Responsive Banner design

Time is (NOT) money

Pernahkan kita bepergian dengan jarak yang normalnya ditempuh 30 menit menjadi 3 jam. Pernahkan kita melakukan suatu urusan yang hanya makan waktu 10 menit namun perjalanan bolak baliknya mencapai 5 jam? Bila anda tinggal di suburban Jakarta dan setiap hari harus bolak balik ke jantung kota dari rumah kita dipinggiran atau di luar kota maka pengalaman di atas akan sering dilakukan. Bahkan saya pernah membuktikan bahwa ternyata jalan kaki (cepat) pada jam sibuk bahkan lebih cepat dari naik mobil ! Saya jalan sekitar 2 km dari jalan Thamrin menuju Semanggi dan cukup butuh 20-an menit, sementara bila kita naik mobil pada jam sibuk bisa makan waktu 45 menit sampai 1 jam.

Konon segala sesuatu yang normal di negara lain begitu dipraktekan di Indonesia belum tentu hasilnya sama, biasanya hasilnya akan aneh-aneh. Orang Eropa-pun akan berpikir seribu kali sekedar memboyong sebuah mobil Bentley atau Rolls Royce ke garasi meskipun cukup uang untuk membelinya. Karena mereka lebih realistis dalam bertransaksi dan memiliki barang. Bagaimana di Indonesia atau khususnya Jakarta, itu mobil bakal pasti ada yang membeli meskipun harganya mendekati 10 milyar misalnya. Dan apakah alasannya, ternyata seputar prestige atau exclusive belaka.

Coba datang ke tempat-tempat makan malam bergengsi di Jakarta di amati begitu royalnya tamu atau pembeli mengobral tips dengan recehan katakanlah 20 ribuan, sementara terlampau banyak kaum papa, anak terlantar, kaum jompo bergelimpangan di jalan-jalan dan pembeli yang tadi royal-pun tidak tergetar hatinya melihat hal ini dari dalam mobilnya nan mewah dan nyaman. Boro-boro melempar recehan 20 ribuan, paling banter koin 100-an, 200-an atau bahkan tidak sama sekali.

Ada lagi soal gengsi dan kebanggaan kalau bisa katakanlah menggunakan produk import, atau latah menyekolahkan anaknya ke Singapura atau Amerika. Atau bila memang uang banyak maka mobil keluarga haruslah 4 yakni buat ngantor, buat shopping istri, ngantar anak sekolah dan buat stand by di rumah. Jadilah memang kita jor-joran belaka soal gaya hidup. Eh nglantur nih, tadi ngomong apaan sih, oh ya soal waktu ternyata ya, judulnya saja time is,,,. Benar bahwa kadang waktu di tempat kita ini bukanlah hal yang berharga. Di tempat kerja bisa saja kita meeting berjam-jam, tapi kadang apa hasilnya. Nah yang ini memang related dengan teknik dan perencanaan meeting yang efektif seperti apa, namun tetap waktu turut terlibat.

Masalahnya adalah bahwa kondisi fisik kita, kondisi jalan, kondisi transportasi kita, tata ruang kota, tata jalan, perempatan, pasar, kaki lima, perilaku pemakai jalan dan sembarang hal yang berhubungan dengan akses lalu lintas orang dan barang sangatlah memprihatinkan. Hingga praktis segalanya mampet pada saat jam sibuk, dan belakangan pada hampir sembarang waktu jalanan macet. Jadilah slogan hebat waktu adalah uang, waktu adalah ilmu atau waktu adalah investasi menjadi berantakan semua. Waktu ternyata memang tidak berharga manakala terbentur dengan kondisi akses transportasi nan semrawut.

Sebuah media menyebutkan penjualan motor 2005 tembus 5 juta unit, hmmm coba kita jejerkan motor itu katakanlah 1,5 meter dikali 5 juta, nah berapa kilometer tuh panjangnya. Dewasa ini di jalanan kendaraan roda dua lah rajanya. Makanya bagi yang mobilisasinya kebetulan naik mobil atau angkutan umum, mesti siap-siap mengalah dan mengorbankan lebih banyak waktu. Saking banyaknya motor saya pernah menghitung di perempatan jalan pas tidak ada polisi. Bila kita mengendarai mobil dan sekedar ingin belok saja, mesti menunggu diserobot puluhan motor barulah bisa nyelip satu mobil. Katakanlah 50 motor lewat baru sebuah mobil berkesempatan belok.

Akhirnya hakikat kita membangun sarana transportasi guna pencapaian kemajuan dan kesejahteraan rakyat kadang ironis. Lha jalan kaki saja malah lebih cepat ketimbang naik mobil kan artinya bikin jalan dan mobil malah nggak bikin efektif toh. Bikin motor untuk menggerakan ekonomi dan mendongkrak transportasi malah menjadi biang dari segala kesemrawutan dan kemacetan belaka. Nampaknya kita harus redefine ulang segala bentuk kegiatan pembangunan sarana transportasi kita agar selaras dengan efektifitas waktu.

Blank

Do you have ever had intention to write but it is blank on your mind. Yes sometimes so, And right now I have totally now idea about what to write down. But I am eager to try writing even nothing on my mind. Today not much I have to do with my main job unless little briefing and little type on my computer. Even I have time to spend my rest time with some colleague upstairs. We talk any topics from job to anything else matter. And in the lunch time we order to office boy to buy our lunch and enjoy together our menu like rice, vegetables, some fried-eggs and little others. Hmm this lunch feel good even the things are quite common.

After lunch with stomach are full then we take a pray and followed by discussing little job. We just supervise some other job implementing on the floor upstairs and much more to spend relax time. Due to any other thing to do then I am trying to read some hobbies in the internet. I search some advertising and some light articles. Then it is arise in my think to write on my blogs and I find it blank on my head.

So what else I should type now, hmmm maybe about end of day. This is supposed such heavy topics I think but let us see. From certain source I have been read that next hundred and sixty years the end of day shall be coming. So it is based on the prediction of wise man. All of you may not believe or some other may believe. Any religion probably teach us that end of day surely will be coming, because this world is only a moment.

Relevant to this opinion we may think that water also will be run out someday, isn’t it. If today we may drink any much water we want but next ten or twenty years water might be run out and we may not drink as we need. It is very scares of imagining but that is the fact. And this earth / globe is also consists f some layers that derived from fire in the center of this globe then very hot land or mud. Actually the surface of this land only very thin compares to overall size. Someday the center of fire getting hotter and hotter and may explode this exciting place.

Our universal also consists of some planet and stars in which some day will occur crash among the planet. It is still any other part of this universal that if we think even logically it may not last forever. That is why the end of the day not such utopia but realistic. So are all of you ready to face this judgment day or we still exploit this source as much as we need. So are you already doing some good thing to human kind and to the earth. If you think that all of big thing around us are really just a moment thing then prepare at your best before end of day real coming and end up all the things.

Routine

Anyone of you may get bored on daily routine activities. Day to day or week to week seems the same for anything around. Then getting bored may be human life character that mostly we are facing today. Some advices come to us that we may create our alternative activities. For those who are still being students some extra activities may be the solution. Whether it is sport, art, dancing or clubbing seems more popular recently. Some schools are now offering kind of extracurricular may fulfils students need. Some others even have more variant of activities like outbound or traveling.

How about some workers around whether they are in office or manufacture. It may be the same that routine job will born bored-feeling. Let’s have a look at manufacture where people do same thing time to time. Not to mention for years, just few months will impact people get quite bored. If there are no other optional activities then we may imagine how high level of this boring thing. That is why some company release policy of five working days a week. It is equivalent to government regulation that labor may be occupied for forty hours a week or eight hours a day.

Then what kind of occasion thing they do on their waste time. Some people may have side business and some other may have joint productive activities. Whatever it do in shortly people need thing different to compensate their routine job. Moreover in office there will be some facilities available to utilize. There is internet in our computer, sport or fitness in gymnasium or just relaxing in other places. So, it is more common today that people working in office will often go some where on their busy time fulfilling the need. It is no matter that they may go outside after working hours or even at night. Derivative businesses that may arise around offices much more exist recently.

There now some restaurant, sport center, or convenient places where people may spend theirs beyond working time. It is similar to my office situation that some entertainment places now much offering. Just to mention like gymnasium, restaurant or just massage place. It is natural to understand how it will be boring without relaxing as a way out. Human life may be short or human stress may increase as getting bored nearly explodes.

Good Luck Part I: All About Service Quality…

Seorang teman mengunduh dari internet serial drama Jepang berjudul “Good Luck”. Dia sangat merekomendasikan serial ini untuk ditonton. Ternyata rekomendasi itu memang benar. Serial ini sangat mengesankan, aku merasa perlu untuk menulisnya dalam blog.

Tulisan diatas diambil dari blogs rekan muda saya yang yang meskipun baru berusia 26 tahun namun sangat cerdas dan berpotensi. Saya hanya ingin menambahkan bahwa benar belaka kalau bangsa Jepang selalu penuh dengan keseriusan dalam berbagai hal, hampir semua hal. TVRI melalui salah satu acaranya, x-file (?) juga menayangkan bagaimana bangsa Jepang tahun 1950-an atau 60-an membangun gedung bertingkat, kesehatan rakyat, bendungan untuk pertanian, produk pertanian maupun berbagai hal lainnya. Ditayangkan bagaimana Jepang yang sangat gigih dalam melakukan pencapaian guna kesejahteraan rakyatnya.

Misalnya satu hal sepele, buah melon, inipun mendapat perhatian sangat serius dari insinyur pertanian Jepang. Ada seorang insinyur yang meneliti buah melon selama 10 tahun dan jadilah ia ahli dalam budi daya buah melon. Ia-pun berhasil mengembangkan buah melon baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Bahkan sang insiyur siap berkeliling dunia membantu petani buah melon di berbagai negara.

Hal yang tidak terbantahkan dari bangsa Jepang adalah mereka pekerja keras dan dibarengi dengan kesungguhan, sehingga mereka tidak bakal mundur sampai keberhasilan dapat diraih. Budaya mereka-pun tinggi dan nyaris tidak tergerus sampai hari ini. Konon pasar Jepang merupakan salah satu pasar yang sangat sulit ditembus karena faktor budaya Jepang yang kritis dan tidak mudah begitu saja percaya. Standard kerja dan mutu mereka juga sedemikian tinggi sehingga tidak heran banyak dari produknya berhasil menembus pasar ekspor.

Jepang juga merupakan salah satu Negara dengan usia Harapan hidup yang tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka begitu peduli dengan masalah kesehatan mereka. Guna menumbuhkan kesadaran akan kesehatan masyarakat tidak kalah besar peran banyak dokter yang gigih berjuang dan membangun pentingnya kesadaran kesehatan masyarakat luas selama bertahun-tahun. Sang dokter rela keluar masuk pedesaan dengan misi kesehatannya. Awalnya demikian sulit menumbuhkan misalnya kaum manula kesadaran akan hidup sehat, namun akhirnya berhasil juga.

Hari ini dan beberapa tahun terakhir Jepang berhasil menikmati buah kerja kerasnya. Berbagai bidang dapat mereka capai dan kesejahteraan rakyatnya sudah sangat tinggi. Mereka adalah benar-benar contoh sebuah negara yang berhasil membangun secara berkelanjutan dengan dukungan sumber daya manusia handal meski dengan sumber daya alam seadanya. Konon mereka juga negeri yang rajin mendapat bencana alam, namun terbukti hal ini dapat mereka atasi dengan baik. Dan toh begitu apakah mereka sekarang menjadi malas? Ternyata tidak juga. Dengan berbagai kekurangan yang ada, mereka tetap merupakan bangsa yang terus membangun dan membangun guna kemajuan negeri dan masyarakat-nya.

Ledhek Kethek

Kalau kita pernah tinggal di daerah umumnya mengenal belaka hiburan murah meriah yakni ledhek kethek ini. Kebetulan ini diambil dari bahasa Belanda, eh maksudnya bahasa jawa yang artinya dalam bahasa Indonesia kira-kira Tarian Monyet. Tentu saja namanya begitu karena yang menari memang seekor monyet kecil dengan tingkahnya yang bikin kita tertawa geli. Kalau di daerah hiburan ini umumnya sudah sangat biasa maka gantian sekarang ledhek kethek goes to city. Beberapa kali saya sering mendapati hiburan ini sudah merambah Jakarta dan tetep dengan gaya dan prosedur yang sama. Dengan iringan musik tradisional maka terdengar neng nong neng nong ditingkahi gerak lucu sang monyet membawa payung, menarik gerobak kecil, mendorong becak maupun mengenakan selendang.

Kadang kita hanya kasihan belaka baik kepada monyet kecil yang menari maupun orang yang mengiringi hiburan monyet. Ketika semua orang sudah bicara tentang internet, computer, handphone maupun berbagai kemajuan teknologi lainnya, ternyata hiburan rakyat ini masih tetap eksis. Eksistensi dari tarian monyet dapat disebabkan oleh beberapa kondisi semacam biaya yang relative murah dimana pemain hiburan ini cukup menanggung biaya makan monyet-nya dan tentunya untuk menafkahi keluarga mereka. Uang yang dikumpulkan ya tentunya berdasarkan kerelaan dari penonton di sekitarnya.

Selain tarian monyet, sering pula lewat hiburan jaran kepang. Hiburan yang awalnya juga berasal dari daerah—barangkali dari jawa timur atau madura? ini umumnya dimainkan oleh sekeluarga besar yang menyertakan bapak, ibu, anak maupun pamannya. Konon hiburan jaran kepang atau kuda lumping ini kadang diselingi dengan makan kaca, gabah atau makanan seram lainnya. Bahkan ada yang bilang tentunya ada mistis di dalamnya karena pemain kuda lumping tidak merasakan sakit meski dicambuk keras dan bahkan dengan enaknya makan yang orang biasa tentu tidak atau sulit mencernanya.

Masih terdapat banyak hiburan murah meriah yang berakar dari masyarakat daerah pada umumnya yang lahir dari kreatifitas maupun budaya setempat. Namun nampak semuanya mulai tertutup oleh hingar bingar kehidupan modern. Di TV beberapa waktu lalu juga dilihatkan bagaimana hiburan cokekan, ludruk maupun tarian lainnya yang menampilkan penari tradisional dengan naik turun bus serta keluar masuk kampong maupun kota. Mereka dengan tabah menjalani kehidupan sebagai penghibur tradisional dan hanya berharap dapat menafkahi keluarganya.

Diharapkan ada perhatian entah dari Pemerintah atau lembaga yang berwenang lainnya agar berbagai hiburan tradisional tersebut jangan sampai punah dan bahkan perlu dikembangkan. Di Jepang misalnya masih dipertahankan berbagai hiburan rakyat atau opera dan bahkan diangkat menuju ke level nasional. Di Eropa juga banyak sekali hiburan klasik, musik maupun konser yang sudah berumur ratusan tahun tetap dipertahankan dan bahkan mencapai gengsi tinggi sehingga pemain hiburannya turut terdongkrak kehidupannya.

Batam

Habibie pernah bermimpi menjadikan Batam sebagai Singapore-nya negara kita. Konon ada teori balon kembar dimana dua balon berdampingan maka besarnya balon karena gelembung udara terhubung bakal cenderung sama. Batam dan Singapore diibaratkan dua balon dimana balon Singapore sudah demikian besar sementara Batam masih kecil. Waktupun berjalan dan desain dimulai. Brbagi investor local maupun asing diundang untuk mendirikan pabriknya di Batam. Berbagai fasilitas disediakan seperti kemudahan birokrasi dan insentif pajak misalnya.

Awalnya teori tersebut sempat berjalan dan mulailah banyak perusahaan berdiri di Batam. Hampir terlihat nampaknya Batam bakal menjadi balon kembar dari Singapore sampai beberapa tahun berjalan. Namun semudah itukah menjadikan balon Batam menggembung layaknya balon Singapore?? Hmm cerita klasik kalau kita yang selalu cenderung menyukai yang serba instant sering gigit jari karena hasilnya jauh panggang dari api.

Mulailah kondisi Batam menunjukkan wajah aslinya. Alih-alih menjadi kembaran Singapore ini malah mulai berantakan. Jumlah pabrik memang masih banyak namun banyaknya perumahan liar dan semrawutnya kehidupan masyarakat ditambah membajirnya pendatang mulai mendominasi wajah Batam. Tahun 2002 saya sempat datang ke Batam selama dua hari dalam rangka seminar. Saya dikirim perusahaan untuk menghadiri seminar mengenai regulasi wartel maupun perangkat wartel yang sebagian masih diimpor.

Hmm ternyata Batam bukanlah sebagaimana yang diharapkan maupun kondisi tahun-tahun awal programnya. Sopir taxi yang cukup dibayar 30 ribu untuk mengelilingi Batam banyak cerita bahwa dulu turis yang datang ke Batam adalah eksekutif dari Singapore dan Malaysia. Karena eksekutif maka banyaklah devisa yang berhasil mengucur dan menghidupkan ekonomi masyarakat Batam. Namun belakangan boro-boro eksekutif yang datang, ternyata yang berkunjung hanyalah sopir taxi juga dari negeri seberang itu. Sementara eksekutifnya lari ke China atau Malaysia. Hmm prihatin nian nasib pulau kita ini. Memang tidak dipungkiri bahwa Batam ibarat pulau terlantar yang kurang tertata baik.

Rumah liar dimana-mana memberikan pemandangan berantakan, sementara hutan nan hijau banyak ditebangi dan tanah-tanah mulai gundul mulai menimbulkan banjir. Kepulauan yang semula alami dan hijau perlahan tergerus menjadi gersang dan permukaan tanahnya terancam gundul. Sudah suhu kotanya panas, lalu lintas meski tidak semacet Jakarta namun terasa mulai kurang nyaman.

Semalam bersama sopir taxi Batam memberikan banyak pengalaman menarik. Mengelilingi pulau dengan kehidupan malam yang kental dominasi kota “hiburan” tempat siapa saja datang dan menaburkan uang yang dimilikinya demi kesenangan singkat.

Mengalami

Ada hal yang cukup berkesan ketika saya menjadi karyawan sebuah pabrik Elektronik. Awalnya perusahaan kita begitu bergengsi dengan misal jemputan karyawan adalah bus ber-AC. Ketika itu dalam komplek industri dimana pabrik berada, hanya satu-satunya kita yang diantar jemput dengan bus ber-AC, sementara pabrik lainnya boro-boro AC, busnya juga ala kadarnya. Sekitar dua tahun kita berbangga dan sering jalan membusung dada ketika turun dari bus ber-AC sementara karyawan pabrik lain dengan iri melihat hal ini. Akhirnya, sebagaimana perusahaan Jepang lainnya yang selalu menjalankan program cost down di segala sisi jemputanpun terkena dampaknya.

Ganti bus ber-AC dengan bus non AC demikian keputusan manajemen. Ya sudah kita karyawan hanya menerima dan sabar saja, toh masih tetap bus dari perusahaan otobus besar meski tanpa AC. Eee program cost down ternyata terus memburu berbagai sisi yang biayanya dianggap besar. Satu tahun karyawan menerima kondisi penurunan kenyamanan ini, ternyata masih belum cukup. Bus antar jemput yang semua bus-bus baru dengan brand mercy pun diganti bus-bus butut nan tua bikinan 1970-an,,. Wah nampaknya ini sudah agak kelewatan demikian benak karyawan. Ternyata dugaan karyawan benar belaka dimana selain busnya butut, sopirnya juga butut eh maksudnya nyopirnya ngawur dan yang paling parah kondisi bus seperti rem sangat tidak terawat. Tidak satu dua kali bus-bus itu nyelonong jika di rem dan ditimpa cara mengemudi ugal-ugalan menjadikan karyawan terusik kenyamanannya.

Mestinya kita tidak perlu memusingkan hal-hal ini dan dapat lebih focus pada pekerjaan, namun mau gimana kalau sudah menyangkut safety di jalan. Normalnya kita harus melakukan koreksi kan. Akhirnya karyawan kompak dan bicara dengan manajemen, tolong busnya diperhatikan lagi, jangan asal nyewa bus yang murah saja. Diskusipun seru dan meriah karena dua kepentingan berbenturan, sampai orang Jepang banyak yang turun bicara. Ketimbang banyak debat tanpa hasil, makanya kita ajak orang Jepangnya naik bus dan minta sopir melakukan maneuver-nya.

Berada di bus butut dengan berbagai suara berisik karena parahnya bus ditimpali rem yang tidak langsung berhenti saat diinjak ternyata cukup menakutkan orang Jepangnya. He he baru tahu dia kalau belum mengalami kan. Singkat cerita orang Jepang memahami apa yang disuarakan karyawan dan berjanji akan melakukan evaluasi. Perusahaan otobus dipanggil dan dinego agar bus yang dioperasikan haruslah yang layak jalan. Janjipun ditepati dan dipilihlah bus-bus terbaik untuk jemputan kita. Satu masalah teratasi dan kembali kita bisa bekerja dengan tenang.

Bahkan karena pertimbangan lainnya, akhirnya kita mendapat bus-bus yang lebih layak setelah perusahaan mengganti dengan perusahaan otobus yang pertama. Demikian berjalan terus sampai saya resign dari perusahaan tahun 1995 lampau.

Gaikindo Expo/Indonesia Motor Expo 2006

Karena sedang didera suatu hal maka untuk pameran akbar automotif nasional terbesar di Jakarta, urung saya kunjungi. Pameran yang berlangsung 10 hari dan ditutup tanggal 30-Juli kemarin nampaknya belum dapat menggenjot gairah penjualan mobil nasional. Dari berita kompas sekilas terlihat memang jumlah penonton selama sepuluh hari berhasil meraup jumlah lebih dari 150 ribu orang – sedikit diatas pengunjung tahun 2005, namun target penjualan di atas 1 triliun urung tercapai dan hanya membukukan penjualan 600-an milyar atau hanya setengahnya. Hal ini sinkron dengan lesunya bisnis otmotif sepanjang tahun ini yang mengalami penurunan tajam sampai 40 atau 50% dari total volume nasional yang sempat tembus 400 ribu unit pada tahun sebelumnya.

Meski tidak sempet mengunjungi expo otomotif terbesar tanah air tersebut namun kita dapat melihat gambarannya dari majalah. Misalnya sebagaimana dimuat dalam majalah Autobild ada beberapa produk unggulan dari agen tunggal pemegang merk (ATPM) yang dibahas. Misalnya ada duo Avanza/Xenia face lift dengan perubahan minor pada tampilan grill, lampu belakang dan interior misalnya. Ternya face lift ini membawa pamrih yakni terkereknya harga jual. Sebagaimana sudah menjadi kabar membosankan pemain perakit otomotif nasional yang selalu menaikkan harga produknya dari tahun ke tahun.

Berikutnya adalah Toyota Camry yang bersaing di medium size. Camry yang semula merupakan lawan tangguh Accord dan Nissan Teana maupun BMW seri 3 atau 5 serta Mercy E Class berubah cukup drastis. Mesin yang semula 2400 cc dan 3000 cc didongkrak menuju 3500 cc V6 dengan tenaga 277 hp. Akselerasipun semakin melesat yakni cukup 8 detik dari 0 dipacu ke 100 km/jam. Sayangnya harganyapun melambung tinggi menjadi sekitar 550 juta dan jauh meninggalkan harga Accord dan Teana. Nampaknya Camry pengin face to face langsung dengan BMW/Mercy. Agak bias sebenarnya manakala Toyota juga memiliki flagship Lexus untuk jajaran produk premiumnya.

Dari kubu Suzuki lahir generasi Vitara dengan tambahan nama Grand. Grand Vitara tampil cukup dinamis dengan desain datar dan rounded agak mirip dengan Ford Escape, Honda CRV maupun Nissan XTrails. Dengan mesin 2000 cc, 5 seaters serta harga 230 juta nampaknya Grand Vitara bakal bersaing ketat dengan ketiga model di atas yang sudah terlebih dulu eksis di pasar. Nampaknya bagi Suzuki yang sebelumnya cukup kedodoran dengan model New Escudo maupun XL-7 nya, Grand Vitara diluncurkan guna melakukan koreksi. Terbukti tidak banyak model Escudo/XL-7 berkeliaran di pasaran. Grand Vitara dengan desain yang cukup menarik bakal mencoba membayar lunas ketertinggalannya. Pertanyannya akan mudah-kah? Pasarlah yang bakal menjawabnya.

Honda-pun mencoba meneruskan sukses new Accordnya dengan desain face lift-nya. Nampak perubahan terutama di sector belakang dimana terjadi perubahan lampu belakang dan tambahan high lamp pada ujung bagasi. Rear head lamps-nya nampak mengadopsi model dari Mercy. Dengan harga sekitar 400-an juta jelas Accord bakal bersaing keras nan ketat dengan Nissan Teana.

Masih banyak beberapa model baik new maupun face lift dari berbagai ATPM semacam Hyundai Santa Fe, Audi A4 Avant 1.8, Nissan Hatchback, Subaru Impreza 1.6, Kia Travello, VW New Kodok, Nissan Teana, New Civic maupun Toyota Yaris. Yang jelas penurunan daya beli masyarakat akibat dampak kenaikan BBM masih begitu terasa tercermin dari target penjualan yang tidak tercapai. Rasanya berbagai produk yang ditawarkan oleh ATPM bukanlah jawaban dari kemampuan dan kebutuhan masyarakat saat ini. Dan meskipun semakin banyak pasar menyerap produk otomotif ini, kondisi kemacetan dan fisik jalan belum cukup mendukung.
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog