Responsive Banner design
Home » » Penang

Penang

Sebelum terlupa saya coba mengingat ke belakang saat lepas kuliah. Tahun 1992 adalah tahun dimana saya harus berangkat training ke Malaysia selama 3 bulan. Usai wisuda tidak banyak kegiatan yang saya lakukan. Saking sulitnya mencari pekerjaan bahkan saya “rela” kerja di sebuah restaurant kampus di Salatiga. Lokasinya dekat Universitas Satya Wacana. Hanya sebulan saya kerja di sini sebelum ada panggilan ke Jakarta di sebuah pabrik Elektronik. Berangkat ke Jakarta-pun hanya berbekal ala kadarnya, karena ini kunjungan kedua sejak pertama menginjak Jakarta tahun 1991.

Sampai di Jakarta tidak lama karena segala sesuatunya sudah diurus oleh perusahaan, ya paspor maupun akomodasi lainnya. Tibalah saat yang ditunggu dimana kita mengalami penerbangan pertama dengan Garuda Boeing 747 yang jajaran kursinya 2-4-2. Rupanya penumpang tidaklah terlampau penuh dan bahkan didominasi oleh kita para trainer muda ini. Deruman mesin jet saat jelang take off begitu dasyat dan makin kuat saat pesawat dengan dorongan jet melesat take off. Puihh pengalaman terbang pertama memang berkesan dimana ketika pesawat mulai terbang perut saya terasa tertinggal di belakang, he he geli juga ya. Belum ditambah saat pesawat mulai mengudara telinga kita terasa menjadi tuli. Jadi inget kenapa tadi pramugari membagikan permen sebelum take off, ternyata dengan mengulum permen telinga normal kembali.

Penerbangan menuju Penang berjalan 50-an menit sebelum transit di Changi Airport Singapora. Wah ini airport canggih dan bersih bener yaa. Nampaknya jauh tuh dengan bandara cengkareng kita. Di Changi kita transit sebentar sebelum melanjutkan penerbangan dengan Singapore Airlines menuju Penang. Lagi-lagi pesawatnya yang canggih yakni Boeing 747. Kira-kira waktu tempuhnya sama yakni sekitar 50 menitan kita mendarat di Penang. Sebelum mendarat nampak jelas pulau-pulau di semenanjung Malaysia ini dan makin ke bawah mulai terlihat jelas hamparan pohon kelapa sepanjang pantai. Hmm asyik juga view dari atas yaa.

Sampai di Bandara sudah banyak orang Jepang yang menyambut kita, wah jadi kayak orang penting nih. Kitapun lanjut menuju Hotel Ming Court di pulau Penang, dimana kita akan tinggal selama 3 bulan. Bayangkan kita akan tinggal selama 90 hari di Hotel bintang 3 pada tahun 1992 awal, sungguh penagalaman berharga. Setelah dijamu direstoran hotel dan basa-basi dengan orang-orang Jepang, kita dibagikan uang saku bulanan sekitar 500-an ringgit atau setara dengan 4 juta rupiah pada tahun itu dimana 1 ringgit adalah 850 rupiah. Ini uang saku bulanan bakal makan kita, karena penginapan dan antar jemput bus sudah disediakan.

Mulailah kehidupan baru kita berjalan dimana setiap pagi habis mandi kita mesti stand by di lobby hotel menunggu suttle bus yang akan membawa kita ke pabrik elektronik terbesar di daratan Malaysia. Kita tidak sarapan di hotel karena di kantin pabrik sudah tersedia dua restoran besar dimana kita bebas memilih sarapan mulai dari roti sampai makanan berat. Dengan sekitar 2 atau 3 ringgit kita bisa makan kenyang, makanya dengan sedikit berhemat uang saku kita malah berlebih dan bisa ditabung.

Jalan menuju kawasan industri ini melewati jembatan sepanjang 15 km-an yang menghubungkan pulau Penang dengan daratan Malaysia. Tahun 1992 saja mereka sudah memiliki jembatan panjang yang membentang di atas laut. Memang pintar pengelola training perusahaan dimana kita diberikan penginapan di kota pulau dan setiap hari melewati jembatan di atas laut, jadinya tidak membosankan.

Masalah satu-satunya adalah mencari makanan yang cocok, nah lho. Hari-hari pertama kita banyak yang tidak makan karena masakan sedikit beda dan belum kenal dengan perut kita. Kebanyakn aroma karinya kuat. Sampai akhirnya kita mendapatkan masakan Indonesia di sebuah restaurant dengan harga sangat murah. Hanya dengan 3 ringgit sudah bebas memilih ayam, daging dan lauk lainnya. Praktis 3 bulan kita selalu makan di tempat ini, sampai pemiliknya hapal belaka. Ya sekali-kali bolehlah kita makan di McDonald atau KFC, dimana sekali makan saja kita harus mengeluarkan 15 ringgit !!

Training-pun berjalan mulus dan lancar dan jadwal 3 bulan terlaksana dengan baik. Gantian pulang ke Jakarta ternyata tidak dalam rombongan melainkan dipecah-pecah. Malah saya sendirian kala itu harus ke Bandara Penang untuk selanjutnya terbang ke Changi dan Jakarta. Hanya seorang staff HRD mendampingi saya menuju Bandara. Di Pesawat saya duduk berjejer dengan orang Inggris dan kita sempat ngobrol sedikit seputar musik. Sampai Jakarta tidak banyak waktu istirahat karena paginya kita harus sudah ngantor dan bekerja.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog