Responsive Banner design
Home » » Saat Ini

Saat Ini

Saya sering mencari “perenungan” atas kehidupan ini, ceilee hebat yaa. Perenungan saya adalah apa sebenarnya hakekat inti dari kehidupan kita ini. Wah berat amat topiknya. Kalau Sidharta Gautama akhirnya menyimpulkan bahwa kehidupan adalah sengsara belaka, kenapa beliau memilih untuk bersemedi, guna menghindari kesengsaraan Berhasilkan beliau dengan solusinya atas kehidupan, ya saya tidak tahu. Kehidupan kita memang harus terus berlanjut manakala kita sudah memilih lahir di alam ini. Alur sederhana yang bisa kita ungkap misalnya waktu kecil kita sangat ingin bersekolah. Ketika sudah sekolah ingin sekali kerja yang enak dan banyak uang. Ketika sudah kerja dan kaya kita ingin dihormati semua orang dan menjadi tokoh. Ketika sudah menjadi tokoh, dihormati dan sebagainya kita ingin dicatat hebat dalam sejarah. Demikian seterusnya.

Bahwa apa yang belum terjadi akan selalu menjadi mimpi kita sementara hari kemarin adalah masa lalu. Pernahkah kita mengalami kebosanan. Tentunya banyak dari kita sering merasa bosan belaka. Ah setiap hari kerja mulu, kerja dan kerja. Sementara yang pensiun juga mengeluh, duh bosannya hari-hari, duduk mulu melihat orang lewat. Yang menganggur mencari kerja apalagi, bosan banget mencari kerja nggak dapat-dapat. Barangkali sudah adakah yang benar-benar nikmat menjalani detik demi detik hidup ini berlalu. Mungkin ada juga, hanya kita saling tidak tahu siapakah gerangan yang sudah sedemikian tinggi tingkatnya. Apakah beliau itu seorang professor? seorang ustad? seorang pastor? seorang pertapa? seorang tokoh? seorang menteri? presiden? atau malah orang gila di pinggir jalan itu.

Bahwa kehidupan memang silih berganti, kadang indah kadang sedih. Kadang kita merasa bahagia kadang derita tiada akhir. Maka perenungan ini barangkali masih belum bisa memegang apa sih inti dari kehidupan kita. Mestikah kita harus berbuat baik sepanjang waktu? Jelas ini tidak salah, namun adakah orang demikian, masak seumurnya terus berbuat baik, namanya juga manusia akan sulitlah. Pan punya nafsu, ambisi, hasrat, sifat iseng, sifat jahat disamping sifat baiknya. Hmm bahkan baik dan buruk pun dapat secara luas diperdebatkan. Apa yang kita sebut baik belum tentu sama bagi orang lain. Yang kita nilai buruk-pun tidak sama bagi penilaian orang lain.

Bahwa, kita dapat mulai mencoba menengok ke atas, ya betul Tuhan Yang Maha Besar. Jadi kita sebagai makhluk hidup mesti meyakin keberadaan Sang Pencipta ini dulu. Tanpa meyakini sang Pencipta dijamin hidup kita bakal berasa kosong ompong, dan inti kehidupan bakal sulit digapai. Setelah meyakini Pencipta kita, coba tengok alam semesta ini yang terbentang luas dimana kehidupan kita ditopang. Toh kita tidak bisa hidup di langit atau di dasar laut kan. Setelah Tuhan, Alam semesta, berikutnya kita coba tengok saudara kita. Ya betul umat manusia. Jadi hampir lengkaplah semuanya antara keberadaan Tuhan, Alam Semesta dan Umat manusia. Terakhir kita jangan lupa masih ada agama, norma masyarakat dan akal budi kita.

Nah barangkali sudah dekatkah perenungan kita akan inti kehidupan ini. Coba diolah dan ditata secara rapi sekali antara hakikat tadi yakni Pencipta kita, Agama kita, Norma kita, Alam kita, Umat manusia dan pikiran kita. Apakah kira-kira inikah hakikat kehidupan kita? Saya juga belum bisa menjawabnya. Yang jelas kehidupan kita adalah saat ini. Saat ini kita dapat melakukan ibadah kepada Tuhan, dapat melakukan tindakan yang tidak merusak alam, jangan menyakiti sesama/masyarakat serta gunakan selalu akal pikiran kita demi keserasian hakikat tadi.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog