Responsive Banner design
Home » » Aspek Lingkungan Sosial

Aspek Lingkungan Sosial

PENDAHULUAN

Dunia usaha beberapa waktu terakhir dikejutkan dengan berbagai peristiwa baik yang terjadi pada tingkat area lokal, nasional maupun internasional. Untuk area lokal sering kita dengar banyaknya bencana banjir baik di Sumatera, Jawa, Sulawesi maupun daerah lainnya. Bencana banjir ini makin memberatkan kehidupan masyarakat yang awalnya sudah susah dan serba kekurangan. Namun secara ukuran bencana lokal ini sekaligus menjadi bencana nasional, termasuk gagalnya panen para petani dan rusaknya jaringan jalan dan jembatan. Bencana skala internasional terakhir yang hampir setiap hari banyak diberitakan yakni adanya penyakit flu burung yang menyerang unggas seperti ayam serta penyakit madcow atau sapi gila yang menyerang hewan ternak seperti sapi.

Berbagai peristiwa dan bencana baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional sangat berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat luas. Masyarakat di pedesaan menderita baik karena mata pencaharian utama mereka seperti peternakan-nya terganggu karena faktor penyebaran penyakit tersebut, disamping diperparah dengan adanya bencana banjir, senmentara masyarakat perkotaan pusing dengan lingkungan kemacetan lalulintas di jalan, di tempat kerja, juga bencana banjir serta dampak dari menyebarnya berbagai penyakit yang menyerang hewan ternak yang mereka umumnya konsumsi.

Masyarakat secara umum terdiri dari individu, kelompok dan organisasi. Pada saat yang sama kita sebagai individu sekaligus adalah bagian dari kelompok rumah tangga serta bagian dari organisasi perusahaan. Bicara organisasi perusahaan berarti kita menempatkan sudut pandang seorang pebisnis. Lebih jauh seorang pebisnis sebaiknya memahami nilai-nilai dalam komunitas seperti hubungan dengan alam, pertimbangan waktu, keyakinan dasar kemanusiaan, pertimbangan kegiatan, hubungan sesama dan pertimbangan akan ruang.
Selalu, dalam dunia bisnis, hubungan dan komunikasi dalam suatu perusahaan menjadi bahasan yang penting. Dalam paper ini dicoba unutk dibahas mengenai hubungan kelompok dalam lokasi bisnis.

Perusahaan tidaklah berdiri sendiri, namun bersama dengan pesaing, pemerintah, konsumen, produsen dan lingkungan yang lainnya. Dalam hubungan dan komunikasi antar perusahaan dan lingkungan lainnya, wajar akan terjadi konflik dan perbedaan pendapat. Berikutnya akan coba disinggung mengenai beberapa dari sumber konflik seperti faktor ekonomi, politik dan kekacauan sosial, faktor agama serta norma dan nilai-nilai.

Senada dengan penjelasan pada bahasan lingkungan sosial dalam dunia usaha, patut pula diperhatikan mengenai kelompok sosial dan gaya hidup dalam masyarakat. Adapun kelompok sosial terbagi menjadi beberapa kelompok yang akan coba disinggung dan dibahas.
Globalisasi adalah issue yang besar yang bergaung sekian tahun terakhir. Dengan makin berkembangnya jaringan informasi dan teknologi maka makin terbukalah gerbang globalisasi dan makin kaburlah batas-batas antara negara, dan antar masyarakat.

BAHASAN

Sebagaimana banyak disinggung mengenai issue lingkungan sosial dalam dunia bisnis bahwa sering terjadi saling pengaruh serta manfaat dan kerugian dalam hubungan timbal balik antara lingkungan sosial dengan dunia bisnis. Bahwa lingkungan sosial akan berdampak sebagai ancaman terhadap dunia bisnis kita semua menyadari dan mengetahui. Bahwasanya lingkungan sosial berdampak sebagai pembuka peluang terhadap dunia bisnis, kita dan pebisnis juga menyadari.

Dampak dan pengaruh dari lingkungan sosial terhadap dunia bisnis sudah dicoba diuraikan, namun tetap akan menjadi perhatian penting bagi kita semua untuk mencermati-nya. Jika kita tidak mencoba untuk mengurangi dampak buruk tersebut, niscaya makin lama dunia usaha akan makin terpuruk. Sebaliknya bila kita tidak bisa menangkap peluang yang diciptakan karena bergesernya lingkungan sosial tersebut maka kita akan ketinggalan dan tidak bisa mendapatkan keuntungan.

Sebaliknya dunia usahapun dipahami memiliki dampak dan pengaruh balik terhadap lingkungan sosial. Dampak dari dunia usaha banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat secara umum baik langsung maupun tidak langsung. Baik masyarakat perkotaan dimana dunia industri berlokasi, maupun masyarakat sebagai distribusi dan target pemasaran produk dari dunia usaha tersebut. Privatisasi banyak terjadi belakangan ini baik sebagai akibat dan dampak globalisasi maupun re-strukturisasi dunia usaha nasional.

Kebudayaan juga banyak terpengaruh akibat dampak dari globalisasi serta dunia bisnis yang terus berkembang. Kebudayaan yang sejalan akan bisa memperkaya budaya masyarakat, namun perbedaan dan gap kebudayaan baru dan yang sudah berada di masyarakat akan menimbulkan konflik dan perbedaan. Sebaiknya kebudayaan memang harus disaring, diambil yang sejalan dan sesuai dan jangan diambil yang tidak sesuai dengan norma dan nilai kebudayaan masyarakat kita.

Mencoba membahas beberapa issue terkait dengan apa yang harus dipahami dan dimengerti pebisnis sebelum maupun pada saat menjalankan usaha bisnisnya, disebutkan bahwa nilai-nilai dalam masyarakat salah satunya adalah hubungan dengan alam, yakni mencerminkan bagaimana kita dalam suatu masyarakat memperlakukan alam dan bagaimana mereka mempertimbangkan dirinya terhadap sumber daya alam dan kekuatan super natural.
Sering dalam hal menitikberatkan pada orientasi bisnis kita melupakan alam dan kelestariannya. Betapa banyak penebangan hutan semena-mena sehinga berakibat rusaknya alam dan timbulnya bencana banjir dan tanah longsor. Hutan ditebangi untuk dijual kayunya, namun tidak memikirkan pelestarian dan kelanjutan dari sumber daya hutan itu sendiri, menyebabkan terjadinya perbedaan dan pemisah, dimana pengusaha untung, sebaliknya masyarakat luas dan alam itu sendiri menderita karena bencana alam termasuk pemanasan suhu global.

Contoh yang lebih kongkrit adalah beroperasinya subway di Jakarta. Dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan memberikan alternatif angkutan yang nyaman maka dibukalah jalur operasi subway. Namun patut diperhatikan bahwa dengan dibangunnya jalur subway ternyata merusak pertamanan di ibukota serta merugikan banyak pengendara kendaraan pribadi. Banyak kejadian disini yang bisa dicermati, bahwa mengatasi suatu permasalahan ternyata harus mengorbankan sisi kepentingan lainnya. Dari sisi lingkungan sosial, terjadi kerusakan dan pengurangan area pertamanan kota, sementara dari sisi tujuan diadakannya subway jelas belum menyelesaikan masalah angkutan perkotaan bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Barangkali tidak berlebihan bila kita harus menambahkan, sebelum pelaksanaan operasional subway pemerintah daerah Jakarta juga harus memperhatikan hubungannya dengan lingkungan sosial dan alam.
Pertimbangan waktu sebagai komponen dari nilai-nilai masyarakat bisa kita lihat dari dua sisi, yakni yang pertama harus dilakukan dengan pertimbangan umum terhadap waktu daripada bagaimana kita berpikir tentang penggunaan unit waktu secara khusus. Dapat diilustrasikan bagaimana kita menanggapi suatu peristiwa yang baru. Bagi orang yang berorientasi masa lampau cenderung melihat peristiwa baru dari perpektif masa lalu. Bagaimana dia berhubungan dengan penanganan masalah yang sama sebelumnya. Sebaiknya orientasi terhadap masa sekarang adalah lebih baik daripada terpaku pada masa lampau.

Dalam dunia usaha, utamanya para manager, orientasi dan pertimbangan ini akan mempengaruhi cara berpikir dan pengambilan keputusannya. Bila cara berpikir cenderung sama dengan masa lampau dikhawatirkan pengambilan keputusan juga akan terpengaruh masa itu. Namun manager dengan perspektif pemikiran masa depan akan lebih berpeluang menghasilkan kebijakan dan keputusan yang lebih sesuai dengan tantangan yang akan datang. Jadi sebaiknya cara pandang lebih pada perspektif melihat masa lampau secara keseluruhan dibandingan dilihat secara sepotong-sepotong.

Nilai dari masyarakat tentang keyakinan akan dasar dari alamiah manusia adalah anggapan mengenai manusia yang dibentuk oleh bagaimana mereka dididik oleh orang tua mereka. Dasarnya, bahwa semua manusia adalah baik. Hanya pengaruh dari orang lain yang membuat manusia menjadi seperti ini atau seperti itu. Dalam ilmu sosial ada teori X dan teori Y yang menyebutkan manusia serba baik dan serba tidak baik.
Dengan memahami dan mengerti akan hal ini selanjutnya pebisnis akan bisa lebih tajam dan fokus bila harus berhadapan dengan manusia lainnya baik mereka berdiri sebagai pesaing, rekanan maupun sebagai konsumen.
Bahkan pemahaman ini bisa lebih bermanfaat bila kita menilai investor dari tujuan dan orientasi mereka, apakah suatu investor akan berdampak negatif bagi kita maupun akan berdampak positif. Sehingga kita bisa memberikan respon yang seharusnya diperlukan.

Nilai yang berorientasi kegiatan atau aktifitas mengacu kepada perhatian yang diinginkan dari kegiatan tersebut, bukan sesuatu mengenai keadaan dari adanya kegiatan atau tidak. Dimensi kegiatan mempengaruhi bagaimana orang berlaku dalam pekerjaan dan waktu santai, bagaimana mereka mengisi pekerjaan mereka dan dalam kadar berapa pekerjaan mempengaruhi kehidupan mereka.
Dengan memahami nilai-nilai ini, kita sebagai pebisnis bisa memahami perilaku atau kebiasaan dari karyawan di perusahaan. Karena ada beberapa kebiasaan di masyarakat dimana seseorang harus bersikap tertentu bila menghadapi peristiwa khusus, seperti kematian atau kelahiran misalnya.

Nilai dalam masyarakat mengenai hubungan dengan orang-orang mengacu kepada seberapa tinggi kadar seseorang memperhatikan orang lain. Salah satu pendekatan seperti individualism mengatakan bahwa seseorang lebih memperhatikan bisnisnya dan kurang memperhatikan bisnis orang lain. Perilaku ini dominan bagi budaya barat. Sebaliknya pendekatan collectivism mengatakan bahwa mereka lebih memperhatikan kesejahteraan orang lain.
Pebisnis akan bisa memilih dengan tepat strategi bisnis yang perlu diputuskan bila ingin berinvestasi di suatu masyarakat tertentu. Bila masyaraktnya bersifat individual, bagaimana sebaiknya keputusan bisnis dilakukan, serta bagaimana pula bila masyarakatnya bersifat kolektif. Dalam praktek akan lebih mudah membuka dan berinvestasi suatu pabrik bila masyarakatnya bersifat individu dibandingkan ditempat yang masyarakatnya bersifat kolektif.
Nilai kemasyarakatan mengenai orientasi ruang berkait dengan khususnya wilayah yang dilarang oleh kelompok etnis tertentu, misalnya suatu tanah atau sungai yang diaggap wilayah dari etnik tertentu tersebut.

Pemahaman akan nilai ini akan mengharuskan pebisnis lebih berhati-hati dan bertindak lebih bijak bila berniat untuk meluaskan dan membuka usahanya di tempat-tempat dimana ia tidak memahami hal ini sebelumnya.
Lebih jauh dalam kegiatan bisnis, sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan di atas, akan banyak terjadi konflik dan perbedaan pendapat antar komponen baik dalam organisasi maupun dalam masyarakat.

Konflik ekonomi terjadi karena kelangkaan akan sumber-sumber daya yang ada. Dengan kelangkaan dan keterbatasan dari sumber-sumber tersebut, terjadi persaingan untuk mengalokasikan kepada perusahaan yang masing-masing.
Di sekitar kita, seperti terjadinya kemacetan lalu lintas yang luar biasa, disebabkan karena terjadinya perbedaan yang besar antara jumlah kendaraan dengan lebar jalan. Pemerintah daerah Jakarta mengalami kelangkaan permodalan dan barangkali sumber daya ahli transportasi atau tata kota sehingga tidak bisa membangun jalan seiring kemajuan produksi produk otomotif.

Kekacauan sosial dan politik akan menimbulkan suatu konflik di masyarakat yang akan mempengaruhi dan berdampak negatif bagi dunia bisnis. Sebentar lagi pemilu 2004 akan dilangsungkan, dan dikhawatirkan akan terjadi konflik politik dan akibatnya timbul kekacauan sosial. Bila hal ini akan terjadi maka yang paling dirugikan adalah masyarakat luas dan dunia usaha.

Faktor agama juga memainkan peranan yang cukup penting dalam potensi konflik ini. Agama merupakan suatu keyakinan dan sangat sensitive di dalam masyarakat yang majemuk dimana beberapa agama dianut oleh pemeluknya. Banyak contoh yang terjadi sebagai akibat konflik agama ini, misalnya di Ambon, Poso dan di Bosnia serta Israel untuk wilayah yang lebih luas misalnya. Akibat dari konflik agama umumnya sangat parah dan menyengsarakan masyarakat banyak.

Norma dan nilai-nilai berbeda antar masyarakat satu dan lainnya. Nilai dan norma yang dijalankan di Jawa Tengah akan berbeda dengan yang berjalan di Sumatera Utara atau Nusa Tenggara misalnya. Bahkan terjadi di suatu perusahaan di luar negeri yang merekrut karyawan orang Jawa. Umumnya orang Jawa sering rindu kampung halaman, maka ketika baru bekerja tiga bulan di luar negeri, mereka merenge-rengek minta dipulangkan. Tentunya pengusaha kelabakan, karena terancam produksinya berhenti. Meski ditawari gaji dua kali lipat si orang Jawa tetap akan memilih pulang kampung. Hal ini akan tidak terjadi bila, si pengusaha merekrut karyawan orang Padang misalnya, dimana mereka umumnya suka merantau dan kerasan di rantau.

Kelompok social dalam sudut pandang lingkungan sosial sedikit banyak agak mirip kelompok target market dari sudut pandang marketing. Yakni ada kelompok dengan jumlah sedikit namun dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Sebaliknya ada juga kelompok orang kaya baru akibat keberhasilan bisnis-nya. Ada juga kelompok yang berorientasi pada karir pekerjaanya, umumnya kaum muda dan baru selesai kuliah.

Tiga kelompok lainnya adalah kelompok pekerja yang berkeinginan diterima dan diakui dalam masyarakat yang baik. Kelompok sosial yang terbesar yang sebagian besar adalah pekerja yang masih mementingkan sisi keamanannya. Yang terakhir yakni kelompok dengan pendidikan yang memprihatinkan dan sering tidak mempunyai pekerjaan.
Bahasan terakhir adalah mengenai globalisasi yang telah mempengaruhi semua orang di dunia. Dunia menjadi tanpa batas dengan ketersediaan transportasi yang cepat dan informasi teknologi yang canggih dan maju.
Dampak dari globalisasi bisa kita rasakan saat ini, dengan membuat paper ini menggunakan komputer, mengedit dan mencetak dengan printing laser HP. Semuanya serba cepat dan praktis.

KESIMPULAN

Agar berhasil dalam menjalankan bisnisnya seorang pebisnis harus memahami dan mengerti nilai-nilai dalam kemasyarakatan. Nilai-nilai tersebut akan sangat berguna bagi pengambilan keputusan maupun penyusunan strategi dan kebijakan ke depan. Nilai-niali tersebut yakni hubungan dengan alam, orientasi waktu, keyakinan tentang dasar kemanusiaan, orientasi kegiatan, hubungan dengan orang lain dan orientasi akan ruang.

Dalam dunia bisnis akan pasti timbul banyak konflik. Konflik yang timbul sebaiknya dicarikan jalan keluar dan pemecahannya. Sumber-sumbner konflik antara lain faktor ekonomi, faktor politik dan kekacauan sosial, faktor agama, norma dan nilai-nilai. Dengan mengetahui dan memahami sumber konflik akan sangat berguna bagi pebisnis dalam menyelesaikan persoalan dan masalah yang timbul.

Umumnya dalam masyarakat bisa dikelompokan menjadi beberapa kelas sosial. Ada enam kelas sosial yang berbeda ditinjau dari sudut pandang lingkungan bisnis, yakni kelas jumlah kecil dengan kesejahteraan tinggi, orang kaya baru, orang yang memperhatikan karir, pekerja menengah, pekerja kasar dan mereka yang tidak memiliki pekerjaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog