Responsive Banner design
Home » » Office Boy (OB)

Office Boy (OB)

sgieex

Office Girl kantor (OB) itu umurnya baru 23 tahun. Sebut saja namanya Rosa. Asalnya dari Cirebon, Jawa Barat. Rosa adalah pekerja yang rajin, tekun dan jarang mengeluh. Setiap hari jam 06.00 WIB pagi sudah tiba di kantor. Rosa memang tinggal di kos an dekat kantor. Tidak sampai 15 menit dari tempat kos ke kantor. Pulangnya dipastikan selalu diatas jam 20.00 WIB. Tentu saja seorang OB harus menunggu semua karyawan pulang terlebih dahulu baru bisa turut pulang.

“Pak saya pengin cerita boleh tidak” kata Rosa suatu sore ketika kita bertemu di Pantry. “Hmm boleh saja Rosa, memangnya cerita apaan sih” saya lihat sikapnya agak gugup. “Tapi ini cerita Pribadi pak dan Ros mohon maaf kalau kurang pantas”. « Silakan Rosa, kamu boleh cerita apa saja « kata saya. « Bapak tahu anggota security yang bernama Alam kan » saya mengangguk dan teringat baru tiga bulan kemarin Alam kehilangan istrinya karena sakit. Istrinya meninggal dunia setelah mengalami sakit dan mereka memiliki seorang anak berusia 6 tahun. “Anu pak, Alam mengutarakan bahwa tertarik kepada Rosa”. “Selama ini kan Bapak tahu Rosa belum pernah berhubungan dengan laki-laki dan Rosa bingung mesti curhat kemana kecuali kepada Bapak yang sudah saya anggap sebagai kakak/bapak saya”.

Wah rupanya hal ini ya, pantes saja Rosa terlihat panik dan gugup ternyata pengalaman seputar hubungan atau pacaran. Lebih rumit lagi laki-laki-nya adalah teman kantor, seorang Security berusia 32 tahun yang baru tiga bulan menduda dengan satu anak. “Nggak masalah Rosa, kamu bebas cerita apa saja dan saya juga selama ini menganggap kamu adik saya, karena kamu rajin, tekun, jarang mengeluh, dan hormat kepada semua orang”. “Lantas kenapa dengan rasa ketertarikan sang teman tadi, saya lihat dia cukup baik dan pendiam”. “Dia juga rajin bekerja dan cukup pantas menjadi calon kamu”.

Itulah Rosa, seorang gadis remaja yang bekerja sebagai OB di kantor. Layaknya gadis dari daerah Rosa berpenampilan lugu dan barangkali cukup menarik bagi lawan jenisnya dengan adanya ungkapan dari Security tadi. Saya kebetulan mengenal dengan baik kedua orang tadi baik Rosa maupun Alam. Dan meskipun baru ditinggal istrinya tiga bulan Alam sudah berani mengutarakan hatinya kepada Rosa. Hmm agak egois barangkali, namun mengingat Alam memiliki anak kecil mungkin niatnya memang segera mencari pengganti ibu bagi sang anak.

Dan obrolan seputar Alam menjadi menu rutin manakala disaat istirahat Rosa bertemu saya. « Pak Rosa beranikan menanyakan kepada Alam, kenapa kamu baru ditinggal istri belum lama sudah mengutarakan hati ke saya ». Kata Rosa suatu ketika. “Apa jawabnya Rosa?” kataku. “Katanya dia tidak buru-buru kok, hanya mengutarakan keinginannya saja dan sanggup menunggu setahun dua tahun”. “Lha sikapmu bagaimana Rosa” saya lihat sorot mata Rosa ragu-ragu. “Hm Rosa belum pernah berhubungan dengan laki-laki pak, jadi Rosa belum tahu”.

Begitulah waktu berjalan sekitar 6 bulan sejak obrolan pertama dan dari obrolan singkat berikutnya saya tahu Rosa akhirnya bersedia nantinya mendampingi Alam namun minta waktu sampai siap.

Suatu siang kita ketemu kembali di Pantry. Kebetulan aku sedang makan siang nasi dengan lauk sambal dan ikan bakar. Saya tidak terlalu memperhatikan Rosa belakangan ini karena kesibukan pekerjaan. Saya ingat seminggu sebelumnya Rosa diajak wisata teman kantor ke Anyer namun menolak dengan alasan orang tuanya berkunjung ke kosnya.

“Rosa bagaimana hubungan dengan si teman”- kita selalu menggunakan kata teman untuk menyebut Alam. Rosa tidak langsung menjawab namun seperti tercekat dan perlahan matanya berkaca. Saya kaget dan dengan serius menatap wajahnya. “Ada apa Rosa?” “Begini pak” ujarnya lemas “ Alam memutuskan secara sepihak justru menjelang tukar cincin”. Blarr aku agak kaget dengan ungkapan Ros, perasaan sedih, kasihan, cemas bercampur aduk. “Apa maksudmu Rosa, apakah dia menjelaskan alasan kenapa berlaku demikian”.

Dengan raut wajah kasihan dan memelas Rosa menjelaskan “Pak dia akhirnya melamar Rosa dan sudah menyerahkan seperangkat peralatan tukar cincin”. “ Rosa bahagia Pak dan langsung menerima. Rosa beritahu orang tua di Cirebon” Menjelang hari seserahan tidak tahu kenapa Alam memutuskan begitu saja. Rosa begitu kaget dan mencari tahu kenapa. Dia hanya diam saja dan mengatakan kalau Rosa belum dewasa-lah dan belum bisa mengurus diri sendiri. Rosa tidak terima alasan itu dan terus cari tahu dan belakangan mendengar dia bertemu pacar lamanya. Rosa pusing pak, sudah mendatangkan orang tua dari kampung nggak tahunya begini hasilnya, enak saja dia memutuskan hubungan. Untunglah orang tua Rosa bijak dan dengan lembut menasihati Rosa untuk selalu sabar. Begitulah pak, seminggu terakhir Rosa bagaikan gila dan begitu sakit hati dengan kejadian itu”.

“Hmm Rosa, saya kira kejadian ini ada hikmahnya” kata saya pelan. “Saya pikir lebih baik Rosa putus disaat Rosa masih gadis, ketimbang nanti sudah menikah Rosa punya anak kemudian cerai misalnya”. Status Rosa menjadi janda kan, berbeda bila saat ini ibarat hanyalah putus cinta biasa kan. Memang sakit namun ini memberikan pelajaran yang berharga. Kata orang tua dulu sih sebelum benar-benar menikah bukan suatu hal aneh pasangan putus hubungan. Bahkan setelah tukar cincin sekalipun ada juga yang mengalami putus. Justru setelah tukar cincin itu merupakan masa kedua pihak memikirkan hubungan secara matang sebelum menginjak pernikahan.” Saya mencoba menghibur.

“Rosa sudah ikhlas pak hari ini, perangkat tukar cincin Rosa sudah kembalikan namun seminggu ini Rosa bagaikan gelap dan sangat pusing dengan kejadian itu”. Rosa akan berhati-hati untuk kedepan menjalin hubungan dengan laki-laki. Permisi pak Rosa mau melanjutkan pekerjaan” dan diapun keluar pantry dengan langkah berat.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog