Responsive Banner design

The Richest Province

Pesawat boeing 737 seri 400 itu siap lepas landas. Pilot sudah mengatakan take off position dan dua mesin roll royce dari boeing mulai menggemuruh. Pesawat dengan 126 penumpang itu sudah mengarah runway dan siap terbang ketika terdengar gemuruh roda yang direm mendadak oleh pilot. Pesawat urung take off dan kembali memutar ke jalur antrian. Terdengar pilot menjelaskan permintaan maaf melakukan abort dan menjelaskan perlu mengecek sesuatu. Seorang laki-laki berjas hitam dengan rambut pendek bertanya heran kenapa pesawat batal terbang. Setelah memutar melewati jalur antrian pesawat kembali bersiap take off. Kali ini berlangsung mulus dan terbang dengan ketinggian 32 ribu kakipun berjalan mulus. Cuaca sedikit buruk dengan beberapa kali awan menghadang yang menyebabkan laju pesawat tergoncang.

Perjalanan Jakarta – Pekanbaru ditempuh selama satu jam tiga puluh menit. Tidak ada perbedaan waktu antara kedua kota jelas pramugari. Pekanbaru adalah kota yang menarik dan berlokasi di pula Sumatera bagian tengah. Peknabaru bisa ditempuh dari Padang selama lima jam perjalanan darat atau sembilan jam dari Palembang. Konon orang menyebut Pekanbaru adalah Malaysia-nya Indonesia. Seperti Medan disebut sebuah kota kembar dengan Penang di Malaysia (?).

Yang menarik dari Pekanbaru tentunya tidak macet seperti Jakarta. Sebagai kota propinsi yang konon terkaya Pekanbaru sibuk berbenah dan mempercantik diri. Gedung Gubernur terlihat megah di tengah kota. Hotel berbintang seperti Pangeran dan Gran Yuri sibuk menerima tamu setiap harinya. Tamu berdatangan dari Jakarta, Malaysia dan bahkan Singapura.

Hotel Pangeran terletak tidak jauh dari Bandara sementara hotel Gran Yuri dikelilingi keramaian seperti cafee dan tempat hiburan malam. Tempat hiburan itu bagaikan remaja yang tidak pernah tidur. Jam 12 siang sudah mulai dibuka dan menerima tamu sampai dini hari. Ada berbagai hiburan yang disuguhkan seperti karaoke, caffe dan hiburan lainnya.

Seorang rekan menjelaskan bahwa pendapatan daerah jauh lebih besar dari anggaran belanja. Apakah karena terdapat pusat pengolahan minyak Dumai-nya atau perkebunan kelapa sawitnya yang membuat Pekanbaru merupakan salah satu propinsi terkaya.

Dua hari berkeliling kota jarang mendapatkan jalanan bergelombang, umumnya beraspal hotmix mulus. Pusat perbelanjaan dan pertokoan mendominasi jalan protokol. Jangan pernah ke Pekanbaru tanpa mencobai ikan patin, begitu saran seorang rekan. Padahal jelas Pekanbaru bukanlah kota pantai. Apakah ikan patin bisa dibudidayakan di air tawar.

Tiga orang itu penasaran dan mencoba menu ikan patin di sebuah restaurant. Memang rasanya lezat dengan duri yang besar. Gulai ikan patin disajikan dalam piring besar. Semua bagian ikan itu mengeluarkan rasa yang lezat dengan tulang belulang besar yang mudah dibuang.

Cobalah juga menu daging rusa. Ada sebuah restaurant yang menyajikan menu ini. Konon daging rusa mirip daging kambing. Bila mengkonsumi maka badan akan berasa panas dan darah segera naik.

Ada juga pisang goreng pontianak yang kesohor itu. Padahal jarak kedua kota jauh banget ya, namun pisang goreng ponti dapat dijumpai di sini.

Lampu lalu lintas di pekanbaru mirip yang terdapat di Padang. Ukurannya lebih besar dari lampu lalu lintas umumnya.

Orang asli Pekanbaru memang terlihat seperti orang Malaysia. Seorang perempuan muda berusia 26 tahun bernama Santi yang asli Pekanbaru datang ke lobbi. Perempuan itu cantik dengan dandanan yang minim. Setelah berbasa-basi Santi minta sebatang rokok Marlboro dan menyulutnya. Santi bercerita dia memiliki seorang anak, namun sudah berpisah dengan suaminya. Anaknya ditinggal bersama neneknya sementara Santi sibuk mencari nafkah. Santi larut dalam hingar bingarnya malam.

WANNA SING

Tasikmalaya adalah kota kecil yang menawarkan kesegaran udaranya. Meskipun kecil cukup banyak yang bisa dinikmati. Ada beberapa mall seperti Yogya department Store. Cukup banyak bank yang membuka cabang di sini dan tentunya tersedia cukup ATM. Restaurant ada juga, namun yang jelas ada sebuah warung soto yang enak. Soto ayam enak dengan taburan ayam yang banyak memenuhi mangkok, sambal cabe hijau yang digiling lembut dan tidak ketinggalan kerupuk. Ada juga bubur ayam yang enak dimana mangkok besar penuh terisi bubur, ayam, sayuran, kacang dan rasanya enak. Minumnya teh tawar hangat.

Hotel tidak terlampau banyak jumlahnya dan ada satu yang terbesar dan berbintang tiga, namanya hotel Crown. Kamarnya cukup banyak dengan berbagai kelas seperti deluxe atau suite. Hotel ini menyediakan restaurant untuk breakfast, kolam renang dan sebuah caffe di depan pintu masuk. Tempat parkirnya cukup luas. Setelah sore hari tamu melakukan renang dan bersantai maka malam harinya bisa menikmati secangkir espresso di caffe sambil menikmati artis lokal bernyanyi.

Tiga laki-laki itu datang ke caffe pukul 21.00 malam. Laki-laki pertama berperawakan sedang dengan kaos putih dan celana hitam. Yang kedua berambut gondrong dengan kaos putih, jaket hitam dan celana jean biru. Yang ketiga paling tinggi dengan kaos biru dan celana jean biru. Ketiganya langsung menuju meja nomor 16 dan memesan espresso dan sebungkus rokok.

Hingar bingar musik sudah menghentak ruangan caffe yang temaram. Ada sekitar dua puluh meja yang ditata menyebar. Tamu yang datang cukup banyak dan memenuhi tiga perempat kapasitas meja. Di depan ada panggung dan lantai lapang untuk gerak penyanyi atau tamu yang pengin berjoget. Di belakang adalah bar yang menyediakan berbagai minuman dan panganan.

Lampunya redup, musiknya keras dan penyanyi hmm sangat seksi. Penyanyi itu cantik, putih, berambut pendek dengan dandanan ketat dan rok sangat minim. Harus diakui dia sangat menarik, dengan suara merdu dan gerak-gerik menggoda namun tidak murahan. Beragam lagu keluar dari mulut mungilnya. Dua keyboard dan sintesizer mengiringi lagu apapun mulai dari pop, dangdut, rock maupun lagu alternative yang baru ngetop. Lagu kondang macam Yang Paling Sexy-nya Mulan Jamilah, lagu-lagu band Dewa, Ungu, Nidji maupun dangdut dengan fasih dilantunkan. Para tamu mulai tergoda untuk bangkit dan berjoget. Meja diujung di depan bar dengan dua wanita dan satu laki-laki nampak heboh dengan goyangan salah satu dari wanita tersebut. Wanita itu bergoyang dengan hanya bercelana jean dan kaos ketat yang menggambarkan siluet bentuk tubuhnya dalam remang lampu.

Meja di depan panggung yang paling banyak rombongannya lebih heboh lagi. Terlihat ada seorang yang sangat gemuk, dengan kemeja bergaris dan celana jean yang tidak muat perutnya menjadi pusat perhatian. Berkali-kali disebut Hendrik – nama dari lelaki itu oleh sang artis yang bolak balik mendekat, bergoyang menggoda ditingkahi oleh Hendrik. Rupanya Hendrik ini nyawer kepada artis dan mendapat kehormatan bergoyang bersama dan ditawari menyanyi di panggung.

Begitulah malam kian larut dan panas. Makin banyak yang nyawer kepada penyanyi nan cantik tadi. Setiap ada yang nyawer sang penyanyi mendekat dan bergoyang dengan penyawer. Cukup menarik manakala sikap penyanyi meskipun dengan dandanan super ketat namun tidaklah kampungan dan cukup hanya melenggak menggoda. Sang tamupun cukup tahu diri dan tidak main colek layaknya hiburan dan saweran kebanyakan.

Meja ketiga laki-laki nomor enambelas sempat ditawari sang apenyanyi untuk ke depan namun ketiganya hanya tersenyum dan terus menghisap rokok mild putih. Beberapa wanita maju dan menari menambah panasnya malam di kota dingin tersebut. Serombongan yang nampaknya dari luar kota maju berbareng dan bergoyang di depan. Satu dua tamu sempat menyumbang suaranya menyanyi diiringi sang biduan. Sekelompok anak muda dengan minum bir dan makan kacang nampak histeris bergoyang. Tidak ada keributan berarti dan semuanya menikmati malam yang gempita.

Lepas jam 00.00 malam hiburan selesai dan para tamu bubaran. Sang biduan sudah berganti pakaian dan beristirahan dengan manajernya. Meja nomor enambelas belum beranjak dan menikmati kepulan dari rokok yang kesepuluh batang. Ada kerlingan kecil dari sang biduan kepada meja enambelas, tatapan heran. Lima menit berlalu akhirnya ketiga laki-laki beranjak dan keluar dari kaffe.

MENGALIR

Pukul 09.00 pagi. Jalanan perumahan basah oleh hujan. Air menggenang di pinggiran jalan. Satpam di pintu keluar duduk mengantuk. Saat disapa kaget melongok dan spontan bilang,” Selamat pagi,” Jelas kantuk masih terlihat di wajahnya setelah semalaman ronda menjaga lingkungan.

Hujan masih turun rintik-rintik. Genangan air di jalan terlibas roda kendaraan. Sepotong jalan menuju tol nampak rusak. Kemarin jalan itu berlobang dan digenangi air hujan berwarna coklat. Hari ini semua lobang ditutup bebatuan. Terlindas kendaraan lalu lalang bebatuan terpencar ke sana kemari. Bebatuan hanya ditaruh dan tidak dilem dengan aspal.

Sebuah jembatan nampak gagah terbentang diatas jalan tol. Warna cat kuning menambah kemeriahaan. Kendaraan di jalan tol yang selalu ramai pagi itu sedikit lengang. Jalan tol terlihat panjang menjauh. Iringan truk kadang menutup pandangan ke depan.

“Kita membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai di Garut,” suara memecah kesunyian.

Deruman mesin halus sayup terdengar ditingkahi gemuruh roda menjejak aspal. Jalan dengan panjang lebh dari seratus kilometer terus dilalui. Langit terlihat mendung dan gerimis kadang menyela.

Dua jam perjalanan berlalu dan jalanan mulai berkelak kelok. Rupanya melewati perbukitan. Naik turun belok ke kiri kemudian ke kanan. Sawah, rumah dan hijau perbukitan terlihat jelas. Hari sudah cerah dan hujanpun pamit.

“Selamat siang, apa yang bisa kami bantu,” sapa front liner cottage Sumber Alam, Garut dengan ramah.

“Check in, hmm untuk tiga orang,,family suit,,,coba saya lihat,,oh ya masih ada,,,”front liner sibuk menekan tuts pada computer di mejanya.

Gemericik air dimana-mana yang semuanya air panas mengalir dari pegunungan. Nuansa cottage didominasi aliran sungai kecil, kolam di sana-sini dan bangunan cottage ada yang kecil, sedang dan suite.

Family suite itu besar nan luas, ada kolam air panas di halaman depan dan kolam kecil di dalamnya. Terdapat dua lantai dengan dua tempat tidur besar – kingsize. Bangunan terbuat dari kayu dan berlangit tinggi. Ruang santai ada di samping dan menghadap restaurant dan kolam renang.

Pengunjung beragam mulai dari keluarga, pasangan muda-mudi maupun rombongan kantor. Saat itu datang dua gadis muda diantar oleh petugas cottage. Mereka lewat disamping suite family dan sempat mengerling namun tanpa senyum.

Kolam renang terlihat lengang dan tenang serta belum ada pengunjung karena masih siang hari. Ketika jam menunjukkan pukul 15.00 mulai berdatangan tamu yang akan renang di air panas. Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan kacamata datang pertama dan renang perlahan-lahan, seolah begitu menikmati. Tidak lama disusul dua orang laki-laki. Kemudian lima orang lagi dan kemudian tiga gadis muda. Semuanyan mebentuk tiga rombongan dan saling bercengkerama disela-sela renang.

Mulailah kolam renang itu meriah dengan gemericak air dari gerakan renang.

Cottage yang tenang menjelang sore hari. Nun jauh di atas perbukitan berdiri megah nan misteri. Air panas terus mengalir seolah tanpa habis dan disalurkan ke sekian puluh cottage yang ada di bawahnya.
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog