Responsive Banner design
Home » » Nihon,,

Nihon,,

Saya pernah mengalami 5 tahun kerja di perusahaan Jepang. Apa yang bisa kita dengar atau alami sehari-hari bahwa memang benar orang Jepang adalah pekerja keras. Mereka bisa bekerja dengan tekun dan focus dari pagi hari sampai larut malam. Bos saya bernama Kashiwakura adalah pria yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Dalam setahun hanay beberap hari beliau pulang ke negerinya. Waktunya banyak digunakan bekerja di perusahaan. Bos saya ini termasuk senior di perusahaan dan menjadi tangan kanan President Direktur. Bos saya menggantikan pejabat sebelumnya – Yoneyama yang dipanggil ke kantor pusat di Tokyo. Hari-hari pertama dating ke kantor bos banyak belajar tentang situasi pekerjaan. Belum banyak teguran atau pertintah diarahkan ke kita-kita. Selang tiga bulan mulailah bos menunjukkan kelasnya.

Setiap pagi dan sore semua dikumpulkan untuk membahas pekerjaan. Kita belum boleh pulang kecuali urusan esok sudah benar-benar pasti. Karena perusahaan ini merupakan pabrik maka segala sesuatu bisa saja dijadwalkan dan kita harus memenuhi semua jadwalnya. Konsepnya sebenarnya tidak rumit-rumit amat. Sejauh kita sudah melakukan sesuatunya dengan benar maka kita tidak akan disalahkan. Namun bukan berarti kita bebas teguran atau amarah. Pernah ada seorang karyawan jatuh pingsan saking takutnya. Bisa jadi sang karyawan tadi memang ada kesalahan yang dibuat.

Pada dasarnya orang Jepang itu ramah dan cukup peduli dengan orang lain. Mereka juga memiliki etika yang bagus. Seberapa mendesak bos pengin bicara dengan kita namun melihat kita memegang telpon tetap akan ditunggu sabar sampai selesai. Tidak peduli kita telpon urusan kerja atau pribadi misalnya. Justru kita yang tidak enak kalau nelpon bukan tentang pekerjaan.

Mereka umumnya menjunjung tinggi konsep senioritas. Bagi manajer yang muda sungguh tunduk dan patuh terhadap manajer senior. Manajer senior juga takluk dan menurut apapun instruksi dari Presiden. Barangkali itu sudah budaya mereka.

Berikutnya adalah mereka tidak bakal berhenti memikirkan suatu masalah kecuali sudah ditemukan solusinya. Dalam hal ini kita bisa belajar bahwa mereka sungguh sistematis dan taktis sekali. Kadang kita, orang local sempat putus asa suatu ketika muncul masalah serius dalam produksi. Masuklah seorang manajer menengah Imai namanya dan berlatar belakang insinyur elektro. Perlahan masalah dibedah secara sistematis, dibuatkan alur dan diagramnya, disajikan beragam scenario beserta eksesnya. Akhirnya ditarik suatu kesimpulan kompromistis yang paling ideal.

Mungkin bukan berarti orang kita kalah dengan mereka. Barangkali hanya keuletan atau semangat yang membedakan dan membuat mereka menjadi tangguh.

Jadi sebutan workaholic atau gila kerja dan semacamnya sering benar belaka. Kita juga sering berpikir wah bila setiap menit dan waktu pikiran kita curahkan terus soal pekerjaan bakal cepet tua nih. Bila ekstrem mungkin iya, katakana dalam 24 jam isinya hanya kerja, kerja dan kerja, Istirahat dan tidur bila mata sudah tidak kuat bertahan dan seterusnya. Baiknya mereka memiliki kombinasi kegiatan yang barangkali seimbang dan proporsional. Bisa jadi mereka kerja mati-matian, namun usai kerja mereka sempatkan ke café untuk minum dan barangkali mencari hiburan lain. Bukan rahasia lagi kalau orang Jepang suka mencari hiburan semacam perempuan misalnya. Sehingga pengurasan energi dalam kerja bisa di reset dan fresh dengan hiburan tadi.

Konon lagi saat ini banyak generasi muda Jepang yang jenuh dengan pola kerja keras belaka. Banyak diantara mereka mencoba menikmati hidup dan bergaya hidup layaknya orang barat misalnya. Gaya hidup santai dan memanjakan diri bisa jadi dilakukan. Hebatnya kita belum mendengar katakanlah mereka mengalami krisis. Ekonomi mereka begitu bersinar dan tangguh. Rasanya banyak hal atau konsep bisa dipelajari dan diangkat agar kite tertular ketangguhan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog