Responsive Banner design

Layanan Bisnis

Berbagai kemudahan dan fasilitas dibangun perusahaan guna kenyamanan pelanggannya. Pada kompetisi saat ini yang begitu ketat dan tangguh dibutuhkan pelayanan ekstra. Canggihnya sih pelayanan yang melebihi harapan pelanggan. Ibaratnya sih pelanggan pengin nasi goreng segera dihidangkan nasi goreng istimewa, plus jus buah, plus ice cream atau pulang sepatunya disemir dan kendaraannya di lap, wah wah. Kenapa, karena yang jual nasi goreng bejibun buanyak dari yang pinggir jalan sampai restaurant mewah. Begitu sulit mendapatkan pelanggan, sehingga harus habis-habis menservis tamu.

Konon berbagai bisnis fast food sering dirajai pebisnis atau gerai franchise dari luar. Ada yang namanya drive through yakni gerai yang melayani pelanggan dengan berbagai produk makanan tanpa kita keluar dari mobil kita. Cukup masuk jalur drive thru tadi, pesan, tunggu, makanan siap , bayar dan kembali kita dapat terus menggeber mobil lagi. Yang jelas seperti Mc Donald sudah cukup lama memiliki layanan ini. Dimaklumi bahwa gerai laris macam McDonald ini selalu penuh dengan pembeli, maka bagi mereka yang sibuk dan buru-buru tidak perlu antri dan turun dari kendaraan, cukup ambil jalur drive thru tadi.

Kalau layanan delivery rasanya sudah cukup umum dan banyak penyedianya. Entah itu Pizza Hut, McD juga, Hoka-Hoka Bento dan gerai fast food lainnya. Bahkan restaurant padang saja menyediakan jasa antaran ini. Syaratnya biasanya minimum pembelian dan area-nya dalam jarak jangkau gerai tadi. Bahkan layanan jenis ini belakangan cukup marak dan ramai karena banyak orang makin sibuk, tidak sempat masak dan pola hidup serba praktis.

Nah baru tadi pagi saya mencoba menikmati layanan drive thru, namun bukan gerai makanan. Kali ini, karena saya butuh uang cash segera saya mencoba “berhutang” via kartu credit citybank. Hmm ternyata cukup mudah, yakni tinggal menuju pos penyedia drive thru tadi, dan transaksi biasa dengan kartu kredit. Bahkan monitornya bisa disetel naik turun menyesuaikan ketinggian duduk kendaraan kita. Keren juga ya, kita bisa ngutang dari bank sekelas citybank, tanpa proses berbeli-belit bahkan langsung sreeek uangnya keluar. Hanya bunganya hmm cukup besar deh dan nampaknya jangan menggunakan opsi ini kecuali kita darurat he he. Rasanya darurat mulu kali yaa, mudah mudahan tidak yach sekali-kali boleh lah.

Tukang cukur juga tidak kalah canggih menservice pelangganya lho. Cobalah memotong rambut, pasti selesai rambut rapi kita bakal diurut kepala, leher dan dikendorkan urat leher kita, krek krek. Hanya kata salah satu sumber kesehatan sebaiknya kita jangan membiarkan leher kita dipuntir hanya untuk krek dan sugesti urat jadi rileks, karena konon berbahaya. Bayangkan leher kecil kita penuh dengan urat, otot, syaraf dan tulang leher ! jangan sampai urat kejepit tulang , wuihh fatal deh.

Penerbangan ! belum lupa dalam benak kita penyedia jasa penerbangan bersaing harga murah ! Dalam hal ini memang pelayanan justru berbeda. Alih-alih mendapat kenyamanan bahkan jumlah seat ditambah guna mengejar skala ekonomi. Pelayanan ya dalam harga ticketing yang murah tadi. Saking berlomba murah maka duduknya ada yang mulai dari jarak antar seat mepet sampai dengkul kita nekuk maupun belakangan ada penerbangan yang murahnya bahkan melebihi naik kereta api atau bus executive, namun tanpa nomor seat, hayoo. Jadi layaknya kita naik angkot, masuk ke kabin pesawat rebutan kursi karena memang tidak bernomor.

Itulah memang dunia persaingan bisnis kita. Berbagai advantage ditawarkan mulai dari produk hebat, pelayanan super nyaman sampai harga super murah.

PLAN

Heboh! itulah situasi kemarin ketika sepeda motor mesti lewat jalur kiri. Sebelumnya motor dengan leluasa bermanuver ke kanan, kiri, nyelip sana sini dan bahkan mengambil lajur lawan. Akhirnya meski agak lambat mulai disadari bahwa motor atau kendaraan roda dua semestinya punya jalur sendiri. Malaysia saja sudah lebih dulu memisahkan roda dua, roda empat bahkan pejalan kaki. Kalau di kita sangat sulit mencari jalur khusus pejalan kaki atau trotoar karena diatasnya sudah berdiri kaki lima bahkan termasuk tadi diambil sebagai jalur motor. Nah motor lagi pan biangnya. Mestinya sebelumnya sudah ada antisipasi ketika penjualan motor booming tembus di atas 5 juta per tahun. Dan industri motor juga bukan kemarin sore namun sudah berjalan sekian tahun terakhir. Toh ada pajak kendaraan motor di sana kan. Just utilize it as it should be. Namun inilah mindset klasik kita, selalu bertindak atas dasar kondisi terpojok atau kepepet. Kondisi jalanan semrawut, motor berlaku bak pemilik jalan pun kecelakaan semakin tinggi, barulah terpikirkan pembagian jalur.

Other cases, tentunya kita sekarang juga disibukkan dengan dibukanya jalan-jalan baru, baik arteri maupun jalan tol. Hal ini termasuk pembangunan fly over atau underpass guna lebih memperlancar akses lalu lintas. Namun tidak kalah seru adalah pembangunan tersebut sering terbentur belum tuntasnya pembebasan lahan antara pemerintah dengan warga pemilik lahan. Sering didapati jalan sebagian sudah dibangun dipatok warga yang merasa belum adil penggantian harga lahannya. Akibatnya terjadi pemborosan dan tertundanya proyek yang akhirnya menghambat pembangunan itu sendiri. Parahnya hal ini sering berjalan berlarut-larut.

Banyak lahan atau tanah entah itu dekat jalan tol atau arteri atau di pinggiran kota yang marak atau dihuni rumah-rumah “liar”. Kita namakan demikian karena umumnya kondisi rumah tersebut serampangan atau hanya semi permanent atau yang jelas itu adalah lahan Negara yang bukan untuk peruntukkan rumah. Kita juga yakin bahwa rumah-rumah tersebut tentunya tidak berdokumen resmi/bersertifikat. Anehnya jaringan listrik dan telepon bisa masuk ke lokasi bahkan terbentuk RT/RW dan kelurahan. Terjadilah bias dan persepsi ganda atas berdirinya perumahan tersebut. Ini hanyalah bentuk dari bom waktu ketika nantinya perkampungan makin ramai dan Negara hendak menggunakannya bakal timbul konflik sangat serius. Kenapa tidak pada awalnya ditegaskan bahwa tidak diperkenankan mendirikan bangunan apalagi sebagai tempat tinggal atas lahan Negara tersebut. Jadi banyak pihak yang memang tidak “clear” dari awalnya. Lagi-lagi hal ini menambah panjang daftar kultur dan warna samar kita.

Perencanaan, itulah yang sering kita abaikan. Kita terlanjur bertindak atas dasar kebijakan instant dan malas menata landscape maupun tata bangunan kita. Jadilah sebagian tadi merupakan ajang suka-suka belaka dan kesemrawutan bertata kota. Ini merupakan hal yang teramat kompleks dan melibatkan hampir semua aspek kehidupan social, hokum, ekonomi, tata kelola tanah dan bangunan maupun aspek kemasyarakatan lainnya.

Secara meluas dalam berbagai forum atau ajaran manajemen terlampau sering di ungkap mengenai Plan, Do, Check and Action, selalu ada plan-nya. Bahkan masyarakat kita begitu kental dengan plan ini, terbukti setiap ada masalah yang timbul selalu dibentuk tim pencari fakta, atau tim kecil lainnya dan seterusnya. Tugas dari tim ini salah satunya tentunya planning. Ironisnya pada tataran bernegara, aspek planning kita justru seringnya keteteran. Nasi sudah menjadi bubur, nah tinggal sekarang mau diapakan ini bubur. Bagaimana caranya agar tidak mubazir dan terbuang. Memang butuh effort dan upaya lebih berat ketimbang sesuatunya terencana dari awalnya. So, segala hal yang sudah terjadi yakni back log kita mesti diupayakan tidak mubazir, sementara yang masih ke depan let it put on the right track. Selalu rencanakan segalanya dari awal.

Sang Pemimpin

Presiden terpilih Meksiko Felipe Calderon berjanji akan memotong gaji dan menterinya serta memangkas anggaran demi mengentaskan 50 juta rakyatnya yang berada di bawah garis kemiskinan. Hmm sungguh bak angin surga mendengar janji demikian keluar dari mulut seorang presiden. Meskipun masih harus dibuktikan dengan tindakan dan kebijakannya namun niat yang dikeluarkan setidaknya menggambarkan tekad presiden terpilih yang konon unggul tipis dari pesaingnya.

Meksiko adalah sebuah Negara middle income yang ada beberapa kesamaan dengan kita. Ibukotanya Mexico City merupakan salah satu kota terpadat dan termacet, mirip dengan Jakarta. Sebagian penduduknya mencari nafkah dengan migrasi ke Amerika Serikat baik legal maupun illegal. Meksiko juga merupakan Negara yang didukung industri pertaniannya, mirip dengan kita.

Janji dan tekad sang pemimpin sering terucap sebagai bentuk gambaran dan rencana ke depan karena sudah terpilih dan mengemban amanah rakyat. China pernah gempar ketika sang pemimpin terpilihnya bersumpah untuk menyediakan 1000 peti jenazah guna menghukum mati setiap koruptor. Dan sisakan satu peti bila sang pemimpin tidak memegang ucapannya atau turut kedapatan korupsi. Sumpah dari pemimpin China ini begitu kesohor dan terbukti benar dilaksanakan sesuai janji. Banyak koruptor dihukum mati termasuk keluarganya dan nampaknya efektif ketika kita melihat kemajuan yang dicapai China. Dengan penegakan hokum dan pemberantasan tindakan korupsi serta menghukum mati koruptor maka banyak investor local maupun asing percaya. Tidak terhindarkan arus investasi deras mengalir dan kita melihat China menikmat pertumbuhan ekonomi 8%-an dan sekarang menjadi kekuatan ekonomi terkuat. Kalau ada kekuatan ekonomi dan politik selain Amerika, Jepang dan Uni Eropa yaitu adalah China, yang dianggap sebagai pilar keempat dari ekonomi dunia.

Bagaimana dengan kita, sudahkan kita bertekad untuk mengentaskan kemiskinan. Relakah gaji kita dipangkas, anggaran kita dikurangi untuk membuka lebih banyak pabrik, rumah sakit atau sekolah baru demi kesejahteraan masyarakat miskin. Sudahkah kita menghukum koruptor, atau keluarganya atau kelompok kita yang melakukan korupsi?

Adakah selama ini pemimpin kita berlaku sebagai benar-benar pemimpin yakni mengayomi dan rela mendahulukan kesejahteraan rakyatnya. Bagaimana janji saat kampanye ketika mereka memperebutkan kursi atau jabatan. Tentunya kita cukup bosan bahwa semuanya hanya janji-janji belaka ketika kampanye dan semata menggalang perolehan suara. Begitu terpilih ya sudah, semuanya berjalan seperti biasa. Boro-boro memelihara anak terlantar, janda-janda tua atau kaum papa yang bergelimpangan di berbagai pinggir jalanan kota besar, bahkan korupsipun semakin deras bersimaharajalela.

Ya seorang pemimpin atau negarawan atau bapak bangsa-lah yang kita angan dan rindukan. Entah sampai kapan pemimpin atau leader itu akan datang.

Susanto Megaranto

Bila kita klik nama tersebut di google maka akan muncul 15 ribu lebih berita mengenai kehebatan sang anak Indramayu tersebut. Mengenal catur usia 7 tahun dan langsung menjadi runner up pada kejuaraan catur daerah. Umur 8 tahun berhasil menjadi juara 3 nasional serta akhirnya menjadi juara nasional pada umur 10 tahun. Prestasi berikutnya adalah menduduki peringkat 11 kejuaraan dunia yunior . Umur 12 tahun berhasil menjadi juara pada piala Merdeka di Kuala Lumpur.

Saat ini Susanto sudah menjadi Grand Master dan sedang sibuk bertanding di Asian Games XV di Doha, Qatar dan kabarnya sudah mengoleksi poin 2,5 atau setara dengan perolehan gurunya, GM Utut Adianto.

Cukup lama kita mendengar dan kagum dengan prestsi GM kita yakni Utut Adianto yang berhasil masuk grup elit catur dunia. Bahkan saat ini Utut mendirikan sekolah catur dan merekrut Susanto yang terbukti sangat berbakat dan dapat meneruskan jejak Utut. Saat ini Elorating Utut sedikit di bawah 2600 dan bahkan tahun 1995-an Utut berhasil mencapai Elorating 2600 atau GM super dan masuk jajaran elit 100 pecatur dunia. Penurunan Elorating dapat disebabkan banyak hal seperti konsistensi mengikuti kejuaraan catur internasional dan sebagainya. Sementara Susanto sudah mengoleksi elorating 2400-an serta tetap menggenggam gelar GM-nya. Di bawah Susanto ada Irene Sukandar denga Elorating 2200-an dan belum menyandang gelar GM.

Kalau tidak berbakat catur dan direkrut sekolah catur Utut barangkali Susanto sekarang hanya menjadi penggembala kambing di Indramayu sono. Maklum lahir dari keluarga sederhana dan di daerah pula tidak banyak yang bisa diperbuat Susanto. Hanya bakat luar biasa dan nasib baik yang membawa Susanto dari anak desa menjadi sekarang terbang ke berbagai Negara mengikuti kejuaraan catur internasional.

Kita melihat bahwa tentunya masih banyak Susanto lain di berbagai daerah yang bisa digali dan dinagkat menjadi olahragawan nasional. Bahwa anekdot lama adalah masak dari 250 juta penduduk kita tidak bisa mengambil 11 orang terbaik dalam sepak bola. Bahwa prestasi sepakbola kita masih berkutat di tingkatan sangat terbatas kalau tidak dapat dibilang sama sekali tidak mempunyai prestasi bola.

Apa yang dibutuhkan adalah pencarian bibit unggul dan rekruitmen calon atlit agar lahir juara-juara baru. Sudah terlampau lama olah raga kita terpuruk dan makin tertinggal dengan prestasi Negara lain. Fenomena Susanto memberikan pelajaran berharga bahwa terdapat banyak Susanto lain di berbagai tanah air yang bisa berprestasi di tingkat internasional jika ada perhatian.

Kesempatan, ya kesempatanlah yang harus dibuka seleber-lebarnya agar sebanyak mungkin lahir bakat-bakat luar biasa dari jutaan anak negeri. Pola rekruitmen juga masih terbatas dan dilakukan kurang menjangkau seluruh wilayah nasional. Perhatian pemerintah sudah semnestinya semakin dicurahkan tidak hanya untuk bibit seputar kota besar namun hendaknya sampai ke daerah.

Tentunya tidak hanya olah raga catur yang dapat digali pembibitannya, ada sepak bola, bela diri, renang, senam, mapun bidang atletik lainnya.

Birokrat

Berapa jumlah pegawai negeri sipil kita? 3 juta orang. Berapa gaji rata-rata? 2 juta kah. Jadi Negara hanya mengeluarkan 6 triliun setiap bulannya untuk menggaji pegawainya. Bagaimana birokrasi kita? Masih lelet kan dan penuh kick off money. Bagaimana kalau gaji rata-rata kita bikin 10 juta per pegawai, apakah 30 triliun per bulan terlalu berat? Bagaimana kalau jumlah pegawai kita pangkas menjadi hanya 2 juta terutama yang umurnya diatas 50 tahun, maka 20 triliun masih berasa beratkah? Ya mungkin, tapi turunkan sanksi berat bagi pegawai yang lalai dan korup. Gimana caranya? Rekrut dan training di setiap pos atau departemen tim audit yang bertanggung jawab langsung ke presiden. Gajilah tim audit yang besar misalkan 20 juta per auditor dan sumpahlah. Mintalah auditor selalu mengaudit semua proses dan laporan kerja dan berikan reward dan punishmen bagi yang berprestasi serta bagi yang lalai.

Barangkali sudah berubah birokrasi kita? Belum tentu. Bagaimana kita tambah lagi CCTV di setiap kantor pemerintahan. Siapa yang terekam menyimpang dijatuhi sanki berat dan seterusnya. Harga CCTV mahal? Relative lah. Bagimana kalau Negara sementara membuat pabrik elektronik CCTV dan jadikan semua kantor pemerintahan bahkan jalan-jalan protocol “under area surveillance” dimana semua dipasang CCTV.

Masih kurang, galakkan acara di TV semacam gerakan moral kejujuran dan kedisiplinan nasional. Bila perlu demi kepentingan nasional mintalah slot waktu guna propaganda pemerintah bahwa sudah saatnya Negara ini berubah dan bangkit.

Pastikan di sekolah dan universitas, gerakan kebangsaan dan nasionalisme makin kuat mengakar. Berikan semua generasi muda dengan himbauan gerakan moral secara netral dan obyektif. Jangan mengulang mendokrin generasi muda dengan mendewakan orang/tokoh atau golongan serta sebalinya menge-cap golongan lain terlarang. Era sudah berubah dan generasi sekarang jauh lebih maju dan terdidik. Percayalah bahwa generasi sekarang tidak memiliki tokoh idola dari pemerintahan. Mereka lebih mengidolakan kartun spoungsbobsquarepants atau tom and jerry.

Setiap jam sekolah atau jam kerja, turunkan polisi ke lapangan dan jalan untuk razia anak yang membolos, pegawai yang dating siang dan seterusnya. Lakukan dengan aturan main yang jelas. Oh ya jangan lupa gaji polisi dan tentara yang jumlah personilnya di bawah 500 ribu dinaikkan setara atau lebih tinggi dari pegawai sipil. Tahukah bahwa gaji polisi di Singapura adalah 30 juta rupiah per bulan.

What’s next. Gaji sudah, jumlah ideal sudah, pengawasan sudah, hokum sudah. Dus tentunya bakal ada perubahan birokrasi kita. Lantas darimana biaya gaji dan perangkat penunjang tersebut berasal. Ini Negara besar man, jangan selalu mengiyakan bahwa Negara kita ini selalu tidak punya uang. Jangan membenarkan bahwa hanya swasta yang megang uang. Harus dikoreksi coy, bahwa Negara dapat bagaimanapun mengelola alokasi anggarannya. Ada pajak, cukai dan pungutan lainnya. Ada import dan ekspor. Ada sumber daya alam melimpah. Jadi urusan biaya gaji 20 atau 30 triliun per bulan bukanlah big deal.

Bila birokrasi kita clean dan efisien, apa dampak yang bakal kita terima. Buanyak lah. Invesatsi bakal menggeliat, arus dana mengalir - inflow, roda ekonomi semakin berputar karena semuanya transparan, efisien dan efektif. Kita hanya perlu cost pada awalnya namun ke depan jangankan jumlah 30 triliun, lima kali lipat-pun kita bisa mengelola.

Lantas apalagi yang dibutuhkan kecuali hanya niat dan kemauan kita semua. Apalagi yang ditunggu. Rombaklah dan benahilah birokrasi kita, beserta jajaran birokratnya dimulai dari sekarang.

Pusat Pemerintahan

Sejak kapan Jakarta menjadi ibukota Negara. Menurut sejarah ibukota kita pernah dipindahkan karena pertimbangan politik dan keamanan. Kota yang sempat menjadi ibukota negara adalah Yogyakarta dan Bukittinggi (?). Oke, bagaimana kalau sekarang kita menggagas Jakarta dipindahkan ke lokasi lain. Maksudnya cukuplah Jakarta sebagai kota industri/pusat bisnis. Sementara pusat pemerintahan kita pindahkan ke Sukabumi atau ke Bogor atau ke Subang. Kenapa tidak, apakah hal yang mustahil jika kita memisahkan ibukota dari pusat bisnis. Saya tidak tahu persis, tapi di Amerika pan Ibukota Washington DC sementara pusat bisnis ada di New York.

Hal ini akan berdampak dan terdapat banyak manfaat. Pertama jelas dengan pemisahan pusat bisnis dan pemerintahan akan mempermudah pengaturan kota. Tentunya desain kota bisnis dan pemerintahan akan berbeda. Berhubung Jakarta memiliki pelabuhan laut dan udara serta agar jangan mengganggu kegiatan bisnis maka lebih tepat sebagai pusat bisnis. Sementara Subang atau Sukabumi atau bahkan Solo, bisa kita jadikan pusat pemerintahan. Why not, dan apa yang aneh dari gagasan ini. Saya rasa wajar dan semuanya bisa berjalan. Subang bisa segera disulap menjadi pusat pemerintahan dengan menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan. Toh jarak ke Jakarta juga sudah bisa melalui jalan tol Cikampek. Atau Sukabumi, sama juga dimungkinkan dengan fasilitas lengkap infrastruktur.

Kota Solo yang letaknya strategis dan ditengah-tengah kota-kota pulau jawa juga bukan mustahil menjadi pusat pemerintahan. Ada bandara internasional, tempat bersejarah, budaya, infrastruktur dan lokasi yang tepat. Tidak ada yang susah dan menjadi “constrain” berarti sejauh kita punya niat berubah. Pemisahan dan pemekaran pusat binis dan pemerintahan juga berdampak adanya pemerataan pembangunan di kota yang digarap. Jangan konsentrasi pembangunan saat ini umumnya hanya di Jakarta dan sekitarnya saja. Konon 60% uang beredar ada di Jakarta, kenapa semua orang berduyun-duyun urbanisasi dan datang ke Jakarta menjadi logis karena memang uangnya ngumpul di sana.

Berikutnya kenapa kita tidak membagi area dan wewenang menteri di berbagai kota. Katakanlah grup menteri ekonomi dan industri ada di Jakarta. Menteri sekretaris dan, polkam di kota pusat pemerintahan tadi. Ada juga yang di Medan, Surabaya atau Mataram. Kenapa tidak, sekarang pan era informatika dan komunikasi dimana untuk melakukan koordinasi kerja tidak harus tatap muka.

Bagaimana kalau presiden kita dilengkapi dengan jaringan internet yang bisa memantau laporan kerja menteri, gubernur dan bahkan bupati. Bagaimana setiap menteri, gubernur, bupati sampai camat ada computer dan internet di mejanya. Setiap hari bisa di update segala tetek bengek masalah yang ada. Tatap muka hanya bila urgent dan sangat mendesak saja. Ya tentunya pengambilan keputusan resmi tetap didokumentasikan dalam hard kopi dan soft kopi, hanya masalah teknis lah. Media jaringan computer digunakan sebagai backbone serta penunjang kelancaran kerja.

Berapa sih jumlah menteri kita, atau jumlah rektor perguruna tinggi kita, atau jumlah professor atau doctor. Bukan mustahil kan bila presiden diskusi via computer dengan menterinya, sekaligus dengan kalangan akademisi atau doctor yang kita miliki. Pernah ada gagasan Indonesia Incorporoted kan, jadi hal ini bukanlah barang baru.

Marilah kita berani mengambil keputusan berbeda bahkan yang selama ini tidak terpikirkan sekalipun. Resiko dan biaya akan selalu ada namun sejauh tindakan buat perbaikan dan kemaslahatan bersama kenapa kita masih harus ragu-ragu melakukannya. Rubahlah mindset, rubahlah mindset, begitu sering kita dengar, maka kita memang harus berubah, termasuk menata ulang fisik media bernegara ini.

Michael Porter

Profesor dari Harvard University ini akhirnya tampil juga ada dalam suatu seminar di Jakarta. Penyelenggaranya adalah sebuah institusi pendidikan dan didukung oleh sebuah bank pemerintah. Kompas hari ini memberitakannya kiranya apa saja petuah dari sang maestro strategic dari Harvard tersebut. Tidak tanggung-tanggung beritanya menempati head lines halaman pertama ! Namun bila kita lihat apa saja yang dinasihatkan sang Profesor semuanya bukanlah hal baru. Tidak harus Porter yang bicara, barangkali cukup seorang dosen ekonomi rasanya tahu belaka hal ini.

Tentunya Porter adalah memang pakarnya strategic dan apa yang dinasihatkan bagi bangsa ini benar belaka. Namun yang lebih penting adalah mindset bangsa ini yang harus mau berubah. Sebagaimana disinyalir Porter bahwa kita harus mengubah pola pikir menuju tingkat persaingan dimana dunia berjalan begitu cepat. Nampaknya kita terlampau lamban, stagnan kalau tidak mau dibilang makin merosot. Alih-alih menambah kapasitas produksi umumnya pengusaha kita bahkan saling mematikan satu sama lain. Alih-alih membuat birokrasi efisien birokrasi kita justru semakin ribet dan bertele-tele. Alih-alih membangun lebih banyak infrastruktur kondisi fisik kita semakin belepotan. Jalan, listrik, air dan sarana pendukung dunia usaha umumnya dalam kondisi rusak parah. Listrik mati hidup, jalanan rusak, supply air tidak konsiten dan seterusnya.

Porter yang nasihatnya digunakan banyak Negara salah satunya Singapura memang diakui sebagai pemikir strategic dunia paling handal. Resepnya sejauh diimplementasikan secara benar tentunya dengan kemauan dan tekad akan dapat mendatangkan hasil menggembirakan, Singapura contohnya. Dan rasanya ini adalah kunjungan kesekian dari sang Profesor ke Indonesia. Melalui bukunya saja kita dapat melihat begitu gamblang strategic yang dirumuskan Porter, apalagi orangnya langsung dating dan bicara di depan muka kita.

Mudah ditebak bahwa kunjungan Porter dan nasihatnya hanya sebatas kuliah guest lecture bagi pengundang dan menjadi head lines news bagi Kompas. Dipastikan tidak akan ada dampaknya sama sekali bagi bangsa ini setelahnya, mudah-mudahan salah. Bukan pesimis namun kita melihat kenyataan waktu demi waktu ya beginilah potret kita. Dalam index daya saing dimana kita terpuruk pada grade 85 dari 125 negara menunjukkan posisi buram kita. Memang dalam banyak wacana kita konon termasuk negara dengan middle income, sementara masih banyak negara lainnya dengan low income, nggak jelek-jelek amat dong. Benar namun mestinya kita bisa jauh meningkat lagi, ini yang kita prihatinkan.

Benang merahnya adalah bahwa tidak cukup seorang Porter yang ngomong, atau bahkan kemarin ada George W Bush atau siapapun, bahwa semuanya berpulang pada niat dan kemauan kita sendiri. Tidakkah kita ingin berubah dan menjadi Negara ideal yang maju dan sejahtera. Jadi kita ngundang Porter tidak untuk mendengar nasihatnya atas nasib Negara yang lelah nan impotent ini, namun lebih bagaimana daya saing kita katakanlah masuk 10 besar dunia? Wah drastic? Ya sudah 50 besar cukup dah, ini juga harus dibuktikan toh.

Porter-pun bukanlah dewa atau malaikat yang tahu pasti sebab dan masalah yang kita hadapi. Meski ada nasihatnya bahwa kita juga harus mengubah perilaku dan mental kita selama ini. Atau barangkali yang ingin dikatakan adalah bahwa moral kitalah yang sebenarnya mesti diperbaiki. Benarkah bahwa kita menghadapi masalah moral yang serius. Bisa jadi itulah yang diendus okeh sang pakar strategic Harvard.

Akhirnya, memang terlampau banyak hal yang mesti kita benahi. Tidak kurang dari Porter-pun meresepkan seabreg petuahnya. Tinggal kita, pengin berubah atau terus seperti ini. Porter sudah mengingatkan jauh-jauh hari.

3G

Obrolan dengan seorang rekan beberapa hari kemarin mengenai layanan telekomunikasi mengemukakan bahwa bentuk layanan yang ada sekarang masih berupa voice dan data. Barangkali layanan ini, utamanya voice memang menjadi basic umum bisnis telekomunikasi. Menyusul layanan data bisa jadi merupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat seiring kemajuan dunia usaha. Boleh dikatakan hampir semua perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi menyediakan layanan terutama voice. Sementara layanan data secara umum seluruh penyedia jasa telekomunikasi besar nasional bisa menyediakan namun skala dan volumenya berbeda-beda tergantung pertimbangan bisnis masing-masing.

Berikutnya adalah layanan ketiga yakni multimedia yang semakin berkembang di negara asal teknologi dan berangsur meluas termasuk pasar kita. Penyedia jasa telekomunikasi berbasis Global System for Mobile Communications (GSM) mulai meluncurkan layanan multimedia yang belakangan marak dengan sebutan generasi ketiga (3G). Layanan berbasis 3G konon dikatakan begitu maju dan modern dan membuat generasi sebelumnya terlihat kuno. 3G menawarkan berbagai lompatan teknologi bertelekomunikasi seperti video streaming, mobil tv maupun koneksi internet. Dengan menggunakan 3G maka kita bisa melihat di screen handset lawan bicara kita, melihat langsung sitausi lalu lintas di perempatan Thamrin misalnya, mengakses tv luar negeri termasuk akses internet.

Bagaimana persisnya barangkali belum banyak yang menggunakan langsung maupun menikmati, namun tidak lama lagi hal ini bakal terealisir. Kembali teknologi telekomunikasi mengalami lompatan yang cukup penting. Dus kebutuhan masyarakat akan berbagai layanan guna mendukung kegiatan bisnisnya semakin terjawab.

Gairah 3G begitu menyala termasuk dari sisi penyedia jasa dimana mereka tidak segan mengucurkan investasi yang sangat besar guna meraih layanan multimedia ini. Apakah nampaknya tahap ini sudah merupakan akhir dari teknologi telekomunikasi? Belum bisa dijawab saat ini. Sekedar daftar pendek, lantas apa sih layanan yang belum tersedia bila penetrasi 3G sudah benar-benar goes national?

Bagi pasar atau masyarakat baik mereka yang memang benar-benar butuh maupun yang latah nampaknya tak terelakkan harus menanggung biaya tambahan. Harga handset tentunya akan relative mahal dan apalagi ini merupakan produk baru. Handset bekasnya belum tersedia dan yang kompatibel dengan generasi sebelumnya tentunya sangat sedikit atau bahkan tidak ada.

Salah satu provider mengklaim bahwa mereka sudah memiliki potensi pelanggan 3G diatas seratus ribu unit. Apakah hal ini benar atau sekedar strategi kurang diketahui secara pasti. Yang jelas pasar seluler nasional dengan omset triliunan rupiah pertahunnya nampaknya masih bakal terus berlanjut. Sampai kapan, ya tentunya sampai jenuh dan sampai terseleksi benar-benar layanan yang sebenarnya dibutuhkan oleh pelanggan. Termasuk potensi pendapatan maksimal di pasar, berapa alokasi biaya yang sanggup dikeluarkan setiap pelanggan.

Mudah diduga bahwa 3G bakal membebani pelanggan dengan biaya yang tidak murah serta mendorong alokasi biaya telekomunikasi pelanggan yang semakin besar. Sekarang saja dengan layanan voice dan data belanja masyarakat guna membayar tagihan telepon setiap bulannya sudah cukup besar. Namun itulah potret pasar dan masyarakat kita yang menyukai hal baru meski lagi-lagi belum merupakan prioritas kebutuhannya. Setidaknya inilah sumbangan teknologi bagi kemudahan serta memfasilitasi pelanggan dengan layanan telekomunikasi yang semakin optimal.

Takut Nih ye

Kita ini masyarakat majemuk dengan puluhan suku dan adat. Terdapat banyak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kita. Bahwa kita ini haruslah begini dan begitu. Bila tidak begini maka kita dianggap kurang ajar, atau kalau tidak begitu artinya kita ini tidak tahu adat dan seterusnya. Banyak ungkapan terlontar semacam anti kemapanan, pemberontak atau melawan arus.

Waktu kecil saya sangatlah pemalu. Saking pemalu kadang merembet agak penakut gitu he he. Bayangkan ketika kelas 3 SD diajak melayat guru naik bus bareng semuanya satu kelas malah milih jalan kaki dengan dua temen lainnya yang juga penakut. Bisa ditebak, sampai rumah duka, acaranya sudah selesai, ya akhirnya balik pulang dengan jalan kaki kedua kalinya. Padahal jaraknya ada 3 kilometeran dikali pulang pergi ada 6 kilometer, ck ck Ada lagi ketika kelas 5 SD ditunjuk menjadi tim bola dan diminta maju tingkat kabupaten. Lagi-lagi jiwa penakut muncul dan dengan membohongi guru bahwa kaki aku terkilir maka lagi-lagi sebuah kesempatan yang bagus itupun lewat. Saking parahnya mental ini bahkan setiap pelajaran nyanyi dan tampil ke depan pasti suaraku gemetar.

Rupanya peperangan dalam diri pun selalu berkecamuk. Pada satu sisi memang sering muncul rasa takut ini. Namun rasanya ada semacam kegusaran dan semangat untuk lebih berani serta menghilangkan rasa ini. Apakah ini karena dampak dari kepemimpinan orang tua yang cenderung keras dan bahkan fisik. Tiap pagi mesti bangun jam lima, lantas sholat dan mandi. PR harus sudah dikerjakan dan bila belum pagi itu juga harus dikerjakan sementara telinga sudah kena jewer. Malam hari tidak boleh lihat TV sampai di atas jam 21.00 malam atau paha dan telinga bakal memar dicentil. Yach tidak semestinya aku menganggap ini sebagai dictator namun justru lebih dimaksudkan sebagai kebaikan semata.

Nampaknya tidak sia-sia sistem dan keketatan yang dilakukan terbukti lulus SD berhasil menyabet ranking 2. Prestasi lainnya adalah juara catur SD tingkat kecamatan, he he. Berangsur rasa takut bisa dikurangi dan rasa pede mulai tumbuh, bahwa ternyata kitapun bisa dan tidak kalah dengan yang lain. Akhirnya kita bisa masuk ke SMP negeri. Banyak hal yang bisa diungkapkan kala itu. Yang paling mengesankan adalah ketika di kelas 2 pernah dipercaya oleh guru bahasa Inggris untuk “mengajar” di depan teman-teman. Dan hal ini berjalan berulang kali, tergantung beliau kapan menunjuk saya maju menggantikannya. Hal kecil lainnya adalah lagi-lagi juara catur yang kali ini adalah lomba class meeting antar kelas. Singkat kata, pada kelulusan sekolah posisi runner up kembali bisa diraih.

Menginjak dalam mencari sekolahan tingkat menengah atas, pun dengan nilai yang bagus maka 3 sekolah yang dilamar beruntung semuanya keterima. Akhirnya kita memilih sebuah sekolah di kota Solo. Apa ya yang berkesan, hmm first love tentunya yaa maklum sudah sweet seventeen kan. Yach meskipun banyak ditolaknya, he he maklum tampang pas-pasan. Berikutnya adalah pengalaman sebagai anak kost. Ada yang unik dalam sebuah pelajaran kesenian, dimana guru kita memberi suatu insentif. Beliau bakal memberikan nilai 8 bagi siapapun yang mampu memainkan alat musik secara bagus. Kebetulan permainan guitarku cukup baik maka amanlah kita dalam bidang studi seni ini. Momen lainnya adalah manakala di Solo digelar Pekan Olah Raga nasional antar sekolah menengah dan kita ditunjuk sebagai tuan rumah dimana tempatnya adalah stadion Sriwedari Solo. Wah sebagai tuan rumah banyak yang harus kita tampilkan, mulai dari senam sambil membentuk beragam formasi tulisan, parade maupun turnamen olah raga itu sendiri. Disitulah sedikit banyak kita berbaur dalam skala nasional. Sekolah kita memang bukan juara umum, namun dapat tampil sebagai tuan rumah sudah cukup membanggakan dan tidak penting lagi apakah menjadi juara atau tidak. Cukup masuk tiga besar rasanya merupakan hasil yang pantas dan membanggakan pula.

Dus balada si anak penakut, dengan berbagai ragam mendidik orang tua yang cukup keras dipadu dengan kemauan anak untuk mau belajar ternyata dapat mengubah sebuah pribadi. Berbagai rasa takut, tindakan konyol dan kadang membuat kesal orang lain berangsur berubah menjadi sikap percaya diri dan yaa ada juga sedikit prestasi.

600 trilliun

Amazing ! sekitar 600 ribu rakyat Indonesia memiliki asset sebesar 600 trilliun. Sebuah media nasional memberitakan bahwa banyak orang Indonesia beraset diatas 250 juta rupiah lebih mempercayakan pengelolaan dananya kepada fund manager asing ketimbang local. Alasannya adalah produk yang lebih beragam serta tingkat return yang lebih tinggi.

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kondisi ini. Satu hal misalnya kita bisa saja bangga dan turut “gembira” karena sebagian dari masyarakat kita memiliki asset yang besar. Entah ini merupakan dampak positif pembangunan atau tingkat kesejahteraan kita memang sudah tinggi.

Perspektif lainnya adalah bahwa semestinya terdapat suatu gambaran wajar dari sebuah negara dengan ratusan juta warganya. Maksudnya wajarkah bila konon kita memiliki 60 juta rakyat miskin sementara sekelompok kecil justru mengantongi asset sedemikian besarnya. Bisa saja hal ini terjadi karena perbedaan tajam entah itu nasib atau kinerja kedua kelompok tadi. Ada misalnya argument, lho kenapa orang heran asset saya ratusan juta atau milyaran jika saya adalah seorang CEO yang gaji pertahunnya mendekati 500 juta misalnya.

Ada skema akuntabilitas sebenarnya yang bisa dilakukan guna validasi kewajaran kepemilikan asset tadi. Bagi pegawai negeri ada prosedur pelaporan kekayaannya terhadap Negara. Gunanya adalah sama yakni melihat kewajaran pertambahan asetnya ketika habis masa jabatannya. Bagi pegawai swasta memang belum ada ketentuan wajib lapor jumlah asetnya, namun dari sector pajak sudah ada kewajiban mendaftarkan nomor pokok wajib pajak. Media ini dapat sebagai salah satunya mendata asset dari wajib pajak atau masyarakat itu sendiri. Hanya nampaknya sosialisasi NPWP bagi masyarakat kok belum optimal. Dus, semuanya mengandalkan kepada kejujuran dan goodwill dari masing-masing warga negara.

Gap masyarakat beraset jutaan atau milyaran dengan masyarakat miskin tentunya makin menganga lebar. Konon ada semacam anggapan bahwa hanya katakanlah kurang dari 5% anggota masyarakat yang menguasai 90% asset negara ini. Hal ini bisa saja mendekati fakta manakala terungkap bahwa misalnya hanya sekitar 600 ribu orang saja beraset 600-an triliun.

Makin banyak kemudian pekerjaan rumah dan berbagai hal yang perlu dibenahi terkait dengan masalah distribusi pendapatan yang sedemikian mengalami kesenjangan. Menyusul berikutnya adalah transparansi kepemilikan asset sebagian masyarakat kita apakah cara memperolehnya benar dengan jalan wajar atau terindikasi adanya korupsi di sana. Pekerjaan besar nan paling ditunggu yakni pengungkapan jaringan korupsi di Negara ini layak menjadi makin prioritas kalau tidak ingin Harapan dan kepercayaan rakyat berangsur hilang ~ yang barangkali memang sudah hilang. Hal mana sudah berjalan puluhan tahun.

Bukan lantas kita menuduh bahwa mereka yang beraset besar semuanya korup, namun bahwa akuntabilitas dan transparansi dari asset tersebut layak diungkapkan. Rasanya kita tidak ingin sejarah bangsa ini utamanya mengenai distribusi ekonomi yang pada awalnya sudah dimulai dengan gelombang korupsi “masal” yang mengorbankan kesejahteraan jutaan rakyat banyak juga diakhiri dengan kondisi yang semuanya dianggap berjalan sebagaimana mestinya tanpa tindakan justice for all. Kita bisa saja teringat sebuah film “dark justice” yang mengisahkan bahwa keadilan ditegakkan langsung dengan tindakan fisik di jalanan. Kita sepakat bahwa hukum masih wajib dijunjung tinggi dan ditegakkan. Jangan sampai dark justice atau keadilan rakyat menjadi pilihan pahit yang terpaksa diambil.

Agnes Dan Anggun

Cukup menarik tayangan TV yang mencoba mengangkat dua bintang muda kita yakni Agnes Monica dan Aggun Cipta Sasmi. Agnes monica, siapa yang tidak tahu artis muda berbakat yang begitu ingin goes international. Berbagai ajang mulai dari nyanyi, pemeran sinetron maupun dunia showbiz lainnya telah ditekuninya. Agnes adalah symbol dari profil artis modern kita. Penampilannya baik di TV,on stage, baik on air maupun off air semakin mengokohkan seperti apa figure dari artis muda ini. Tidak kurang, dengan dimanajeri oleh kakak kandungnya sendiri Agnes mencoba goes to Negara asia lainnya macam Singapura atau Taiwan dalam upaya memuluskan niatnya goes international tadi.

Anggun adalah profil artis muda era sebelumnya. Ketenaran Anggun-pun tidak kalah dibanding Agnes. Bahkan Anggun sudah terlebih dahulu goes international ketika memutuskan married dan hijrah ke Prancis. Sebelumnya Anggun-pun sudah cukup diperhitungkan di tanah air. Beberapa albumnya mencatat penjualan cukup bagus dan lagu-lagunya banyak yang menjadi hits. Tahun 1990-an Anggun pernah diundang di kampus kita di Solo. Saat itu usianya baru tujuh belas tahun dan ia tampil cukup memukau di stage kampus kita. Saya ingat Anggun mengenakan baju rocker bermotif kulit matahari, hmm energik sekali kala itu.

Beberapa waktu kemudian dalam masa hijrahnya ke Prancis mulai keluar lagu-lagu Anggun dalam bahasa Inggris. Barangkali puncaknya, bagi penikmat musik tanah air, adalah ketika Anggun mengadakan konser-nya di Jakarta. Dengan kematangan vocal dan action stage-nya. Anggun menuai kesuksesan di JHCC Jakarta. Tentunya kiprahnya di Eropa atau tempat lain juga cukup banyak mengingat Anggun tetap produktif sebagai penyanyi.

Membandingkan Anggun dengan Agnes memang menarik dimana usia keduanya beda 11 tahun yakni 32 dan 21 tahun. Apakah dengan waktu 11 tahun tersebut Agnes akan dapat menyamai atau melebihi prestasi Anggun saat ini tentunya masih harus dibuktikan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing baik olah vocal maupun action stage-nya. Vocal Anggun tidak dipungkiri memiliki ciri khas dan dianggap bagus bagi kebanyakan orang. Action stage-nya juga makin matang, meskipun tidak seagresif Agnes. Sebaliknya vocal Agnes boleh dikatakan “biasa” saja sementara gaya panggung terutama tariannya begitu agresif ala Britney Spears.

Terdapat perbedaan dari kedua bintang tersebut dimana hijrahnya Anggun ke Prancis nampaknya alamiah karena takdir jodohnya dengan orang asing. Keberhasilan goes international Anggun juga terbawa jalan hidupnya yang menjadi istri bahkan warga Negara asing di benua Eropa tersebut. Kondisi tersebut makin memberikan kesempatan seluasnya bagi Anggun mencapai prestasinya. Sementara Agnes terkesan “memaksakan” bahwa untuk goes international haruslah pergi ke luar negeri meski katakanlah prestasi di tanah air belum optimal. Kiranya apakah yang menjadi produk unggulan dari diri Agnes? Kemudaan, kecantikan, kesegaran dan bakat aksi panggungnya memang mendukung. Namun manakala kita melihat prestasi menyanyi-nya apakah sudah bisa dikategorikan sukses? Tentunya terdapat banyak penilaian dalam hal ini dimana ada yang sepakat dia sudah sukses sebagai penyanyi maupun dia masih biasa saja.

Bahwa menjadi bintang yang sudah mendunia memang bukanlah mudah dan hanya perlu kerja asal-asalan. Michael Jackson, Britney Spears maupun Mariah Carey membutuhkan bakat hebat dan waktu bertahun-tahun untuk dapat mendunia. Seorang bintang atau artis dunia juga tidak semestinya instant dan dipaksakan.

Komik

Anak saya keranjingan komik dari kecil Dia betah berjam-jam membaca komik di kamarnya. Meja belajarnya penuh dengan komik ketimbang buku pelajaran. Berulangkali saya menjelaskan agar komiknya ditempatkan di ruang lain masih belum membuatnya yakin. Berbagai serial komik dikoleksinya. Mulai dari komik Dragon Ball, Dora Emon, Gober dan judul lainnya yang saya bahkan tidak hapal. Utamanya memang komik terbitan dari Jepang yang tentunya sudah terjemahan.

Bahwa komik dapat berpengaruh plus atau minus bagi pembacanya rasanya benar belaka. Tinggal isi komik mengenai apa dan cara membaca serta mengambil pesannya. Hampir semua komik yang dimilikinya dihapal luar kepala oleh anak saya. Saking demennya akan komik bahkan sempat terlontar cita-cita menjadi pengarang komik, wah wah. Dia membuktikan dengan mulai membuat komik atas kreasinya sendiri. Ya tentunya hanya coretan di buku tulis berupa gambar dan dialognya.

Saya mencoba mempengaruhinya dengan menunjukkan komik popular macam ranah ilmu pengetahuan atau komik pendukung pelajaran sekolah. Sejauh ini masih nihil hasilnya dimana setiap pergi ke Mall belum pernah komik “bener” yang dibeli kecuali komik kartun dari negeri bunga sakura tadi.

Harian kompas pernah mengulas existensi komik di tanah air. Bahwa dulu pernah ada komik yang dikarang pengarang local seperti Si Buta dari Goa Hantu, Gatotkaca dan beberapa komik lain namun perlahan hilang dan redup. Entah kendala apa persisnya yang jelas tidak banyak lagi komik-komik local ditawarkan. Seperti biasa komik impor lah yang mendominasi rak-rak pajangan misalnya di tokok buku Gramedia dan counter lain.

Bila dicermati dengan komik dapat secara mudah menyampaikan pesan kepada anak-anak kita. Mereka sangat fasih dan cepat menghapal komik ketimbang buku sejarah misalnya. Tentunya kita tidak ingin anak-anak kita hanya fasih dan benaknya dipenuhi kayalan tentang tokoh dari negeri seberang. Mendingan mereka belajar dan membaca komik tentang sejarah wayang yang mengajarkan sebuah bentuk kehidupan yang baik dan tidak baik.

Ada kaitan erat antara komik dan kartun di televise. Lengkap sudah bila serial komik juga muncul di kartun televise. Dan rasanya kita hanya bisa menjadi penonton belaka ajang persaingan komik kartun produksi Jepang dan Amerika.

Corporate Social Responsible

Beberapa waktu belakangan banyak perusahaan saling berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsible (CSR). Secara harfiah bisa diartikan ini merupakan bentuk tanggung-jawab social perusahaan atau tanggung jawab kepada masyarakat dimana perusahaan dan asetnya berada. Artinya bahwa keberadaan perusahaan haruslah memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Bila paham kapitalisme menekankan exploitasi atas sumber daya atau profit oriented maka CSR justru mencoba mengoreksi dengan mengedepankan benefit oriented.

Saya rasa akar dari permasalahan tersebut adalah kejujuran dan goodwill perusahaan. Keberadaan perusahaan bukanlah terlepas dari masyarakat sekitarnya bahkan haruslah menyatu dan melibatkan peran masyarakat secara proporsional. Terlampau banyak keberadaan perusahaan entah industri maupun jasa sering melupakan lingkungan sekitarnya yang notabene adalah masyarakat luas. Limbah industri justru mencemari sungai dan lingkungan. Yang belum lupa adalah kasus Newmont di Sulawesi yang limbahnya mencemari laut, ekosistem dan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.

Hakekat kejujuran tersebut adalah bahwa sudah terlampau banyak perusahaan menghisap sumber daya yang ada dan mendapatkan keuntungan yang besar. Namun karena tidak jujur maka selalu keuntungan besar tadi akan dialokasikan baik untuk pengembangan atau diversifikasi usahanya. Perusahaan lupa bahwa mereka bisa besar dan mekar adalah karena peran salah satunya lingkungan sekitar tersebut. Tidakkah terpikir bahwa masyarakat sekitar perusahaan menanggung resiko baik terganggunya kenyamanan hidup maupun resiko berbagai polusi dan pencemaran lingkungan hidup yang mengancam kualitas kehidupan.

Tentunya kita bisa menyebutkan sederet dampak dari kelalaian perusahaan lainnya yang membuat masyarakat menderita. Dalam tataran global, kebocoran nuklir Chernobil misalnya menyapu habis kehidupan sekitar pabrik dan menyebabkan ribuan orang meninggal dan cacat. Asap akibat dari pembakaran hutan oleh pelaku pemegang hak pengelolaan hutan juga mencemari udara dan menyebabkan masyarakat terganggu kesehatan dan kehidupannya. Terlampau banyak contoh lain yang bisa disebutkan betapa selama ini perusahaan lebih memegang egoisme dan misi profit orientednya.

Kita salut dan pantas menghargai beberapa perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya kewajiban memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Banyak kegiatan yang dilakukan guna membantu kesulitan masyarakat. Sebuah perusahaan jamu sudah beberapa kali memberikan bantuan angkutan bus gratis mudik bagi penjual jamu gendong. Perusahaan lainnya lagi memberikan bantuan kepada komunitas kampus/sekolah baik berupa sarana penunjang maupun dana. Yang belakangan cukup ramai adalah bagi-bagi bensin gratis bagi pemegang kartu bank tertentu. Berbagai bentuk kegiatan tentunya sah-sah saja sejauh menguntungkan dan membantu kehidupan masyarakat banyak.

Kesemuanya tidak lain adalah upaya mengedepankan adanya manfaat keberadaan perusahaan bagi lingkungan luas.. Bila hal ini berjalan secara menyeluruh maka ujungnya yang diuntungkan adalah peruashaan itu sendiri. Masyarakat yang sudah tumbuh kepercayaan dan kesetiannya merupakan asset berharga bagi existensi dan masa depan perusahaan. Konon slogan pelanggan merupakan mitra perusahaan begitu dipuja maka kenapa masyarakat luas yang merupakan penjabaran dari pelanggan itu sendiri justru tidak dirangkul sejak awal.

Seorang Tamu,,,

Untuk apa dia datang. Sang pemimpin yang tega memerangi negara berdaulat lain. Mana datangnya bikin heboh pun menghabiskan biaya milyaran. Dia musuh umat beragama kenapa malah diundang datang, demikian keyakinan banyak teriakan. Sang tamu konon bakal datang tanggal 20 Nopember, atau empat hari mendatang.

Maka ramailah demo dan penolakan kepada sang pengheboh, pemimpin dari negara yang beken disebut polisi dunia. Ya dialah George Walker Bush sang tamu negara itu, anak mantan presiden periode sebelumnya ~ George Bush, kenapa namanya sama ya, hanya beda Walker saja.

Mahasiswa, santri, tokoh masyarakat semua menyatakan genderang penolakan datangnya sang tamu. Meski masih seminggu lebih rencana kedatangannya, namun irama dan semangat penolakan sudah begitu gencar dan heboh. Tidak kurang dari media nasional berlomba mengulas dan melaporkan gelombang demo dari berbagai tempat di tanah air.

Sementara, seolah tidak terjadi apapun, persiapan terus dilakukan termasuk membangun landasan helicopter. Semula berbagai asumsi mengatakan bahwa keamanan sang tamu haruslah diutamakan dan khawatir terjadi penyerangan sepanjang jalur darat atau jalan yang dilalui sepanjang Jakarta ~ Bogor. Akhirnya guna menghindari resiko dibuatlah landasan heli. Nampaknya terjadi perubahan dari semula konvoi jalan darat menjadi mode angkutan udara.

Protokoler dari negeri paman sam tersebut tidak kalah serunya. Segala tempat disterilkan guna menghindari kemungkinan sang pengacau. Konon berbagai perangkat keras/lunak telekomunikasi di area yang dilalui bakal dimatikan, rute angkot diatur dan sebagian ditutup. Anak sekolah diminta diliburkan dan seabreg instruksi aneh lainnya.

Hmm benarkah sebegitu terancamnya keselamatan sang tamu. Pernahkan dan adakah dalam sejarah negeri ini masyarakat kita menyerang atau bahkan membunuh seorang tamu negara? Bila pernah siapa tamunya dan kapan? Rasanya belum pernah. Lantas kenapa begitu hebohnya rencana kunjungan tamu negara tersebut.

Patut dilontarkan satu hal, perlukah segala thethek bengek kehebohan dan lontaran penolakan kita curahkan. Bukankah hal ini membosankan, capek, ribet, buang energi serta benar-benar tidak perlu. Apakah lantas bila kita berhasil katakanlah membatalkan, menyerang atau bahkan menyakiti sang tamu, segala permasalahan bakal usai? Toh masalah yang ada jauh lebih dasyat dari sekedar datangnya seorang tamu negara dan ngototnya penolakan itu sendiri.

Ada banyak perspektif yang patut direnungkan. Bagi sang tamu, nampaknya kurang cukup peka dikala tentaranya usai menaklukan sebuah negara berdaulat lain lantas berkunjung ke sini, yang mana terdapat kesamaan dalam mayoritas agama yang dianut. Bagi pemerintah kita juga sami mawon, masih belum optimal rasa kepekaan dan emphaty-nya terhadap masyarakat yang sekian lama hidup susah serta menahan gelora duka-lara melihat saudara di negara lain disakiti.

Selanjutnya bagi kita semua, masyarakat yang kondang dengan watak keramah-tamahan, nampak semakin perlu untuk merenungkan lebih dalam. Bila kita telah percaya pemerintah, bila kita menaruh amanah pada pemimpin negeri ini, dan sang pemimpin mengundang tamu Negara, tidak berlebihankah hal ini dibiarkan saja agar dapat berjalan lancar.

Terlepas dari begitu besar hasrat menolak, tetaplah jiwa besar lah yang bakal terhormat dan bakal menang. Wani ngalah dhuwur wekasane, kata bijak ranah jawa bahwa mengalah justru menunjukan kebesaran jiwa.

Sehingga perlahan kita hendaknya menjadi makin dewasa dan matang sebagai baik masyarakat negara maupun dunia yang mampu menyikapi berbagai hal secara bijak.

Bagi anda Mr Bush, anda adalah seorang pribadi hebat yang dianugerahi memimpin negara adidaya di alam ini hendaklah dapat lebih arif di masa-masa mendatang. Ingatlah bahwa nilai seorang manusia adalah sama mulianya dimanapun baik mereka sebagai rakyat anda maupun rakyat dari negara lain.

Bagi pemerintah negeri ini hendaklah enough is enough. Rakyatlah pemegang kedaulatan tertinggi sehingga selalu utamakan kesejahteraan hidup mereka. Konsep utamanya adalah p[ermanen yakni pemerintah-lah sebagai pelayan dari rakyat hendaklah tidak sekedar terucap namun wajib dilakukan sepenuh hati.

Seorang Teman,,

Kembali malam ini saya teringat seorang teman. Cantik, pintar, ramah dan sudah kenal sejak SMU. Adiknya sering main ke rumah. Bahkan sayapun begitu akrab dengannya..Siang itu saya terpana, seorang dara begitu cantik datang ke rumah naik vespa. Eh adik saya ada disini tanyanya sembari berdiri di samping vespa. Sesaat saya tidak dapat berkata-kata melihat cewek begitu cantik, bintang film-kah pikirku. Ah eh gugupku dan inikah kakaknya, hmm cantik sekali.

Begitulah, saya mulai memiliki obyek lamunan baru. Dan ternyata dia hanyalah tetangga kampong saya nun di pinggiran Solo sana. Ketika kampong kita inisiatif membuat lapangan volley baru eh ternyata dianya ikutan main juga. Jadilah ramai tiap sore main volley dengan pemain campuran mulai dari anak, remaja, maupun bapak-ibu. Ya misinya memang hanya olah raga dan keakraban warga saja. Terpenting sang dara selalu hadir, oh indahnya hidup ini.

Momen kedua adalah ketika sipenmaru dimana sekitar kampong kita tidak banyak yang berhasil lolos masuk ke Universitas Negeri di Solo (UNS). Hanya lima orang yang berhasil dan segera cepat tersebar di kisaran kampong kita bahwa si anu keterima, si fulan juga. Si dia berhasil masuk sospol, satu rekan ke hukum, satunya ke kedokteran, satunya pertanian dan saya he he bahasa inggris, jadi malu nih.

Ya sudah karena beda fakultas maka ya jarang lah ketemu. Volley sekarang menjadi hanya hari minggu. Seiring kesibukan kampus volley menjadi hanya dua minggu sekali, lalu satu bulan dan terakhir berhenti sama sekali. Disamping karena kesibukan masing-masing, lahan tempat lapangannya di cangkul sama yang punya, hayoo ngapain lagi.

Sempat satu kali saya ngampus, kebetulan gedung aku agak kebelakang eh kenapa sang dara bengong disamping kendaraan vespa-nya. Oo rupanya ngadat dan eh haii sapaku, kenapa yaa. Hmm sang temen tersenyum manisssss dan bilang nggak tahu nih tiba-tiba ngadat, suaranya merdu ditelingaku. Sebagai laki-laki wajib menolong kan, padahal sumpah ini kendaraan saya nggak ngerti babar blas. Naik aja belum pernah, selama ini paling naik motor bebek. Namun yang namanya mukjijat ada-ada saja. Sekali saya engkol langsung greng ngeng ngeng dan mesin ngibrit dah. Duh leganya bisa menolong sang impian. Daa ucapnya berterima kasih. Inilah salah satu momen termanis masa mudaku.

Momen berikutnya adalah ya kesibukan masa-masa kuliah. Berhubung kuliah di negeri, ceilee sombong yaa, tugas banyak banget dan masing-masing sibuk sendiri. Sampai suatu sore, ada seorang datang, eh Mas Ganesha (nama beken aku) ada nggak ya. Oh silakan masuk dan dag dig dug saya muncul, eh dara impian datang lagi. Hmm mas Ganesha bisa bantu Lusy ya. Ehm apaan ya geloraku membuncah. Anu hm dia sedikit gugup juga nampaknya, Bantu terjemahkan beberapa lembar literature. Pan mas Ganesha jurusan bahasa Inggris? Boleh sahutku cepat seolah takut dia membatalkan. Wah dia bilang sedikit nggak tahunya ada 30-an lembar. Ya sudah semuanya sebatas yang aku bisa aku terjemahkan hanya dalam hitungan hari, he he hebat nih kalau membantu sang impian. Tugasku sendiri malah terbengkelai.

Yah saya harus mengakui bahwa nampaknya telah tumbuh benih-benih di dasar hati ini. Tidak tahu dengan si dia, karena seringnya bila ketemu malah sama sama malu. Saya baru nyadar belakangan saya ini pemalu dan pengecut kali ya. Tidak pernah mau mengatakan isi hati dan selalu hanya malu belaka.

Entahlah saya tidak tahu selama lima tahun lebih berteman, apa feeling-nya terhadapku. Tampangku terlampau biasa, kuliah sastra pula nampak terlampau jauh dibandingkan dengan dia yang cantik, pintar, dan kuliah di sospol. Singkat waktu akhirnya usai wisuda dia dipersunting oleh orang kaya, yang ketika masa lulus kuliah sang penyunting sudah bermobil, punya kontrakan dan seterusnya, sementara saya kuliah saja naik bus umum. Berbahagialah mereka merajut mahligai rumah tangga. Sementara saya, laki-laki yang tidak tegas dan tanpa keberanian untuk menyatakan isi hati berupaya berjuang mencari peruntungan hidup.

Sampai suatu ketika, dua belas tahun sudah kita terpisah ruang dan waktu- he he terbetik kabar bahwa sang dara – yang sudah menjadi milik orang lain, yang rajin mendatangi impian tidur saya dikala mahasiswa - telah tiada dan menghembuskan napas terakhir. Saya baru tahu kalau beberapa tahun terakhir dia menempati rumah tidak terlalu jauh dari tempat saya.

Teman itu, dara itu, yang begitu cantik, bunga mimpi-mimpi telah meninggalkan dunia ini. Dia mati relative muda. Saya tidak tahu namun yakin bahwa senyumnya akan tetap bersemayam di hati. Entah sampai kapan. Sayup terdengar lagu merdu elegi esok hari-nya Ebiet, ”ijinkanlah kukecup keningmu, bukan hanya ada di dalam angan, esok pagi kau buka jendela, kan kaudapati seikat kembang merah,,,,,,”

Ala Lexus

Sampai awal 1990-an dunia masih mengenal mobil mewah dari benua Eropa dan Amerika. Bisa disebutkan mobil seperti Mercedes, BMW , Bentley atau Jaguar adalah mobil kelas atas dari benua tadi. Sementara dari Amerika bisa disebutkan semaca Lincoln atau Cadillac. Praktis belum ada wakil Jepang dalam kancah persaingan mobil mewah. Sementara trio terkuat Jepang yang berhasil menerobos surga pasar otomotif dunia – Amerika – adalah Toyota, Honda dan Nissan.

Pasar otomotif Amerika yang begitu potensial dengan penyerapan produk otomotif berkisar 15 juta unit per tahun memang menjadi kue rebutan seluruh produsen mobil. Tidak kurang dari puluhan merek impor dan local beradu memasarkan produknya dan merebut perhatian pasar. Dari kubu Eropa nampaknya Mercedes, VW dan BMW merupakan yang terkuat sementara dari kubu Jepang wakil terkuatnya adalah Toyota. Bahkan untuk jumlah produk global Toyota sekarang berada di posisi 2 dunia di bawah raksasa General Motor. Sementara grup Chrysler yang sebelumnya runner up merosot di tempat ketiga.

Meksipun besar Toyota sering dijuluki hanya mampu membuat mobil murah belaka. Hal ini bertahan bertahun-tahun sampai petinggi Toyota mencetuskan project mobil mewah-nya. Dibuatlah merek kedua mewakili merek Toyota untuk mobil mewah yakni Lexus. Sekitar tahun 1990 diluncurkan produk pertama mobil mewah lexus dengan kode LS400. Produk ini langsung menggebrak pasar dan menyamai pesaingnya semacam Mercedes, BMW dan Cadillac tadi.

Konsep lexus adalah upaya tiada henti mencapai kesempurnaan. Hal ini terbukti dengan produknya mendapat penghargaan sebagai mobil mewah dengan kepuasan tertinggi. Pasar mobil mewah yang sebelumnya conservative dan monoton didobrak Lexus dengan berbagai terobosan. Awalnya mobil mewah enggan menyebut harganya pada kegiatan promosi-nya. Produsen atau dealer juga sedikit jual mahal dalam pelayanannya. Misalnya mobil yang diservice menginap belum tentu mendapat mobil pengganti.

Lexus mendobrak dengan terang-terangan menyebutkan harga jajaran produknya. Produk andalannya adalah berupa sedan mewah dan disusul dengan sedan sport mewah dan disusul dengan SUV dan jeep mewah. Pelanggan Lexus benar benar diperlakukan bak raja disaat datang ke dealer atau bengkel resmi Lexus. Mobil pengganti disiapkan dan pelayanan dilakukan jauh melebih harapan pelanggan.

Tidak butuh waktu terlalu lama yakni hanya sekitar satu decade saja dari tahun 1990 Lexus menjadi salah satu merek premium paling mapan dan disegani di Amerika. Badan Independen Survey kepuasan pelanggan Amerika – JD Power berkali-kali menganugerahi Lexus sebagai merek dengan kepuasan tertinggi. Lexus juga dibekali dengan berbagai teknologi dan fitur canggih setara atau melebihi pesaingnya dari Eropa dan Amerika.

Orang kaya Amerika dan Eropa mulai berlomba mengoleksi Lexus sehingga penjualan mobil mewah ini berhasil menggungguli merek lainnya. Produk Lexus nampak seolah mengadopsi Mercedes namun dibuat dengan lebih bagus lagi. Konon hal yang begitu menonjol dari Lexus adalah suspensi super nyaman dan kesenyapan kabin yang nyaris sempurna. Selebihnya adalah factor reliability produknya dimana menurut salah satu survey pelanggan pembeli Lexus mengalami keluhan di bawah 10 item dari ribuan item cek list selama kepemilikan 3 bulan pertama. Prestasi ini berkali-kali dipertahankan dan menjadi merek dengan kepuasan tertinggi.

Paten

Menurut kamus Oxford Advanced Learner’s patent is an official document giving the holder the sole right to make, use or sell an invention and preventing others from copying. Cukup jelas bahwa paten diartikan memberikan hak bagi pemegang paten untuk membuat, menggunakan atau menjual temuan dan melindunginya terhadap orang lain yang berniat mengkopi. Bila kita mempunyai suatu produk baik barang atau jasa yang murni adalah temuan kita maka mengacu penjelasan tersebut kita bisa mematenkan produk kita tersebut. Kadang-kadang ada keterlibatan royalty di sana yakni membayarkan sejumlah tertentu kepada pemegang paten karena kita menggunakan produknya.

Ketika marak motor china menyerbu pasar nasional menguak insinden dari kubu Honda yang menuntut produsen motor china karena telah meniru produk yang dipatenkan. Entah sampai dimana polemic tersebut karena tentunya cukup rumit penyelesaiannya dan apalagi terlibat adanya persaingan bisnis di sana. Sering dalam surat kabar tercantum pengumuman mengenai hak paten atas produk tertentu dan larangan meniru atau mengkopi produk tersebut. Bahkan logo-pun sering harus dipatenkan sehingga pihak lain tidak mudah begitu saja meniru logo tersebut.

Kita mestinya tersentak ketika sebuah harian media memberitakan bahwa angklung akan dipatenkan oleh Malaysia. Malaysia mengklaim bahwa di Johor-lah permaian angklung berawal. Padahal menurut tokoh angklung Indonesia yang pernah ke Johor tahun 80-an (?) tidak menemukan adanya angklung di sana. Disamping masyarakat Johor masa itu bahkan tidak mengenal permainan angklung. Nampaknya bahwa angklung sebenarnya adalah murni berasal dari Indonesia. Bahan pembuatan angklung adalah bamboo dan tidak semua Negara memiliki pohon ini. Sejauh ini juga kita tidak pernah mendengar ada Negara, kecuali Malaysia tadi, yang mempertontonkan permainan angklung ini. Pemerintah sebaiknya segera mengklarifikasi hal ini dan secepatnya mengajukan paten.

Barangkali ini nampaknya kali kesekian kita kecolongan. Tentunya kita masih ingat bahwa tempe sudah dipatenkan oleh Jepang, sementara kita juga memiliki produk ini. Trus batik kalau tidak salah juga sudah didahului oleh Malaysia dalam mematenkan produk. Lantas nantinya apa yang tersisa dari kita kalau semua item satu persatu diaku dan dipatenkan oleh Negara lain?

Teman kantor saya pernah diundang yahoo ke Jepang selama seminggu atas temuannya mendesain permainan dakon dalam games yahoo. Artinya permainan dakon sebenarnya adalah murni milik kita. Ada baiknya segera dipatenkan agar tidak terjadi pembajakan oleh pihak lain.

Bahwa sumber daya yang kita miliki begitu melimpah namun pengelolaanya masih amburadul. Kita diberikan tanah sampai seluas hampir 2 juta kilometer persegi sementara Singapura hanya punya 600 kilometer persegi. Belakangan Singapura sibuk membuat daratan baru atau reklamasi pantai yang konon menggunakan pasir yang digali dari pulau kita di sumatera.

Kita juga dilimpahi dengan hutan dan kayu luar biasa luasnya sementara pengusaha dan pemerintah hanya mampu menjual dalam bentuk gelondongan tanpa sedikitpun ada nilai tambahnya. Kita menangkap kesan bahwa berbagai sumber daya kita yang melimpah seolah dipakai “bancakan” oleh sekelompok orang entah itu pemegang hak atau pengusaha, termasuk belakangan marak insiden illegal logging.

Kita harus segera bangkit dan mengelola semua sumber daya yang kita miliki lebih optimal. Bila produk yang kita miliki memang genuine dan berpotensi kenapa tidak segera mempatenkan ke badan paten internasional. Kasus rebutan pulau sipidan ligitan yang akhirnya dimenangkan Malaysia membuktikan lemahnya kita adalam mengelola sumber daya. Haruskah angklung kembali berhasil dipatenkan Malysia, atau dakon dipatenkan Jepang?

Sekedar menyebut sumber daya berpotensi bisa kita sebut seperti wayang kulit, wayang golek, campur sari, berbagai makanan khas serta seabrek kekayaan asli Indonesia lainnya.

Berapa

Berapa revenue global sebuah industri otomotif, sebut saja Toyota dalam setahun. Berhasil membuat sekitar 8 juta unit mobil dan bila dimudahkan harga per unitnya 100 juta maka setidaknya teraup sekitar 800 triliun per tahun. Revenue ini hampir setarakah dengan jumlah asset seluruh perbankan tanah air. Memang hanya perusahaan global yang mampu menghasilkan revenue sebesar ini. Perusahaan local wah nanti dulu, boro-boro triliunan.

Berapa revenue terbesar perusahaan kita. Katakanlah Telkomsel dengan sekitar 24 triliun, Astra dengan sekitar 13 triliun per tahun. Berapa pula revenue Pertamina atau BUMN lainnya. Adakah yang tembus 50 triliun barangkali, nampaknya belum kali yaa.

Berapa jumlah karyawan Toyota secara global? Di bawah 100 ribu orang nampaknya dan terlihatkah tingkat produktifitasnya yakni dengan membandingkan besarnya revenue tadi. Berapa pula jumlah karyawan seluruh perbankan nasional? 200 ribu atau lebihkah. Berapa juga revenue-nya. Produktifkah?

Berapa asset pribadi Bill Gates yang konon mencapai 45 milyar dollar atau sekitar 40 triliun. Atau asset Sultan Bolkiah dari Brunei yang bersaing ketat dengan Bill Gates. Koleksi mobil Bolkiah yang mencapai 2000 unit dan semuanya berharga mahal.

Menjadi pejabat di Indonesia belakangan marak diramaikan dengan pelaporan jumlah asset. Ada pejabat yang beraset mulai dari 600 juta rupiah, 2 milyar, 7 milyar sampai di atas 1 triliun.

Berapa biaya kampanye sepasang calon gubernur? 50 milyar rupiahkah?

Berapa gaji seorang CEO di Indonesia per bulan. Ada yang bergaji 50 juta rupiahkah atau 150 juta rupiahkah - per bulan. Berapa gaji pegawai negeri. Adakah yang masih di bawah 1 juta rupiah atau ada yang 4 juta rupiah.

Berapa jumlah penduduk kita, 250 juta orangkah. Trus berapa hutang kita, diatas 200 milyar dollar kah. Berapa APBN kita, 600-an triliun rupiahkah.

Berapa harga sebuah mobil formula satu, 120 milyar rupiahkah. Dan berapa harga sebuah motor GP? 25 milyarkah.

Berapa harga tiket penerbangan London ~ New York dengan pesawat Concord? 80 juta rupiahkah?

Berapa tuntutan Tata, mantan istri Tommy? Konon 200 milyar. Hmm berapa penghasilan buruh bangunan per hari? 25 ribukah. Berapa biaya masuk kuliah di UI? 4 juta rupiahkah.

Berapa jumlah penduduk dunia? 6 milyarkah. Berapa umur bumi ini? Ribuan atau jutaan tahunkah.

Berapa tahun lagi akhirnya kiamat akan datang? 160 tahun lagikah?

Musik Tanah Air

Baiklah, tiada salahnya dicoba mengulas seputar musik tanah air. Entah siapa yang terbesar antara Rhoma Irama, Ebiet G Ade, Sundari Sukoco, Titik Puspa, Indra Lesmana, Waljinah atau Didi Kempot. Tentunya masih terdapat puluhan lain tokoh dalam musik kita yang bisa ditambahkan dalam deret tadi, namun setidaknya beberapa nama tadi pantas disebutkan. Pun pembandingan ini bakal tidak apple to apple mengingat ragam musik yang ada. Mulai dari dangdut, keroncong, pop, jazz, gendhing jawa bahkan campur sari.

Tidak berlebihan bila bung Rhoma merupakan legenda hidup musik dangdut kita. Lagu ciptaannya bisa jadi mencapai puluhan atau ratusan buah dan menggema di berbagai tempat tanah air. Bahkan konon sampai ke Malaysia. Sampai hari inipun bung Rhoma masih sering tampil di televisi mendendangkan lagu-lagunya. Warna musik dangdut bung Rhoma adalah khas, karakternya kuat dan tidak mudah pemusik lain menirunya. Hal ini wajar mengingat grup dangdutnya digawangi sekian banyak pemusik mulai dari suling, ketipung, beberapa guitar, ecrek, terompet dan belakangan ditambah drum dan perkusi. Kita bisa sepakat bahwa warna musik dangdut Rhoma pantas menjadi sebuah kiblat musik.

Siapa pula tidak kenal bung Ebiet yang jernih melantunkan lagu-lagu bernuansa pop nan bening. Bung Ebiet kental mencantumkan syair dan lyric indah dalam lagu-lagunya. Penonjolan karakter vocal bung Ebiet begitu kental meski dentingan guitar, piano, bas dan drum sayup-sayup mengiringi. Lagu-lagu pop ala Ebiet begitu nikmat dinikmati sembari duduk santai dan minum the hangat. Karakter dan warna musik Ebiet begitu tangguh tak tergoyahkan. Kembali kita mendapatkan satu prototip kiblat musik local. Bung Ebiet pantas dimasukkan legenda musik kita.

Mba Sundari Sukoco atau akrab disebut mba Untie, tidak kalah juga mewarnai ragam musik local. Dengan alunan suara merdu nan lembut melantunkan lagu-lagu keroncong dan menghanyutkan kita pada nuansa damai nan teduh. Sudah berapa banyak album dikeluarkan dan berapa puluh lagu keroncong dilantunkan tentunya bukan hal penting manakala sosok mba Untie identik dengan lagu keroncong. Konon mba Unti beberapa kali diundang ke Istana Presiden guna melantunkan lagu-lagu keroncong. Meski relative muda mba Untie pantas disebut sebagai legenda musik local. Pemuatan profil mba Untie pada situs www.tokohindonesia.com makin mengukuhkan bagaimana bobot beliau dalam musik local. Saya beruntung pernah menjadi sahabat beliau ketika bersama-sama menempuh pendidikan pasca sarjana.

Titik Puspa, hmm siapa pula yang tidak mengenal nama besar beliau yang pada usianya yang sudah cukup umur masih begitu energik dan cantik. Bicara hingar bingar dunia panggung musik local tentunya tidak bisa lepas dari keberadaan beliau. Begitu spontan, begitu lincah, begitu riang adalah gayanya di setiap penampilannya. Saya kebetulan sempat melihat di televisi ketika beliau berada dalam rumahnya yang begitu besar serta menekuni bisnis catering. Hmm pemusik sekaligus pebisnis adalah kombinasi indah yang berhasil dirajut beliau. Artis serba bisa ini juga tentunya sangat pantas menjadi acuan dan legenda musik kita. Kita masih kagum dan terus mendukung kerja keras beliau menegakkan dunia musik tanah air.

Bung Indra Lesmana, sosok anda yang kalem, ganteng dan low profile menjadi kekaguman banyak kawula muda. Musik jazz yang bisa dimasukkan kelompok musik modern adalah keahlian dari bung Indra. Beliau pernah aktif terlibat dalam beberepa band jazz tanah air. Tidak berlebihan bila Indra Lesmana adalah salah satu pelopor musik jazz tanah air. Kiprahnya didunia jazz baik local maupun mancanegara makin mengukuhkan sosoknya sebagai profil pemusik jazz handal. Beliau juga tidak berlebihan dimasukkan daftar legenda musik tanah air. Kita masih menunggu karya karya hebatmu bung Indra.

Waljinah dan Didi Kempot mewakili dari kubu musik daerah utamanya musik jawa. Waljinah kesohor sebagai pesinden lagu jawa. Beliau terlibat dalam banyak pementasan wayang kulit sebagai pesinden maupun pelantun lagu-lagu jawa di banyak kaset. Sampai sekarang pun beliau masih konsisten di jalur sinden dan aktif tampil baik off air maupun on air. Kang Didi Kempot masyur dengan musik yang disebut sebagai campur sari. Yakni kombinasi antara musik modern dan tembang jawa. Hasilnya adalah lagu-lagu yang enak didengar dan disukai berbagai kalangan terutama di ranah jawa. Praktis bicara musik campur sari adalah tidak bisa lepas dari nama besar kang Didi Kempot ini. Tidak hanya ajang local yang beliau rambah, ajang mancanegarapun juga dimeriahkan dengan musik campur sari. Konon kang Didi sempat diundang ke Suriname dalam rangka unjuk kebolehan musik campur sari. Hit-nya sewu kutho sempat diangkat menjadi sinetron di televise. Kang Didi-pun tidak berlebihan kiranya masuk dalam daftar legenda musik tanah air.

Sabtu, 28 Oktober

Sabtu kemarin kami bertiga berkendara menuju suatu tempat di kerawang timur. Jaraknya sekitar 50-an km dari Jakarta. Dan kita tidak membawa driver sehingga cukup gantian mengemudikan kendaraan. Sebelum tiba di lokasi jam menunjukkan waktu 12.00 WIB dan perut mulai keroncongan rupanya. Berhenti di sebuah restoran padang di pinggir kali dan dekat dengan percetakan Peruri kerawang. Hmm perut lapar berasa lahap menikmati nasi hangat, sambal dan lauk. Yach meskipun lauknya sudah agak dingin, cincaylah, bismillah yang penting kenyang dan sehat.

Hawa begitu terik nan panas, sehingga AC dari mobil baru milik kantor inipun tidaklah berasa begitu sejuk saking serangan panas mentari. Bertiga kami menuju pos keamanan dari perumahan dimana antenna kita berlokasi. Agenda kita adalah memeriksa atas terjadinya pencurian kabel di lokasi antenna milik perusahaan. Bersama beberapa petugas satpam kita diskusi dan membahas kejadian pencurian tersebut. Antena setinggi 45 meter kita yang berdiri pada lahan seluas 300-an meter persegi dikelilingi pagar brc tinggi serta kawat berduri pada ujung pagar ternyata bobol juga oleh ulah sang oknum nakal.

Kita patut menyayangkan kejadian ini dimana umumnya antenna yang jumlahnya mencapai ratusan titik kondisinya aman nan kondusif. Bersama teman dari teknisi kita melakukan investigasi layaknya detektif Hercules poirot. Kita mendapatkan kenyataan bahwa setidaknya ada delapan lempeng tembaga grounding dan sekitar dua puluh meter kabel grounding telah diambil paksa. Rupanya segerombolan orang iseng tersebut menggergaji pagar brc untuk dapat masuk ke area. Dari jejak yang ditinggalkan nampaknya pencurian bukanlah aksi spontanitas namun lebih tindakan yang direncanakan. Terlihat dari pemotongan kabel dan penggergajian besi yang cukup rapi. Juga pencoleng nampaknya memahami listrik dengan baik manakala dua jalur kabel listrik tegangan tinggi dan kabel grounding dapat mereka ketahui dan hanya grounding yang dipotong. Bayangkan mereka salah memotong kabel listrik, dipastikan hanguslah tangan dan tubuh mereka.

Tidak banyak kerugian yang ditimbulkan. Tidak sampai tiga juta rupiah dengan meng-estimasi harga barang yang diambil. Yang disayangkan adalah fungsi dari item tersebut yang vital sebagai kabel penangkal petir, di saat menjelang musim hujan serta daerah kerawang yang terkenal banyak petirnya. Mengapa pencurian menjadi hal yang cukup menyita perhatian kita. Dari lokasi dilanjutkan diskusi dengan kemanan setempat di pos akhirnya diteruskan menuju kepolisian setempat guna pelaporan.

Praktis sabtu itu dilanjutkan senin berikutnya waktu kita habis di kepolisian guna pelaporan dan pembuatan berita acara kehilangan. Konon pelakunya sudan teridentifikasi baik oleh satuan keamanan setempat maupun oleh kepolisian sector. Berikutnya hari-hari ini kita tinggal menunggu upaya penangkapan oleh kepolisian.

Ada sesuatu yang mengusik benak kita. Konon pencurian dilakukan oleh sekitar empat orang dan menilik dari barang yang berhasil diambil, meskipun harga ditaksir sekian juta, namun di pasar loak saya yakin tidak bakal laku lebih dari empat ratus ribuan. Praktis, bila gerombolan tersebut berhasil menjual, maka hanya mengantongi seratus ribu perak per orang. Dus, kesempatan tersebut justru sirna ketika pencurian berhasil digagalkan satuan satpam dan penangkapan serta masuk bui hanya menunggu waktu saja bagi mereka. Terakhir kita dengar bahwa sang buron sempat menghilang, namun semua data dan kartunya sudah ditangan polisi, jadi hanya soal waktu saja giliran mereka dipersilakan masuk hotel rodeo.

Kita terusik bahwa terlampau banyak sekarang ini orang-orang yang menganggur dan membutuhkan nafkah guna menghidupi keluarga. Dari obrolan diketahui bahwa memang banyak penganggur di kampong sekitar antenna berada. Yang cukup memprihatinkan adalah manakala pencuri mengambil barang demi menafkahi keluarga yang lapar. Meskipun norma kita jelas tidak mentolerir jalan dan cara mencuri meskipun perut anak dan istri lapar. Hanya apakah bedanya mereka dengan koruptor nan kaya nan terhormat. Uang yang dicuri koruptor jutsru sekian juta kali lipat lebih banyak ketimbang pencuri kabel tadi. Bedanya koruptor tetap hidup terhormat, kaya dan makmur sementara pencuri tadi bersiap menghuni terali besi. Alangkah makin laparnya perut anak istrinya manakala sang pencari nafkah harus dikurung. Hmm saya hanya bisa menghela napas panjang. And justice for all,,,,

And just a story,,,

What we are having now sometimes still not we accept. As human being we are always not enough of everything given. When you still able to sleep well at your convenience mattress or when you may choose any food you want are indicating you are quite rich. Often what we already had likely home, cars, land, savings, bond, stocks or everything seems not satisfy us. Until you compare or realize that there is even more other person do not have even just their own home. They even still rent the home and always in shortage of money to buy just food.

So some religions always teach us that please accept and thank anything given to you before everything gone from you. If you still have food for today you are such lucky person in the world since there are many others being in hungry.

A friend of mine recently came to my place for the thing. He is 54 years old and has two sons that study in high school and university. His job first was smooth and he got good payment. He is already twelve years on his job. His company first had many employments and running well. This is operating for years until recently business getting tight and complicated. To get just little order is such hard thing to reach. Company surely runs down and its finance getting worse. Some effort already done and seem not show well return.

At last with the rest of energy the company start fire one by one employment. From almost a hundred people now left only six people. Asset of company sell gradually to back up operation cost. Practically there is no job and no any revenue as well. It is such a hard situation they are facing this moment.

What they are trying to do now absolutely difficult and seem no way out available. From our conversation I understand that company with only six guy now trying all out to survive. They are doing some breakthrough and hope a little revenue. Until yesterday the effort seem not getting things.

My friend who is being old with burden of his family describes completely sadness story. He just surrenders to the nature and just prays for his life. So considering this story that is why we are always to have good feeling of whatever we are given. Because whatever happen tomorrow is always our beyond.

Masih Seputar Mudik

Membahas mudik memang tidak ada habisnya. Ritual ini selalu berulang dari tahun ke tahun. Kira-kira tepatnya fenomena mudik mulai dari tahun berapa yaa, nampaknya agak sulit menjawabnya. Saya sendiri sejak empat belas tahun silam selalu mudik ke kampong halaman. Pengalaman mudik-pun beragam mulai dari jarak tempuh normal 10 jam antara Jakarta ~ solo, sampai pernah mengalami 26 jam saking macetnya. Waktu mudikpun pernah merasakan muai dari seminggu sebelum lebaran , malam lebaran itu sendiri maupun habis lebaran. Suka duka mudikpun pernah kita alami mulai dari makan berbuka di pinggir danau ambarawa, sampai ban pecah di sekitar Tegal. Hanya tahun ini kita absent mudik karena berbarengan dengan suatu urusan yang cukup penting.

Meskipun tidak mudik, namun kerabat, teman, relasi, semuanya mudik dan senang berbagi cerita serunya mudik. Ada yang sampai menempuh 27 jam untuk jarak solo ~ Jakarta sampai terjebak macet di boyolali berjam-jam. Yang cukup mengangetkan adalah banyaknya pemudik roda dua atau sepeda motor. Alat transportasi roda dua itu memenuhi jalan sampai memenuhi jalur kendaraan lainnya. Praktis terjadi kemacetan dan kesemrawutan di berbagai ruas jalan karena banyaknya kendaraan roda dua ini. Kono kenaikan jumlah pemudik yang menggunakan roda dua meningkat sekitar 300% ! dari tahun kemarin.

Sebagaimana pernah diulas diblogs ini bahwa fenomena mudik membawa sekian dampak, juga beberapa kali termuat di artikel harian ibukota mengenai ritual mudik ini beserta ekses dan dampak negative positifnya. Terlepas dari semakin meningkatnya angka kecelakaan dan korban jiwa bahwa mudik memang membawa ekses dan pengaruh bagi warga pemudik maupun warga di kampong tujuan mudik itu sendiri. Secara umum pemudik mayoritas terjadi di pulau jawa yakni dari Jakarta menuju kota-kota di jawa barat, tengah maupun timur. Konon lagi jumlah pemudik mencapai jutaan orang. Andaikan satu orang membawa pulang uang satu juta dengan jumlah pemudik katakan lima juta maka terdapat uang lima triliun yang berpindah dan tersebar dari Jakarta ke tempat lainnya. Tentunya jumlah ini tidaklah sedikit dan apalagi ritual mudik hanya berkisar satu atau dua minggu.

Mudik ibarat bersilaturohmi dan menjaga hubungan kekeluargaan agar tidak terputus. Bayangkan bila perantau sama sekali tidak mudik maka dipastikan perlahan hubungan keluarga dengan orang tua dan handai taulan di kampong bakal terputus.

Sarana mudik utama yakni media transportasi serta termasuk infrastruktur jalan sangatlah berpengaruh bagi kelancaran mudik. Kiranya tahun demi tahun sudahkah tercapai kenyamanan pemudik, nampaknya merupakan pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai. Dimulai dari kondisi jalan yang usai diperbaiki tidak lama rusak lagi karena kelebihan beban kendaraan berat. Praktis agenda yang tidak kalah seru-nya menjelang mudik adalah kegiatan atau project perbaikan jalan tersebut. Tentunya ada juga masalah turunannya selain kondisi jalan, yakni jembatan, pasar tumpah di pinggir jalan maupun kondisi sekitar jalan tersebut.

Pernah kita singgung di artikel blogs ini juga bahwa berapa panjang jalan tol yang berhasil dibuat pemerintah selama puluhan tahun yang ternyata baru berkisar ratusan kilometer belaka. Padahal untuk pulau jawa sendiri yang terdapat baik jalur utara/pantura, jalur tengah maupun jalur selatan tentunya memiliki total panjang jalan ribuan kilometer. Praktis baru sebagian kecil saja jalan yang berhasil dibangun menjadi tol.

Sarana transportasi yang nyaman dan terjangkau harganya oleh pemudik juga merupakan pekerjaan rumah lainnya. Saat ini tidak banyak sarana transportasi yang memberikan pilihan kenyamanan. Kereta api umumnya begitu terbatas kapasitasnya dan untuk berhasil mendapat satu kursi ibarat mendapat kejatuhan durian runtuh sekedar menggambarkan susahnya pesan tiket kereta api. Angkutan darat lain macam bus selalu penuh dan harga tiketnya membubung tinggi setiap waktu mudik tiba. Mode angkutan udara belakangan cukup meluas dan tiketnya berlomba diturunkan, namun tetap terhadang kondisi kapasitas, letak bandara yang jauh dan rawan macet, kondisi bandara yang semakin kurang nyaman dan berbagai kesulitan terkait lainnya. Kenapa hal ini menjadi logis bila pengguna mudik berkendara roda dua mengalami lonjakan tiga kali lipat. Bagaimanpun mudik tetap jalan terus.

Mudik

Ada apa dengan mudik yaa. Setiap tahun menjelang berakhirnya bulan puasa maka bakal diramaikan dengan persiapan mudik. Berbagai atribut mudik bakal makin terlihat seiring makin dekatnya ujung dari bulan romadhon ini. Berbagai Mall, pasar tradisional dan pusat perbelanjaan lain bakal dipenuhi orang atau keluarga yang berbelanja kebutuhan lebaran atau kebutuhan mudik tersebut. Konon Jakarta adalah kota dimana beragam orang daerah di Indonesia berkumpul. Behubung pusat dan sentra ekonomi ada di Jakarta maka makin banyaklah kaum urban mengadu untung dan mencari pekerjaan. Jadilah Jakarta menjadi kota multi etnis atau multi penduduk yang dihuni oleh mayoritas kaum pendatang. Penduduk asli Jakarta yang akrab disebut betawi-pun bahkan mulai tenggelam diantara hiruk pikuk kaum pendatang. Yang namanya pendatang maka tentunya memiliki kampong aslinya. Entah dari sesame pulau jawa, sumatera, sulawesi dan seterusnya. Jadilah tiap lebaran jutaan pendatang tadi melakukan tradisi tahunan menjelang idul fitrie yakni mudik atau pulang kampoeng..

Fenomena mudik tiada habisnya dikupas dan dianalisi waktu demi waktu. Bagi yang tidak pernah mudik atau memang asli asal kota Jakarta tadi misalnya tidak habis pikir kenapa tradisi ini berjalan terus. Bahwa mudik memang identik dengan perjalanan panjang, macet dan melelahkan. Bahwa mudik memang identik dengan menyatakan bahwa kita benar orang daerah atau orang perantauan. Bahwa mudik seiring dengan makin mahalnya BBM dan ongkos transportasi adalah membutuhkan banyak biaya. Bahwa mudik adalah ritual yang kadang sulit dimengerti sebagian orang. Kenapa orang rela bercapek ria macet dan menempuh ratusan kilometer padahal kalau hanya pulang bisa memilih waktu lainnya kan, yang tidak berbarengan misalnya. Itulah sedikit mudik dan tanda tanya yang menyertainya.

Bagaimana dengan pemikiran dan pembelaan golongan yang memang mudik setiap tahunnya. Tentunya bakal tidak kalah banyaknya argument yang bisa dilontarkan. Bahwa kampong halaman identik dengan tanah kelahiran atau leluhur yang memiliki nilai-nilai histories. Bahwa di daerahlah berkumpul akar keluarga besarnya. Ritual mudik juga ibarat charger battery dimana battery kehidupan yang sebelas bulan sudah sedemikian buram dan perlu sentuhan segar. Dengan mudik ibaratnya pikiran kita menjadi fresh kembali, segar dan siap bekerja berat. Mudik memanglah melelahkan dan macet, namun segalanya bakal terbayar lunas beserta bunga-bunganya manakala kita sampai di rumah, bertemu handai taulan dan merasa kembali menjadi bagian dari kampong halaman. Bagi etnis jawa konon mudik sangatlah mustahil tidak dilakukan karena semangat mudik memang membara dalam dada. Makanya ada pepatah yang mengatakan, mangan ra mangan asal ngumpul atau makan tidak makan yang penting berkumpul, sehingga kenapa ritual mudik wajib dilakukan. Mudik juga menjadi ajang promosi bahwa si A atau si fulan berhasil tuh dalam rantauanya dengan mudik bermobil dan membawa banyak uang. Hal ini mengapa semakin banyak orang yang merantau dan dampaknya adalah jumlah pemudik bakal terus meningkat.

Terlepas dari duduk masalah sebenarnya dan pergeseran nilai-nilai mudik, setidaknya mudik adalah merupakan ajang pemerataan pendapatan masyarakat. Berapa milyar atau triliun rupiah uang dari Jakarta atau kota besar lainnya dapat terbagi ke daerah asal perantau. Konon lagi rumah makan warteg asal tegal telah menyumbang sekian milyar ke kampong halaman. Juga perantau asal wonogiri, solo atau sleman dan seterusnya turut menyumbang pendapatan putra daerah. Meski periode mudik berkisar hanya sebulan nampaknya cukup significant nominal yang disumbang bagi roda perekonomian baik pada sector transportasi maupun sector terkait lainnya semacam home industri, makanan atau pariwisata.

Pajak Kendaraan

Hari ini saya membayar pajak kendaraan di sebuah samsat yang berlokasi di timur Jakarta. Berbeda dengan kegiatan saya terakhir bahwa di samsat nampaknya calo sama sekali sudah tidak diperbolehkan beroperasi. Semua diurus oleh wajib pajak kendaraan sendiri. Hanya yang cukup melonjak adalah antrian pajak kendaraan roda dua. Lantai dua ruang samsat begitu berjubel, gerah dan hanya ditopang kipas angina nan panas. Sungguh meski pujian bisa kita sematkan pada tekad samsat namun kenyamanan wajib pajak yang notabene adalah raja, karena patuh membayar pajak kan, masih belum sepenuhnya diperhatikan.

Karena sedikit banyak sudah tahu prosedurnya begitu datang saya langsung foto kopi bpkb, stnk, ktp dan beli kuitansi bermaterei. Critanya ini mau bayar pajak sekalian balik nama. Habis foto kopi langsung ke loket cek fisik beli kertas gesek nomor mesin dan rangka seharga sepuluh ribu perak. Berikutnya kita tinggal mendatangi petugas yang menggesek nomor mesin lalu nomor rangka. Sempat saya tanya bayar berapa pak, dia balik melihat saya, ya sudah kita berikan sekedarnya, diapun bilang terima kasih, so far okelah, no such any free lunch in this funny world bukan.

Balik lagi ke petugas cek fisik dengan kertas gesek sudah tertera nomornya, kembali membayar sepuluh ribu. Menunggu barang dua puluh menit nama dipanggil dan keluarlah sebendel berkas lengkap berisi formulir dan lampiran dokumen kendaraan. Berikutnya kita naik ke lantai tiga dimana dilayani pajak kendaraan roda empat. Pak polisi yang melayani bilang, pak ini cabut berkas ke Jakarta pusat bapak saja yang melakukan. Wah karena tidak punya banyak waktu ya saya jawab, sudahlah saya minta Bantu bapak saja. Oke dia jawab dan bilang, ini untuk cabut berkas sekitar tiga ratus lima puluh ribu perak pak dan tolong ditambahkan ongkos jalannya. Ya sudah saya nitip saja dan berikutnya diminta seminggu lagi datang untuk bayar kekurangannya dan ambil dokumen aslinya.

Bahwa belumlah segala sesuatunya ideal dan bebas dari biaya birokrasi memang benar, namun tetap semangat ini perlu dihargai. Hanya semestinya pihak samsat bisa mengantisipasi lonjakan jumlah kendaraan apalagi yang roda dua sehingga dapat menata secara nyaman pelayanan dari wajib pajak kendaraan ini. Per hari ini saja jalur masuk ke halaman samsat guna menggesek nomor sudah sangat dipenuhi oleh kendaraan roda dua yang juga melakukan cek fisik, sehingga kendaraan roda empat yang lewat haruslah pelan sekali atau bakal nyerempet. Apalagi dapat dibayangkan satu dua tahun ke depan, dengan kondisi perkantoran samsat yang segitu-segitu saja, tentunya bakal terjadi lonjakan antrian pembayar pajak ini.

Sudah jamak dalam negeri kita ini bahwa berbagai hal mengenai pelayanan umum masih sangat jauh dari nyaman dan waktu yang singkat. Singkatnya pelayanan umum masih belum efisien dan efektif. Tidak hanya pelayanan pajak kendaraan namun berbagai pelayanan public lainnya. Padahal masyarakat berduyun-duyun antri itu guna setor uang ke Negara, kenapa tetap saja kurang diperhatikan dan dihargai misalnya.

That’s it, tidak pengin panjang lebar tentunya kecuali kita semestinya bisa berubah, menjadi lebih baik dalam segala hal ketimbang selalu terkondisi keadaan yang serba menyusahkan rakyat belaka.

Pertanian

Negara kita “sempat” terkenal dengan sebutan negara agraris karena luas lahan produktif yang dimilikinya. Dengan bekal luas lahan dan sumber daya manusia maka mestinya kita bisa lebih optimal dalam menghasilkan produk pertanian ketimbang yang kita capai hari ini. Produk pertanian tersebut bisa berupa beras dan sejenisnya, buah, sayur atau singkatnya produk hasil bumi. Dalam konteks ini barangkali bisa termasuk disebutkan pengembangan produk pendukung-nya seperti pupuk, peralatan pengolah lahan, peralatan panen, peralatan pengupas gabah dan seterusnya.

Bicara pertanian pada dasarnya sangatlah luas lingkupnya, sehingga kita fokuskan saja pada budi daya beras yang merupakan makanan pokok kita. Belum lupa dalam ingatan kita di era 1980-an kita pernah berswasembada beras. Artinya produksi beras mencukupi bagi kebutuhan nasional dan lebihnya dapat diekspor. Bila produksi cukup selain terjaminnya kebutuhan pangan juga tentunya harganya akan dapat dikontrol, atau diserahkan mekanisme pasar.

Sebagai Negara yang berkutat mengolah komoditas beras puluhan tahun sudah semestinya kita menguasai seluk beluk mulai dari pembibitan, penyemaian, penanaman sampai pemanenan. Idealnya kita haruslah memiliki berbagai jenis padi mulai dari yang umur panen pendek, bulir padinya banyak, yang rasanya enak dan seterusnya. Produktifitas-nya mudah diukur dengan salah satunya dengan menghitung berapa ton padi/gabah dihasilkan untuk setiap hektar lahan misalnya. Rasanya untuk produktifitas perhektarnya kita masih jauh di bawah Thailand, Taiwan atau Jepang misalnya dan masih sangat luas bisa ditingkatkan lagi. Makanya tidak heran beras Thailand merajalela di pasar kita.

Dengan banyaknya ahli pertanian kita, termasuk fakultas pertanian di berbagai perguruan tinggi bukan mustahil mengembangkan bibit padi unggul yang mudah tanam namun hasilnya optimal. Sudahkah hal ini kita capai, nampaknya belumlah menggembirakan.

Aspek pendukung pertanian misalnya pupuk juga belum kunjung tuntas dalam arti mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh petani kita. Sering terjadi pupuk langka keberadaannya dan kalaupun ada harganya selangit. Kenapa hal ini belum menjadi perhatian utama kita.

Fakta di lapangan bahwa kondisi petani kita masih jauh dari sejahtera. Terlampau banyak petani yang kehidupannya marginal dan belum menikmati peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Pernah ada yang namanya koperasi unit desa dan koperasi lainnya yang dimaksudkan membantu petani dalam hal pengadaan pupuk maupun penyerapan hasil panen, namun terakhir kok gaungnya mulai hilang.

Mustahikah bila sector pertanian diangkat menjadi backbone kita, menjadi tulang punggung perekonomian kita. Dengan berbagai modal yang dimiliki mestinya hal ini bukanlah mustahil. Fokuskan pada riset dan pengembangan bibit padi sampai dihasilkan berbagai jenis bibit unggul sesuai kebutuhan. Fokuskan pada pembangunan lebih banyak pabrik pupuk dan jalur distribusinya agar pupuk mudah dan murah diperoleh. Kembangkan terus teknologi pertanian sehingga konteks pertanian berubah menjadi konteks yang makin canggih dan berteknologi. Janganlah tahun demi tahun teknologinya usang tanpa ada perubahan dan peningkatan.

Wujudkan semuanya dengan hal konkrit dan tindakan nyata di lapangan. Janganlah pertanian hanya menjadi sector kelas dua yang penanganan dan pengelolaan puluhan tahun stagnant belaka. Diperparah dengan saling berlomba melakukan import beras yang semestinya bisa dihindari dan dananya bisa dialihkan pengembangan produk pertanian.

Saat Ini

Saya sering mencari “perenungan” atas kehidupan ini, ceilee hebat yaa. Perenungan saya adalah apa sebenarnya hakekat inti dari kehidupan kita ini. Wah berat amat topiknya. Kalau Sidharta Gautama akhirnya menyimpulkan bahwa kehidupan adalah sengsara belaka, kenapa beliau memilih untuk bersemedi, guna menghindari kesengsaraan Berhasilkan beliau dengan solusinya atas kehidupan, ya saya tidak tahu. Kehidupan kita memang harus terus berlanjut manakala kita sudah memilih lahir di alam ini. Alur sederhana yang bisa kita ungkap misalnya waktu kecil kita sangat ingin bersekolah. Ketika sudah sekolah ingin sekali kerja yang enak dan banyak uang. Ketika sudah kerja dan kaya kita ingin dihormati semua orang dan menjadi tokoh. Ketika sudah menjadi tokoh, dihormati dan sebagainya kita ingin dicatat hebat dalam sejarah. Demikian seterusnya.

Bahwa apa yang belum terjadi akan selalu menjadi mimpi kita sementara hari kemarin adalah masa lalu. Pernahkah kita mengalami kebosanan. Tentunya banyak dari kita sering merasa bosan belaka. Ah setiap hari kerja mulu, kerja dan kerja. Sementara yang pensiun juga mengeluh, duh bosannya hari-hari, duduk mulu melihat orang lewat. Yang menganggur mencari kerja apalagi, bosan banget mencari kerja nggak dapat-dapat. Barangkali sudah adakah yang benar-benar nikmat menjalani detik demi detik hidup ini berlalu. Mungkin ada juga, hanya kita saling tidak tahu siapakah gerangan yang sudah sedemikian tinggi tingkatnya. Apakah beliau itu seorang professor? seorang ustad? seorang pastor? seorang pertapa? seorang tokoh? seorang menteri? presiden? atau malah orang gila di pinggir jalan itu.

Bahwa kehidupan memang silih berganti, kadang indah kadang sedih. Kadang kita merasa bahagia kadang derita tiada akhir. Maka perenungan ini barangkali masih belum bisa memegang apa sih inti dari kehidupan kita. Mestikah kita harus berbuat baik sepanjang waktu? Jelas ini tidak salah, namun adakah orang demikian, masak seumurnya terus berbuat baik, namanya juga manusia akan sulitlah. Pan punya nafsu, ambisi, hasrat, sifat iseng, sifat jahat disamping sifat baiknya. Hmm bahkan baik dan buruk pun dapat secara luas diperdebatkan. Apa yang kita sebut baik belum tentu sama bagi orang lain. Yang kita nilai buruk-pun tidak sama bagi penilaian orang lain.

Bahwa, kita dapat mulai mencoba menengok ke atas, ya betul Tuhan Yang Maha Besar. Jadi kita sebagai makhluk hidup mesti meyakin keberadaan Sang Pencipta ini dulu. Tanpa meyakini sang Pencipta dijamin hidup kita bakal berasa kosong ompong, dan inti kehidupan bakal sulit digapai. Setelah meyakini Pencipta kita, coba tengok alam semesta ini yang terbentang luas dimana kehidupan kita ditopang. Toh kita tidak bisa hidup di langit atau di dasar laut kan. Setelah Tuhan, Alam semesta, berikutnya kita coba tengok saudara kita. Ya betul umat manusia. Jadi hampir lengkaplah semuanya antara keberadaan Tuhan, Alam Semesta dan Umat manusia. Terakhir kita jangan lupa masih ada agama, norma masyarakat dan akal budi kita.

Nah barangkali sudah dekatkah perenungan kita akan inti kehidupan ini. Coba diolah dan ditata secara rapi sekali antara hakikat tadi yakni Pencipta kita, Agama kita, Norma kita, Alam kita, Umat manusia dan pikiran kita. Apakah kira-kira inikah hakikat kehidupan kita? Saya juga belum bisa menjawabnya. Yang jelas kehidupan kita adalah saat ini. Saat ini kita dapat melakukan ibadah kepada Tuhan, dapat melakukan tindakan yang tidak merusak alam, jangan menyakiti sesama/masyarakat serta gunakan selalu akal pikiran kita demi keserasian hakikat tadi.

Asap

Harian Kompas beberapa hari terakhir mengabarkan berangnya negara tetangga karena ulah asap dari pembakaran hutan kita. Bahkan hari ini dipampang foto kota Kuala Lumpur yang gelap karena asap yang nyelonong dari hutan di negara kita. Masalah asap adalah masalah berulang yang terjadi setiap tahun yang umumnya terjadi menjelang musim penghujan. Asap tersebut biasanya berasal dari pembakaran hutan guna lahan pertanian atau perkebunan. Siapa yang membakar hutan ya tentunya manusia-lah, masak harimau atau kera bisa. Kenapa membakar hutan ya karena orang membutuhkan lahan pertanian dengan biaya relative murah. Murah bagi dirinya/grupnya tentunya sementara bagi orang lain atau Negara lain asap ini menimbulkan kesengsaraan belaka. Kota menjadi gelap dan tidak sehat, jarak pandang pilot terganggu sehingga beresiko bagi pendaratan maupun tinggal landas pesawat.

Mengapa kejadian yang sangat berdampak pada gangguan dan kesengsaraan orang di tempat lain ini terus berlangsung. Jawabnya cukup pelik dan tidak sederhana. Di sana ada penggarap lahan, ada pengusaha hutan yang mengantongi ijin, ada polisi hutan, ada pemerintah daerah dimana hutan berada dan seterusnya yang kesemuanya sedikit banyak terlibat. Di radio seorang dosen pertanian dari sebuah perguruan tinggi di sumatera mengatakan bahwa sering ada pelaku pembakaran hutan ditangkap, namun tidak lama dilepaskan, tidak tahu kenapa. Karena hokum seperti ini dan terus terulang maka dengan sendirinya terdapat makin banyak hutan terbakar serta asap berpesta kemana-pun mengikuti arah angin sehingga semuanya berjalan seperti biasa, business as usual.

Asap adalah polusi udara dan membuat udara di sekitar kita gelap serta tidak sehat. Asap dapat mengganggu kegiatan keseharian kita. Banyak sekolah diliburkan karena asap di jalan-jalan. Banyak penerbangan ditunda karena asap menutupi udara sekitar bandara. Bahkan asap yang tidak mengenal batas negara terus beredar kemana saja. Akibatnya timbul protes dan keluhan dari orang/negara dimana asap meraja-lela. Rasanya lebih banyak mudharatnya keberadaan asap ketimbang manfaatnya. Beda-lah kalau asap datang dari masakan rendang, hmm baunya harum dan kita sepakat ini bau tidaklah mengganggu, bahkan membangkitkan rasa lapar. Lha asap hasil kebakaran hutan, buat apa yaa kecuali memang hanya menjadi pengganggu bagi semua orang.

Hutan yang dibakar juga berpotensi mematikan organ yang hidup di tanah. Organ ini penting bagi kesuburan tanah. Jadi semua tumbuhan hidup serta organic tanah tanpa kecuali akan menjadi hangus terbakar. Kebakaran juga menyebabkan hewan yang hidup di hutan terancam. Ekosistem hutan perlahan hangus dan rusak. Efeknya belum terasa hari ini atau tahun ini. Namun bagaimana beberapa tahun ke depan. Jumlah hutan berkurang, ekosistem hutan rusak dan fungsi hutan terganggu. Bagaimana dampaknya bagi kehidupan rakyat banyak, petani maupun pemukim desa dekat hutan. Bagimana pula dampaknya bagi anak cucu kita. Bahwa pembakaran hutan akan berdampak sangat lama pada area yang luas ketimbang keuntungan dan manfaat sementara yang berhasil dipetik.

Sebagaimana mencari ikan di laut dengan mengebom lautan, menggarap lahan dengan membakar hutan jelas merupakan perusakan alam ketimbang upaya produktif. Memang ada hasil produktif di sana namun dibanding kerusakan alam yang parah sangatlah tidak sebanding. Demi kelestarian dan pemeliharaan alam maka pembakaran hutan mendesak segera dihentikan. Pelaku yang tidak bertanggung-jawab menjadi sah untuk dihukum berat agar jera. Bahwa yang selalu dilakukannya selama ini tidak lebih sebuah perampokan belaka atas alam yang telah menghidupi kita selama ini.

Bung Andre

E-Radio dalam bincang-bincang pagi ini mengundang musisi kawakan yakni bung Andre Manaki (maaf kalau salah tulis nama). Bung Andre ini kakak penyanyi terkenal era 90-an yakni Katon Bagaskara dan juga Nugie. Rupanya ketiganya adalah keluarga seniman khususnya musik. Barangkali selama ini kita lebih mengenal Katon atau Nugie ketimbang kakaknya tersebut. Maklum Katon yang kita tahu memiliki band beken KLA Project yang telah menelurkan album hits dengan lagu-lagunya yang terkenal macam Yogyakarta, Tak bisa pindah lain hati, Negara di Awan, Dindan Dimana dan seterusnya. Nugie kita mengenal sebagai penyanyi solo. Bahkan Nugie adalah mantan penyanyi cilik tahun 76-an yang sempat punya album dengan judul Pancasila Senjataku.

Menggali potensi musisi kawakan ini memang cukup menarik. Beliau malang melintang baik di Jogyakarta maupun Jakarta dan menggalang banyak seniman Jogya. Bahkan pada gempa Jogya beberapa bulan lalu bung Andre terjun langsung membentuk squad dan mengumpulkan dana guna membantu korban gempa. Selama dua bulan penuh bung Andre bahu-membahu membantu korban gempa. Ada sedikit keprihatianan menurut bung Andre, dimana beberapa pedagang Jogya menjual mie rebus dengan harga seratus ribu per kardus. Harga normalnya hanya tiga puluh ribuan hingga kenapa banyak pedagang tega mengambil kesempatan diatas kesusahan sesama. Barangkali ya namanya manusia, mungkin saja pedagang tadi khilaf atau alasan lainnya.

Bung Andre ini juga membuat banyak lagu yang sebagian dinyanyikan oleh adiknya, Katon atau penyanyi semisal Paramitha Rusadi dan lainnya. Belakangan bung Andre mencoba membuat album bareng adiknya dengan judul Kidung Kencana. Menurut bung Andre ini kidung itu artinya adalah sebuah lagu yang katakanlah melegenda, sementara kencana artinya adalah emas, logam mulia. Jadi kidung kencana dimaksudkan agar lagu-lagunya dapat menjadi legendan nan abadi. Namanya juga seniman tentunya sah-sah saja apa yang coba dirumuskan oleh bung Andre tadi.

Bahwa kenapa bung Andre baru belakangan turun gunung setelah adik-adiknya menapaki sukses bermusik, adalah karena masalah teknis semata. Bahwa bung Andre menjelaskan selama ini belum menemukan partner record yang cocok. Konon seorang musisi agar dapat berhasil mesti memiliki partner record yang seirama. Saya kebetulan agak awam seperti apa partner record ini, apakah perusahaan rekaman atau tim yang bekerja dibalik penyanyi/musisi. Di akhir perbincangan bung Andre menyanyikan sebuah lagu tentang Jogya sambiul bermain gitar akustik-nya. Wah ternyata hebat nan indah permainan gitarnya dan tentunya suaranya. Semoga sukses bung Andre.
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog