannya adalah visi mereka. Itu terletak di dalam pemahaman mereka tentang kebenaran. Dalam I Kor. 8; Roma 15:1-13, Paulus menyebutkan dalam beberapa suratnya tentang seorang saudara yang lemah yang mempunyai hati nurani yang lemah pula. Apa alsannya seseorang bisa menjadi lemah secara rohani? Karena kebenaran dan terang dan wahyu belum menembus keberadaannya. Suatu perubahan terjadi dalam jiwa kita ketika Allah membuka mata kita dan memberikan pengertianNya ke dalam hati kita. Oleh karena itu kita harus meminta agar Allah memberi kita suatu hati kita yang mengerti sama seperti Salomo (I Raj. 3:9,10).
Tanpa pengertian yang benar, reaksi kita terhadap kesulitan-kesulitan akan buruk. Apakah saudara pernah memperhatikan sikap dunia dan orang-orang yang tidak taat memandang kesukaran? Selalu dengan kemurungan! Ini disebabkan karena mereka hanya hidup untuk sekarang ini. Sebaliknya dalam II Kor. 4:17; Roma 8:18, 28, Paulus merangkul kesulitan-kesulitannya karena ia tahu dan memahami manfaat kekal yang akan diberikan Allah oleh kesulitan ini. Amsal 29:18 – Bila tidak ada visi binasalah rakyat. (KJV).
            Allah dalam memberi ujian kepada Ayub ini bermaksud supaya Ayub tetap berpegang dan mempercayai Allah secara mutlak. Seringkali dalam suatu ujian Allah tidak dapat menjelaskan apa yang sedang Ia tuju atau apa yang sedang Ia kerjakan, sekalipun Ia mau. Akan tetapi, seringkali Ia benar-benar menerangkannya setelah ujian itu berlalu. Jika Allah memberi kita pengertian yang menyeluruh selama menghadapi suatu ujian, inilah yang akan terjadi:
v  Iman dan kualitas-kualitas kita yang lain tidak akan berkembang.
v  Hati kita tidak akan siap untuk menerima apa yang ingin Allah katakan kepada kita.
v  Hal ini dapat menghancurkan karya yang sedang Ia lakukan dalam kehidupan kita.
v  Hal itu dapat menghancurkan kita, sebab itu terlalu berat bagi kita.

5.                  Ayub tidak pernah mengeluh tentang si Iblis.
Ayub 1:21, Ayub tahu bahwa ada kuasa yang lebih tinggi, dan bahwa Allahlah yang bertanggung jawab pada akhirnya. Karena itu keluhannya hanya ia tujukan pada Allah. Ayub 1:21, Ayub tidak berkata “Iblislah yang mengambil.” Setan si pembuat derita mengetahui bahwa tidak dapat membujuk Ayub untuk berbuat dosa karena Ayub mengetahui dengan sungguh bahwa allahlah yang bertanggung jawab atas semua keadaan itu (Ayub 1:21; 2:10; 42:11).
Ketika Roh Kudus berdiam diri, teman-teman Ayub sibuk menganalisa, membuat teori-teori dan berfilsafat. Mereka tidak memiliki firman Tuhan. Allah tidak berbicara melalui mereka. Karena itu teman-teman yang sesungguhnya bermaksud baik ini sedang menghakimi Ayub dengan pikiran-pikiran alamiah mereka sendiri. Saudara-saudara, tatkala seseorang berada dalam penderitaan yang luar biasa, berkata-katalah sesedikit mungkin. Berdoalah dengan suara perlahan, dan jangan menganggap bahwa saudara memiliki jawaban-jawaban atas masalahnya, atau bahwa saudara memiliki nasehat yang sempurna. Sungguh menyakitkan rasanya bila teman-teman dekat kita salah paham terhadap kita. Ini merupakan salah satu aspek tersulit dari ujian Ayub. Kita semua pernah menjadi korban yang dianggap bersalah oleh saudara seiman yang bermaksud baik terhadap kita, namun kitapun pernah bersalah dalam hal yang sama. Karena itu patut kita bersikap mudah mengampuni terhadap orang-orang lain yang salah menilai kita, khususnya ketika kita merasa bahwa mereka perlu mengetahui permasalahannya dengan baik.
Zakaria 13:6 – pada kedatanganNya yang kedua kali, Kristus akan ditanya (Zak 13:6). Kalau kita mau mengenal Yesus dengan lebih intim, kita harus mengalami sakitnya dilukai oleh sahabat-sahabat kita.
            Setelah melalui masa ujian yang sulit, selama beberapa bulan, pada akhirnya Ayub mampu berkata, dalam Ayub 42:5.
Ayub 42:10, - dalam Alkitab versi bahasa Inggris (KJV) ‘Allah melepaskan Ayub dari tahanan atau pembuangan’. Dalam Yer. 24:5-7, tujuan penawanan-pembuangan-adalah agar Allah  dapat memberikan suatu hati untuk mengenal Dia. Ini adalah demi kebaikan kita.
Untuk memberkati Ayub pada akhirnya. (Mzm. 45:18) – Aku mau memasyurkan namamu turun-temurun.
Dari Yeh. 14:14, kita melihat Allah memberkati Ayub pada 1500 th. yang sesudahnya, bahkan sampai sekarang alasan Allah memberikan pengalaman-pengalaman yang memalukan dan merendahkan adalah agar Ia dapat meninggikan kita pada waktunya. (I Pet. 5:6).
Allah juga ingin menguji semua orang di sekitar Ayub.
Saudara seiman, sanak keluarganya, juga orang-orang di pusat kota Uz, tatkala seorang pemimpin sedang melalui suatu ujian, Allahpun dengan seksama memandang ke dalam hati setiap orang di seluruh persekutuan atau organisasi itu untuk memperhatikan apa yang sedang mereka katakan dan pikirkan. Ayub tidak hanya meninggalkan sebuah pesan bagi generasinya saja, tetapi juga bagi setiap generasi yang akan datang sesudahnya.

Kesimpulan
Pelajaran yang Allah ingin ajarkan melalui ujian Ayub :
a.              Walaupun mungkin tragedi, dukacita, atau kekecewaan datang ke dalam hidup kita. Allah adalah jauh lebih besar daripada kita. Dan kita dapat menuduhNya dan menuntutNya. Dia tidak bertanggung jawab dan kitapun tidak patut mempertanyakan kasihNya kepada kita.
b.             Karakter, hikmat, dan penilaianNya yang baik tidak dapat dicela. (pada waktu kesusahan, manusia sering memberi reaksi negatif. Terlalu sering Allah dituduh berlaku kasar, tidak peka, dan tidak adil).
c.              Ada kasih karunia yang tersedia untuk setiap ujian. Pada akhirnya Allah memecahkan setiap kesulitan jika kita menjaga hati kita tetap benar dan tidak menjadikan diri kita menjadi pahit.
d.             Jika Allah tidak memberi penjelasan tentang apa yang sedang Ia lakukan, kita harus tetap mempercayaiNya.
Sekali lagi ini membawa kita kepada tema kisah Ayub;

“Akankah seorang manusia lebih benar daripada Allah? Akankah seorang manusia lebih suci daripada Penciptanya?” mengoreksi diri dan selalu bergantung kepada Allah, inilah doa dan harapan saya.

by Soeson CH Sarbini

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog